Selasa, 22 November 2016

ALIRAN JABARIYAH DAN QADARIYAH



ALIRAN JABARIYAH DAN QADARIYAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ilmu Kalam

Disusun Oleh:
Saiful Anwar
Ahmad Anang Rifa’i
Mohamad Ali Musthofa

STAI KHOZINATUL ULUM BLORA
2015/2016 M.

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Fenomena ketuhanan tampaknya merupakan fakta universal. Hal ini tidak saja ditemukan pada masyarakat modern tetapi juga pada masyarakat yang paling primitif sekalipun. Kajian sejarah tentang asal usul agama telah membuktikan kenyataan ini. Oleh karena itu, banyak para ahli teologi dan falsafat agama yang menisbahkan argumentasi tentang adanya tuhan pada fakta sejarah ini. Bahkan, mereka ada yang menyatakan bahwa fenomena ketuhanan telah tertanam pada diri manusia sebagai ide bawaan sehingga sudah menjadi keyakinan yang kokoh.
Diterangkan dalam hadist nabi bahwa umat islam akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Sebab adanya konflik dan perpecahan kelompok dalam agama (khususnya agama islam) sampai sekarang ini menyebabkan islam menjadi lemah dan mudah diadu domba oleh pihak lain. Mereka ingin memanfaatkan perbedaan agama islam ini demi kepentingan peribadi semata. seperti sekarang ini agama islam mempunyai banyak organisasi antara lain NU, Muhamadiyah, MUI, FPI, dan lain sebagainya. Mereka saling memperebutkan kebenaran dan kekuasaan sehingga saling bermusuhan satu sama lain, padahal masih dalam satu lingkup agama. Sebab inilah islam mudah diadu domba oleh pihak luar (asing). Perbedaan ini seharusnya menjadikan islam sebagai agama yang kuat dan bersatu, bukan sebagai agama yang lemah dan mudah diadu domba.
Akhir-akhir ini muncul aliran-aliran keras (radikal) seperti ISIS, aksi teror-meneror yang mengatas namakan agama islam, dan lain sebagainya. Oleh karena itu kami sebagai mahasiswa islam mangangkat judul  “Aliran Jabariyah dan Qadariyah” yang kami rasa sangat perlu untuk membahas dan memahaminya dengan intensif terkait ideologi-ideologi aliran agama islam.  Dan juga sebagai langkah awal dalam  menyikapi maraknya faham radikalisme seperti sekarang ini.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian jabariyah dan qadariyah?
2.      Bagaimana sejarah munculnya aliran jabariyah dan qadariyah?
3.      Apakah saja cabang-cabang aliran jabariyah dan qadariyah?
4.      Siapakah tokoh dan para pemuka alirans jabariyah dan qadariyah?
5.      Apa saja doktrin dan pokok pemikiran aliran jabariyah dan qadariyah?

C.    Tujuan Dan Manfaat Penulisan
1.    Mengetahui  pengertian jabariyah dan qadariyah
2.    Mengetahui sejarah munculnya aliran jabariyah dan qadariyah
3.    Mengetahui cabang-cabang aliran jabariyah dan qadariyah
4.    Mengetahui tokoh dan para pemuka alirans jabariyah dan qadariyah
5.    Mengetahui doktrin dan pokok pemikiran aliran jabariyah dan qadariyah






BAB II
PEMBAHASAN
A.    JABARIYAH
1.      Pengertian Jabariyah
Kata jabariyah berasal dari  jabara yang berarti memaksa atau menolak, di dalam kitab al-munjid, dijelaskan bahwa nama jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu[1], kata jabara bentuk pertama selanjutnya menjadi jabariyah ( dengan menambahkan ya nisbah ), memiliki arti suatu kelompok atau aliran (isme). sedangkan jabariyah menurut istilah adalah aliran yang menolak bahwa adanya perbuatan bukan dari manusia, melainkan dari allah dan menyandarkan semua perbuatan kepada-Nya.[2] Menurut mereka manusia itu majburun ( bentuk isim maf’ul-nya jabara) yang berarti terpaksa atau dipaksa dalam suatu perbuatan, karena semua perbuatan hanya dari allah dan mereka tidak mempunyai kemampuan untuk berbuat.

a)      Cabang-cabang
1)      Jabaryiah murni (ekstrim)
Aliran yang menolak adanya perbuatan berasal dari manusia dan memandang manusia tidak mempunyai kemampuan untuk berbuat apapun, segala perbuatan disandarkan allah. Penganut aliran ekstrim ini antara lain: jahm bin shafwan (al-jahmiyah) dan ja’d bin dirham
2)      Jabariyah pertengahan (moderat)
Aliran yang meyakini bahwa segala perbuatan manusia itu dari allah tetapi manusia ikut andil dan berperan dalam mewujudkan perbuatan itu. Penganut aliran moderat ini antara lain: husain bin muhammad an-najar (an-najjariyah), hafshul al-fard, dan dhirar bin amr (ad-dhirariyah).[3]
dari keterangan di atas, aliran jabariyah terpecah menjadi 3 kelompok yaitu : al-jahmiyah, an-najariyah, dan ad-dhirariyah.
2.      Sejarah Dan Asal-usul
Faham al-jabar pertama kali diperkenalkan oleh ja’ad bin dirham dan kemudian disebarkan oleh jahm bin shafwan (124 H) dari khurasan. Dalam sejarah teologi islam, jahm tercatat sebagai tokoh yang mendirikan aliran jahmiyah dalam kalangan murji’ah. Ia adalah sekretaris suraih bin al-harist dan selalu menemaninya dalam gerakan melawan kekuasaan bani umayah. Namun, dalam perkembangannya, faham al-jabar juga dikembangkan oleh tokoh lainnya di antaranya al-husain bin muhammad an-najjar, ja’d bin dirham.[4]
Mengenai kemunculan faham ini, para ahli sejarah pemikiran mengkajinya melalui pendekatan geokultular bangsa arab, di antara ahli yang dimaksu adalah ahmad amin. Ia menggambarkan bahwa kehidupan bangsa arab yang dikungkung oleh padang pasir sahara memberikan pengaruh besar atas cara berfikir dalam kehidupan mereka. Ketergantungan mereka kepada alam sahara yang sangat ganas telah memunculkan sikap menyerahkan diri terhadap alam. Dan menurut nasution, akhirnya mereka bersikap fatalism (dikuasai oleh nasib).
Sebenarnya benih-benih faham al-jabar sudah muncul sejak awal periode islam. Namun, al-jabar sebagai pola fikir suatu aliran yang dianut, dipelajari, dan dikembangkan pada masa pemerintahan daulah bani umayah yakni oleh tokoh-tokoh di atas.


3.      Tokoh-Tokoh atau para pemuka
Para pemuka dari aliran jabariyah murni (ekstrim) antara lain:
a)      Jahm Bin Shafwan (124 H)
Nama lengkapnya adalah abu mahrus jaham bin shafwan dari khurasan, bertempat tinggal di khufah; ia seorang da’i yang fasih dan lincah (orator); dalam kepemimpinan ia menjabat sebagai sekretaris suraih al-harist, seorang pemimpin yang menentang pemerintahan bani umayah di khurasan.
Dia sebagai penganut dan penyebar faham jabariah murni di daerah tirmiz, dan pendiri al-jahmiyah (salah satu cabang jabariyah). dan pada akhir hayatnya ia ditawan kemudian dibunuh secara politis tanpa ada kaitannya dengan agama oleh muslim bin ahwas al-mazini pada akhir masa pemerintahan khalifah malik bin marwan, salah seorang khalifah bani umayah.[5]
b)      Ja’d Bin Dirham
Ja’d adalah maulana bani hakim di damaskus, dia dibesarkan oleh lingkungan orang kristen yang senang membicarakan teologi. Semula ja,d sebagai pengajar yang dipercaya dalam pemerintahan bani umayah, tetapi setelah tampak pikiran-pikirannya yang kontroversial sehingga dipecat, kemudian dia  lari ke kufah dan bertemu dengan jahm bin shafwan, serta mentransfer pikiran-pikirannya untuk disebarluaskan.[6]



 Adapun dari aliran jabariyah pertengahan ( moderat ) antara lain:
a)      Husain Bin Muhammad An-Najjar (230 H)
husain an-najjar terkenal sebagai pendiri an-najjariyah, salah satu cabang aliran jabariyah. kelompok najjariyah ini mayoritas menggunakan ratio dalam pemikiran mereka.
b)      Dhirar Bin Amr (pendiri ad-dhirariyah)
c)      Hafshul al-fard [7]

4.      Doktrin dan pokok pemikiran
                               Aliran jabariyah murni (ekstrim) :
a)    Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk, seperti berbicara, melihat, dan mendengar.
b)   Manusia itu terpaksa dan tidak mempunyai kekuatan sedikitpun untuk melakukan segala sesuatu, semuanya allah-lah yang berkuasa atas itu.
c)    Al-qur’an adalah makhluk (baru)
d)   Allah tidak bisa dilihat dengan indera mata di akhirat kelak.
e)    Manusia akan kekal di dalam surga maupun neraka; penghuni surga mendapatkan kelezatan nikmatnya dan penghuni neraka memperoleh kepedihan siksanya.
f)    Surga dan neraka akan rusak (tidak kekal) setelah para penghuni keduanya masuk dan hanya allah yang abadi.[8]
Aliran jabariyah pertengahan (moderat) :
a)    Allah menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia juga berperan dalam mewujudkan perbuatan itu.
b)   Allah tidak dapat dilihat di dalam akhirat menggunakan panca indera, tetapi allah bisa saja memindahkan potensi hati (ma’rifat) pada mata sehingga manusia dapat melihat allah.
c)    Kalam allah adalah makhluk, apabila dibaca menjadi sifat, apabila ditulis menjadi huruf atau tubuh.
d)   Tidak ada kewajiban apapun sebelum para nabi dan rasul diutus.
e)    Pemimpin boleh saja bukan dari suku quraisy, namun yang lebih pantas dari keturunan Rasulullah.[9]

B. QADARIYAH
1.      Pengertian Qadariyah
Qadariyah berasal dari bahasa arab qadara yang mempunyai arti kemampuan dan kekuatan.[10] sedangkan menurut istilah, qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi (campur tangan) oleh tuhan; mereka berpendapat bahwa setiap manusia adalah pencipta atas segala perbuatannya. Kaum qadariyah mempunyai kekuatan dan kemampuan (qudrah) untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu dengan kehendaknya sendiri.[11]
Di dalam kitab al-milal wa an-nihal karangan dari asy-syahrastani, qadariyah termasuk salah satu cabang dari aliran mu’tazilah; karena ada kesamaan dalam doktrin atau ajaran-ajarannya.
Seharusnya, sebutan qadariyah diberikan kepada aliran yang berpendapat bahwa qadar menentukan segala tingkah laku baik maupun jelek manusia. Namun sebutan tersebut sudah terlanjur melekat pada kaum sunni, yang percaya bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak.
Dalam kitab Al-Milal Wa An-Nihal disebutkan bahwa aliran qadariyah termasuk salah satu cabang dari mu’tazilah karena adanya kemiripan di dalam doktrin-doktrinnya.


2.      Sejarah dan Asal-usul
Menurut ahmad amin, aliran qadariyah pertama kali dimunculkan oleh ma’bad al-jauhani dan ghailan ad-dimasyqi.[12] ma’bad adalah seorang taba’i yang terpercaya dan pernah berguru pada hasan al-basri (642-728).[13] dalam kitab risalah karangan hasan al-basri untuk khalifah abdul malik sekitar tahun 700 M dijelaskan, bahwa hasan al-basri adalah seorang tahanan di irak. Ia lahir di madinah, tetapi pada tahun 657 M Al basri hijrah ke bashrah dan menetap di sana sampai akhir hayatnya. Dalam catatan ini ia berkeyakinan bahwa manusia bebas untuk memilih antara berbuat baik atau berbuat buruk. sedangkan ghailan adalah seorang orator dari damaskus, dan ayahnya menjadi maula usman bin affan. dia hidup pada masa khalifah hisyam bin abdul malik.[14]
Ibnu nabatah dalam kitabnya syarh al-uyun, berpendapat bahwa orang yang pertama kali memunculkan faham qadariyah ini adalah orang irak yang beragama kristen bernama susan. Dari orang inilah ma’bad dan ghailan mengambil faham ini.[15]
Dari keterangan di atas, kemungkinan bahwa faham qadariyah dikembangkan oleh hasan al basri; karena ma’bad pernah belajar kepadanya. Mengenai faham qadariyah yang- muncul dari orang irak kristen yang masuk islam kemudian kembali kepada kristen lagi, adalah hasil rekayasa dari orang-orang yang tidak sependapat dengan paham ini agar masyarakat tidak tertarik.
Faham qadariyah mendapat tantangan keras dari umat islam zaman dulu,hal itu disebabkan oleh dua faktor:
a)        Masyarakat arab sebelum islam dipengaruhi oleh faham fatalism, mereka berkehidupan sederhana dan jauh dari pengetahuan; serta selalu terpaksa mengalah oleh keganasan alam, panas yang menyengat, dan tanah-tanah pegunungan yang gundul. Mereka merasa lemah dan tidak mampu menghadapi kesukaran hidup yang ditimbulkan oleh alam. Dan ketika faham qadariah dikembangkan, mereka tidak dapat menerima dan menganggapnya bertentangan dengan doktrin islam.
b)        Tantangan dari para pejabat pemerintah yang kontra dengan paham qadariyah, karena pejabat pemerintah  penganut faham jabariyah.  mereka mengira qadariyah menyebarkan ajaran yang dinamis dan daya kritis rakyat yang mampu mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintahan yang tidak sesuai dan bahkan dapat menggulingkan mereka dari tahta kerajaan.[16]
3.      Tokoh-tokoh atau Para Pemuka
a)         Ma’bad Al Jauhani
b)        Ghailan Ad Dimasyqi
Dia adalah seorang orator, namanya abu marwan ghailan ibnu muslim. Ayahnya seorang budak yang dimerdekakan oleh usman bin affan. Ghailan datang ke damaskus pada masa pemerintahan hisyam bin abdul malik.[17]
c)         Ibrahim Bin Yasar An Nazam
                                              
4.      Doktrin dan pokok pemikiran
a)    Manusia mempunyai daya kekuatan serta berkuasa atas segala perbuatannya.
b)   Manusia mampu melakukan atau meninggalkan kebaikan dan kebukuran atas kehendaknya sendiri.[18]
c)    Allah tidak kuasa menciptakan keburukan dan maksiat, karena bukan termasuk qudrah allah, dan keduanya melekat pada selain allah.
d)   Al qur’an hanyalah sebuah khabar atau berita pada masa lampau dan yang akan datang.
e)    jika menganggap al-qur’an itu qadim, maka di hukumi syirik. karena ta’addud al-qudama.
f)    iman cukup dengan ma’rifat (pengenalan), sedangkan perbuatan bukan termasuk iman.[19]





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Jabariyah adalah aliran teologi yang berpendirian bahwa semua perbuatan manusia itu dari tuhan, sedangkan  manusia tidak bisa berbuat apapun. Asal usul munculnya jabariyah berasal dari jahm bin shafwan dari daerah tirmiz.
Al-jabariyah secara umum terbagi menjadi dua, yaitu jabariyah ekstrim dan jabariyah moderat. Dari dua aliran jabariyah itu lahir al-jahmiyah, an-najjariyah, dan ad-dhirariyah. Tokoh dari aliran jabariyah banyak sekali salah satunya adalah jahm bin shafwan dan ja’d bin dirham.
Al-jabariyah berkeyakinan bahwa : 1) manusia terpaksa dalam berbuat dan semua perbuatan disandarkan penuh kepada tuhan. 2)tuhan tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk, seperti berbicara, melihat, dan mendengar. 3) allah tidak bisa dilihat dengan indera mata di akhirat kelak. 4)manusia akan kekal di dalam surga maupun neraka.
 Sedangkan qadariyah adalah kebalikan dari jabariyah, yakni faham yang berideologi bahwa manusia mempunyai kekuasaan penuh dalam menentukan perbuatan yang di inginkannya dan tanpa intervensi dari tuhan. Faham qadariyah muncul disebabkan oleh ganasnya alam sekitar, seperti panasnya padang pasir dan kerasnya hubungan antar suku al-qadariyah juga disebut sebagai salah satu caban aliran mu’tazilah.
Tokoh al-qadariyah yang terkenal yaitu ghailan ad-dimasyqi dan ma’bad al-jauhani. Ajaran faham ini antara lain : 1)manusia mempunyai daya kekuatan serta berkuasa atas segala perbuatannya. 2)manusia mampu melakukan atau meninggalkan kebaikan dan kebukuran atas kehendaknya sendiri. 3)allah tidak kuasa menciptakan keburukan dan maksiat.


B.     Kritik dan Saran
Sedikit penjelasan mengenai aliran jabariyah dan qadariyah, semoga bisa bermanfaat bagi segenap pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan baik berupa penulisan maupun pembahasan di atas karena keterbatasan pengetahuan. Kiranya kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan untuk perbaikan penulisan makalah ini kedepan. Sekian, dan Wallahu ‘Alam bish Showab.
















DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Abdul Rozak, M.Ag., Prof. Dr. Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011, Cet.VI)
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqi, Sejarah & Pengantar Ilmu Tauhid/ Kalam, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra).
Prof. Asywadi Syukur, Terjemah Al-Milal Wa An-Nihal; Asy-Syahrastani, ( Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2003)
Kaisar ’08, Aliran Teologi Islam, (Kediri:MHM.PP.Lirboyo, 2008)


[1] Luwis Ma’luf, Al-munjid, (beiru:1998t)Hal.78

[2] Prof.Asywadie Syukur, LC, Terjemah Al-Milal Wa An-Nihal; Asy-Syahrastani,  (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2003) hal.71.

[3] Asy-Syahrastani,...Hal.85

[4] Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta,1986...Hal.31

[5] Ahmad Amin, Fajr Al-Islam, Kairo, 1924…Hal.286-287

[6] Prof. Dr. Abdul Rozak, M.Ag., Prof. Dr. Rosihon Anwar,  ilmu kalam...Hal. 68  
[7] Prof. Asywadie Syukur, Terjemah Al-milal Wa An-Nihal Asy-syahrasytani……Hal. 74.

[8] ibid…hal. 71-72.
[9] Prof. Asywadie Syukur, Terjemah Al-milal Wa An-Nihal Asy-syahrasytani……Hal. 74-75.

[10] Luwis Ma’luf Al-Yusu’I, Al-Munjid,….Hal.436

[11] Nasution, Teologi Islam…Hal.31

[12] Kaisar ’08, Aliran Teologi Islam, (Kediri:MHM.PP.Lirboyo, 2008) Hal. 145.
[13] Prof. Dr. Abdul Rozak, M.Ag., Prof. Dr. Rosihon Anwar , ilmu kalam.Hal.71

[14] ibid…
[15] ibid…
[16] ibid…Hal.72

[17] Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqi, Sejarah & Pengantar Ilmu Tauhid/ Kalam, (Semarang: PT.            Pustaka Rizki Putra), Hal. 71

[18] Prof. Dr. Abdul Rozak, M.Ag., Prof. Dr. Rosihon Anwar, ilmu kalam, …Hal.73

[19] Kaisar ’08, Aliran Teologi Islam,… Hal. 149

Tidak ada komentar: