Selasa, 22 November 2016

BENTUK DAN MAKNA



BENTUK DAN MAKNA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Bahasa Indonesia

Disusun Oleh:
Ivan Febri Kusantoro
Mohamad Ali Musthofa

STAI KHOZINATUL ULUM BLORA
2015/2016 M.

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Penguasaan bahasa indonesia secara intensif sangat penting di dalam era modern saat ini. Penggunaan bahasa yang baik dan benar secara individu maupun kelompok merupakan usaha kita dalam melestarikan bahasa negara kita. Bahasa indonesia juga merupakan alat komunikasi resmi bagi seluruh penduduk nusantara.
Tetapi pada masa kini banyak orang yang berbahasa indonesia sehari-hari, namun belum begitu mengerti tentang bentuk dan maknanya. Hal itu dimungkinkan karena kurangnya pendidikan dan faktor lingkungan. Jadi pembelajaran dan penerapan berbahasa indonesia secara baik dan benar sangat penting. Hal itu dilakuakan untuk membangun bangsa dan negara, serta meningkatkan sistem komunikasi dan informasi dengan tepat.
Sebagai langkah awal sebagai mahasiswa baru perlu adanya pembekalan untuk penguasaan bahasa indonesia dengan baik dan benar. Oleh karena itu kami rasa sangat penting untuk membahas judul “Bentuk dan Makna” di dalam bahasa indonesia, dengan harapan supaya mahasiswa dapat memajukan sistem komunikasi dan informasi bangsa dan negara.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian fonem, morfem, kata, dan frasa?
2.      Ada berapa pembagian jenis kata?, dan apa saja?
3.      Apa pengertian makna?, dan bagaimana perubahannya?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk optimalisasi bagi mahasiswa dalam mengetahui secara intensif mengenai mata kuliah bahasa indonesia dengan target sebagai berikut:
1.      Mahasiswa memperoleh wawasan dan mampu untuk mendefinisikan fonem, morfem, kata, dan frasa beserta pembagianya.
2.      Mahasiswa mengetahui pembagian jenis kata dan dapat menyebutkannya.
3.      Mahasiswa mengetahui definisi makna beserta perubahannya.




PEMBAHASAN
BENTUK DAN MAKNA
Satuan bentuk terkecil dalam bahasa adalah fonem dan yang terbesar adalah karangan. Di antara fonem dan karangan terdapat deretan bentuk morfem, kata, frasa, kalimat, dan alinea. Ketujuh satuan bentuk bahasa itu baru diakui eksistensinya jika mempunyai makna atau dapat mempengaruhi makna. Maksudnya adalah kehadirannya dapat mengubah makna atau menciptakan makna baru. Hubungan antara bentuk dan makna dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang: satu sama lainnya saling melengkapi.[1]

1.        Fonem, Morfem, Kata, dan Frasa
A.    Fonem
Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan arti, sedangkan huruf adalah lambang bunyi atau lambang fonem. Yang membedakan arti jahit dan jahat adalah bunyi /i/ yang dilambangkan huruf i dan bunyi /a/ yang dilambangkan dengan huruf a. Bunyi /i/ dan /a/ disebut fonem /i/ dan /a/.[2]
Fonem itu bukan huruf. Tetapi fonem adalah bunyi dari huruf, dan huruf adalah lambang dari bunyi. Jumlah huruf ada 26 (huruf a sampai  z); jumlah fonem lebih dari 26 (beberapa huruf melambangkan lebih dari satu fonem). Juga ada fonem yang dilambangkan oleh dua huruf, yaitu fonem /kh/, /ng/, /ny/, dan /sy/.[3]

Dalam kalimat sate pedas enak rasanya, huruf e melambangkan tiga fonem, yaitu:
fonem /e/ dalam kata sate [sate]
fonem /ә/ dalam kata pedas [pәdas]
fonem /∑/ dalam kata enak [∑nak]
Dalam kalimat orang itu membawa beo, huruf o melambangkan dua fonem, yaitu:
fonem /o/ dalam kata orang [orang]
fonem /O/ dalam kata beo [beO]
Ukuran untuk menentukan satu  bunyi merupakan fonem atau bukan adalah dapat atau tidak bunyi itu membedakan makna. Perhatikan fonem /ә/ dan /∑/ sebagai pembeda makna dalam deret kata berikut:
seret [sәrәt]      = ‘tersendat-sendat; tidak lancar,
seret [s∑r∑t]    = ‘menarik suatu benda menyusur tanah’
apel [apәl]        = ‘nama buah’
apel [ap∑l]       = ‘wajib mengikuti upacara; melapor
Perhatikan pula peranan fonem lain dalam deret kata di bawah ini.
            /c/ari--/j/ari--/l/ari--/m/ari--/t/ari
            /b/ayu--/k/ayu--/l/ayu--/r/ayu--/s/ayu
            /k/erang--/p/erang--/s/erang--/t/erang
Dalam contoh di atas tampak bagaimana fonem dapat mengubah makna atau menimbulkan makna baru.[4]

B.     Morfem
Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan; makna dan atau mempunyai makna. Morfem dapat berupa imbuhan, klitika, partikel, dan kata dasar (misalnya -an, -lah, -kah, -bawa). Contoh: morfem –an, di-, me-, ter-, -lah, jika digabungkan dengan kata makan, dapat membentuk kata makanan, dimakan, memakan, termakan, makanlah yang mempunyai makna baru yang berbeda dengan kata makan. [5]


Menurut bentuk dan maknanya, morfem dibedakan menjadi dua macam:
1.      Morfem bebas, yaitu morfem yang berdiri sendiri dari segi makna tanpa harus dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem bebas. Contoh: makan, buku, sekolah, dsb.
2.      Morfem terikat, yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dari segi makna. Makna morfem terikat ini baru jelas setelah dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran) tergolong morfem terikat (termasuk partikel). Contoh: me-, ber-, di-, -an, -lah, dsb.[6]

C.    Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dari segi makna. Seperti kata sepeda, ambil, dingin, kuliah. Empat kata ini diakui sebagai kata karena setiap kata mempunyai makna. Berbeda dengan adepes, libma, ningid, hailuk bukan diakui kata karena tidak mempunyai makna.[7]
D.    Frasa
Frasa adalah kelompok kata (gabungan dua kata atau lebih) yang tidak mengandung predikat dan belum membentuk klausa atau kalimat. Seperti langit biru, baju batik, penyakit yang sangat berbahaya. Cakupan makna yang dibentuk oleh frasa masih di sekitar makna lesikal kata pembentuknya karena hakikat frasa adalah kata yang diperluas dengan memberinya keterangan, inti maknanya tetap. Berbeda dengan (langit batik, biru baju, yang berbahaya sangat penyakit) ini tidak dinamakan frasa karena tidak mempunyai kesatuan makna.[8]
Susunan kata dalam frasa bersifat tegar (fixed), tidak tergoyahkan, dan tidak boleh dibalik seperti: haus kekuasaan, siap tempur, temu wicara; bukan kekuasaan haus, tempur siap, wicara temu.  Jika posisinya berpindah, kelompok kata itu berpindah secara utuh. seperti:            -hari ini akan diadakan jumpa pers.
                                    -jumpa pers akan diadakan hari ini.
Frasa dikelompokkan menjadi lima macam:[9]
1)      frasa verbal (artinya sama dengan arti kata kerja)
asyik belajar (intinya: belajar)
sedang berpikir keras (intinya: berpikir)
harus menulis kembali (intinya: menulis)
2)      frasa adjektiva (artinya sama dengan arti kata sifat)
sudah baik, sangat malu, harus  tidak kotor, benar sekali
3)      frasa adverbial (artinya sama dengan arti kata keterangan)
pada zaman jepang, dengan kereta api cepat, sebelum subuh, pada akhir pertunjukan itu
4)      frasa nominal (artinya sama dengan arti kata benda)
penyakit yang sangat berbahaya, lembar jawaban ujian akhir semester, pembawa acara yang kocak, lima lembar kuitansi tanda bukti pembayaran
5)      frasa preposisional (artinya sama dengan arti kata tugas, miasalnya preposisi dan konjungsi)
dari atas, oleh karena (itu), sampai dengan, dari muka, akan tetapi, ke tengah

2.        Pembagian Jenis Kata
Dari segi bentuknya kata dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) kata dasar (kata yang bermorfem tunggal) seperti: rumah, buku, cerdas dan (2) kata turunan ( kata yang bermorfem banyak) seperti: dirumahkan, pembukuan, mencerdaskan.[10]
Perubahan kata dasar menjadi kata turunan, selain mengakibatkan perubahan bentuk dan makna, juga mengakibatkan perubahan jenis atau kelas kata. Pembagian jenis atau kelas kata yang mutakhir adalah yang diajukan Tim Depdikbud RI (1988) dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. di dalamnya, moeliono mengelompokkan kata dalam lima jenis, yaitu:[11]
a)      Verba (Kata Kerja) adalah kata yang menyatakan perbuatan, atau tindakan,proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat serta berfungsi sebagai predikat dalam kalimat. Untuk mengenali jenis kata kerja, dapat diuji dengan menambahkan dengan + KB (kata benda)/ KS (kata sifat) di belakang kata yang diuji. Misalnya kata tulis dan pergi, tergolong sebagai kata kerja karena jika digabungkan dengan konstruksi penguji tadi akan tercipta arti yang jelas.
tulis + dengan pena (KB)                    menulis + dengan cepat (KS)
pergi + dengan adik (KB)                   bepergian + dengan gembira (KS)
Pada contoh di atas tampak bentuk kata kerja ada dua macam: (1) kata kerja asal, yaitu kata kerja yang berdiri sendiri dalam kalimat tanpa bantuan afiks; misalnya tulis dan pergi; (2) kata kereja turunan, kata kerja yang mempunyai afiks; misalnya menulis dan bepergian. [12]
Tabel 1
AFIKS PEMBENTUK KATA KERJA
Bentuk
Afiks
Contoh


Prefiks
ber-
di-
me-
per-
ter-
berkarya, bertemu, berlayar
dibawa, dipakai, dibahas
melatih, membaca, mendengar, mengolah, mengetik
perindah, perkuat
tertawa, tersenyum
Sufiks
-i
-kan
namai, gulai, tandai
maafkan, matikan, camkan



Konfiks
ber-an
ber-kan
di-i
di-kan
ke-an
memper-
memper-i
memper-kan
me-kan
per-i
pe-kan
bepergian, berpelukan, berlarian
beralaskan, berselimutkan
diselimuti, dipengarui, dicintai
dibuatkan, diambilkan, dibacakan
kejatuhan, kemasukan, kedatangan
memperjelas, memperindah
memperbaiki, mempersenjatai
mempertanyakan, mempertemukan
meluruskan, membuatkan, mendatangkan
perbaiki, perbarui
pertemukan, permasalahkan

Selain bentuk-bentuk di atas, ada pula bentuk kata kerja (verba) yang lain, di antaranya:
·  verba reduplikasi (kata kerja berulang-ulang); misalnya makan-makan, tembak-menembak, batuk-batuk, berlari-lari;
·  verba majemuk (kata kerja dari proses penggabungan kata, dan hasilnya bukan menjadi idiom); misalnya terjun payung, tatap muka, siap tempur;
·  verba berpreposisi (kata kerja intransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu); misalnya tahu akan, cinta pada, menyesal atas, tergolong sebagai;[13]

b)     Adjektiva (Kata Sifat) adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan, watak, tabiat orang/binatang/benda. Dalam pembentukan kalimat, kata sifat umumnya berfungsi sebagai predikat, objek, dan penjelas subjek. Kata sifat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) kata sifat tunggal, dan (2) kata sifat berimbuhan.[14]
Ciri-ciri kata sifat tunggal adalah sebagai berikut:
1)   dapat diberi keterangan pembanding seperti lebih, kurang, dan paling; misalnya lebih baik, kurang indah, paling pandai.
2)   dapat diberi keterangan penguat seperti sangat, amat, benar, sekali, dan terlalu; misalnya sangat senang, amat luas, mahal benar, sedikit sekali, terlalu berat.
3)   dapat diingkari dengan kata ingkar tidak; misalnya tidak benar, tidak sehat.

Kata sifat tunggal dapat di himpun menjadi lima kelompok:
a)    keadaan/situasi; misalnya aman, kacau, tenang, gawat
b)   warna; misalnya ungu, hijau, biru, merah
c)    ukuran; misalnya berat, ringan, tinggi, besar
d)   perasaan/sikap; misalnya malu, sedih, bahagia, heran
e)    cerapan/indera; misalnya harum, manis, terang, jelas
mayoritas kata sifat berimbuhan dibentuk dengan bantuan sufiks yang diserap dari bahasa inggris dan bahasa arab yang menjadi produktif dalam bahasa indonesia.
Tabel 2
AFIKS PEMBENTUK KATA SIFAT
Bentuk
Afiks
Contoh
Sufiks
-al
-i
-iah
-if
-ik
-is
-er
-wi
formal, nasional
abadi, alami, hewani
lahiriah. ilmiah, alamiah
aktif, fiktif, reaktif
magnetik, elektronik
praktis, anarkis, egois
komplementer, parlementer
manusiawi, kimiawi, surgawi
Konfiks
ke-an (reduplikasi)
se-nya(reduplikasi)
keinggris-inggrisan, kekanak-kanakan
sebaik-baiknya, sepandai-pandainya

c)      Adverbia (Kata Keterangan) adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, dan klausa. misalnya saya ingin segera melukis, paman hanya pegawai biasa; kata segera dan hanya adalah adverbia yang menerangkan verba melukis dan  nomina predikatif pegawai biasa.[15]
Adverbia dibedakan atas tiga macam, yaitu (1) adverbia tunggal (segera, sangat, hanya); (2) adverbia turunan (agaknya, biasanya, rupanya, sebaiknya, sebenarnya); (3) adverbia ulang; ada dua macam, a) mengulang kata dasar (diam-diam, lama-lama); b) mengulang kata dasar dan menambah se-nya (setinggi-tingginya, sebaik-baiknya).[16]

d)     Rumpun Kata Benda, Yang Terdiri
·     Nomina (Kata Benda/Kata Nama) adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda konkret (buku, pohon, kunci)  maupun abstrak (agama, pengetahuan, nafsu). Kata benda juga akan berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan dalam kalimat. Kata benda dapat dikenali dengan cara menambahkan yang + KS (kata sifat) atau yang sangat + KS (kata sifat), misalnya kata buku dan pengetahuan.[17]

buku + yang mahal (KS)                     pengetahuan + yang sangat penting (KS)
Dan untuk mengetahui kata benda berimbuhan, dapat menggunakan tabel di bawah ini.
Tabel 3
AFIKS PEMBENTUK KATA BENDA
Afiks
Bentuk
Contoh
Prefiks
ke-
pe-
ter-
ketua, kekasih, kehendak
petinju, pembela, pendaftar
terdakwa, tersangka
Sufiks
-an
-in
-wan
pikiran, timbangan
hadirin, muslimin
ilmuwan, karyawan
Infiks
-em-
-el-
-er-
-in-
kemuning
telunjuk, telapak
serabut, seruling
kinerja, kinasih
konfiks
ke-an
pe-an
kehidupan, kemauan
pegunungan, pembelian

·   Pronomina (Kata Ganti) adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain.[18] 1) pronomia persona, seperti kamu, dia, mereka; 2) pronomia penanya, seperti apa, mana, kapan; 3) pronomia penyapa, seperti pak, bu, dok; 4) pronomia penunjuk umum, seperti ini, itu, anu.
·   Numeralia (Kata Bilangan) adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, atau barang.[19] Misalnya tiga, ketiga, satu-satu, banyak, para, puluhan, setengah, dua lusin, tiga bersaudara.
e)      Rumpun Kata Tugas (Partikel)
·   Preposisi (Kata Depan) adalah kata tugas yang berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa proposional), misalnya di kantor, dengan memburuh, pada hari ini, sejak kecil.[20]
·   Konjungtor (Kata Sambung) adalah kata tugas yang berfungsi menghubungkan dua kata atau dua kalimat.[21]
contoh: …..antara hidup dan mati.
                        Rapat sudah dimulai ketika kami tiba.
                         …...bukan amri tetapi amrin.
Konjuktor tidak selalu satu kata, bahkan dua kata atau lebih. seperti selain itu, walaupun begitu, meskipun demikian, oleh karena itu.
·   Interjeksi (Kata Seru) adalah kata tugas yang dipakai untuk mengungkapakan seruan hati seperti rasa kagum, sedih, heran, dan jijik. Interjeksi dipakai di dalam kalimat seruan atau kalimat perintah (imperatif).[22]
contoh: - Ayo, maju terus!
                  -Aduh, gigiku sakit sekali!
                  -Sial, memancing seharian, cuma dapat sedikit!
                                                                                                
·   Artikel (Kata Sandang) adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah orang atau benda. Ada tiga macam artikel, yaitu (1) artikel bermakna tunggal ( sang guru, sang suami, sang juara); (2) artikel bermakna jamak (para petani, para pemimpin, para hakim); (3) artikel bermakna netral (si hitam manis, si cantik, si dia).[23]
·   Partikel bermakna unsur-unsur kecil suatu benda. yang dimaksud di sini adalah artikel yang berperan membentuk kalimat tanya (interogatif), yaitu –kah dan –tah ditambah dengan –lah yang dipakai dalam kalimat perintah (imperatif) dan kalimat pernyataan (deklaratif), serta –pun yang hanya dipakai dalam kalimat pernyataan.[24]
contoh: (-kah) – Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
                              - Bagaimanakah rasanya naik pesawat terbang?
                   (-lah) -  Apalah dayaku tanpamu.
                             - Pergilah segera, sebelum jalan macet!
                   (-tah) – Siapatah gerangan jodohku nanti?
                              - Apatah artinya hidup ini tanpa engkau?
                   (pun) – Apa pun yang terjadi, kau tetap milikku.
-                     -Hendak makan pun lauknya tidak ada.
3.        Makna dan Perubahannya
Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan objek atau sesuatu (hal) yang diacunya. Ada  dua macam makna yang terpenting, yaitu (1) makna leksikal, (2) makna gramatikal.
a)      Makna lesikal (makna denotasi) adalah  makna kata secara lepas tanpa kaitan dengan kata yang lain dalam sebuah struktur. Istilah leksikal berasal dari leksikon yang berarti kamus. Dengan kata lain, makna leksikal ialah makna yang tertera dalam kamus; misalnya belah dapat mempunyai makna (1) celah, (2) pecah menjadi dua, (3) setengah, (4) sisi, (5) pihak. Makna leksikal disebut juga makna lugas biasanya digunakan dalam surat-surat resmi, surat-surat dagang, laporan, dan tulisan ilmiah dengan tujuan agar makna menjadi pasti sehingga tidak terjadi salah tafsir.[25]

b)     Makna gramatikal (makna konotasi) adalah makna yang timbul akibat proses gramatikal (struktural). Makna gramatikal suatu kata adalah makna yang sudah bergeser dari makna leksikal kata itu; misalnya kata hitam yang bermakna leksikal warna yang gelap, makna gramatikalnya dapat menjadi penuh kegetiran dalam kalimat setelah insyaf, dia tidak mau membicarakan masa lalunya yang hitam. Maka gramatikal kata hitam akan berbeda lagi dalam kalimat yang lain. Maka gramatikal biasanya digunakan sebagai pigura bahasa untuk memperoleh makna estetis.[26]


contoh: -lembah hitam (daerah/tempat mesum)
                 -kuhitamkan negeri itu (kutinggalkan untuk selamanya)
Dalam kaitan dengan makna, ada beberapa istilah seperti sinonim, antonim, homonim, dan hiponim.
1.      Sinonim (padan makna) ialah ungkapan yang maknanya hampir sama dengan ungkapan lain. sinonim juga diumpamakan sebagai nama lain dari suatu benda atau pengertian lain dari suatu ungkapan. Seperti kata nasib dan takdir.[27]
Sinonim dapat dibedakan menurut taraf dimana ia terdapat.
a)      Sinonim antarkalimat; misalnya saya melihat dia dan dia dia kulihat.
b)      Sinonim antarfrasa; misalnya dua tangkai bunga dan bunga dua tangkai.
c)      Sinonim antarkata; misalnya nasib dan takdir, memuaskan dan menyenangkan.
d)     Sinonim antarmorfem; misalnya pemirsa dan pirsawan, kestabilan dan stabilitas.
Dua kata yang bersinonim dapat digabungkan sehingga memberi kesan yang lebih manis. Hasil penggabungan tersebut melahirkan frasa yang berasal dari kata majemuk; misalnya caci maki, gagah perkasa, sunyi senyap, jungkir balik.
2.      Antonim (lawan kata) ialah ungkapan yang maknanya kebalikan dari ungkapan yang lain. Seperti kata mudah dan sukar.
Antonim dapat dibedakan atas tataran sistematis berikut ini.[28]
a)      Antonim antarkalimat; misalnya dia sakit dan dia tidak sakit.
b)      Antonim antarfrasa; misalnya secara teratur dan secara tidak teratur.
c)      Antonim antarkata; misalnya mustahil dan mungkin, hidup dan mati.
d)     Antonim antarmorfem; misalnya prasarjana dan pascasarjana.
Antonim diperlukan untuk menegaskan sesuatu dengan menyangkal atau mempertentangkan; contoh besar dan kecil, atas dan bawah. Selain itu juga malahirkan- frasa yang dapat menyemarakkan kalimat; contoh plus minus, jiwa raga, kawin cerai, luar dalam, maju mundur.
           -membongkar mesin itu mudah, tetapi memasangnya itu sulit.
           -kakekku sudah lupa-lupa ingat pada peristiwa itu.
3.      Homonim adalah dua kata yang mempunyai bentuk dan ucapan yang sama, tetapi maknanya berbeda. Contohnya mengukur (dari kukur) dan mengukur (dari ukur), bisa (racun) dan bisa (dapat/mampu). Selain homonim terdapat pula homofon dan homograf. Homofon adalah dua kata yang mempunyai ucapan yang sama, tetapi makna dan bentuknya berbeda; misalnya sangsi = ragu-ragu dan sanksi (sangsi) = hukuman, bang = panggilan orang yang lebih tua dan bank (bang) = tempat penyimpanan uang. Homograf adalah dua kata yang mempunyai bentuk yang sama tetapi bunyi/ucapan dan maknanya berbeda; misalnya beruang = nama binatang,  beruang = mempunyai ruang, beruang = mempunyai uang. [29]
4.      Hiponim adalah makna sebuah ungkapan merupakan bagian dari makna ungkapan yang lain; misalnya merah adalah hiponim dari kata berwarna. Hiponim hanya berlaku satu arah. Bila hal itu sebaliknya, disebut hipernim; misalnya berwarna hipernim terhadap merah.[30]



Dalam proses perkembangan bahasa, makna suatu kata dapat mengalami perubahan. Perubahan itu disebabkan oleh perbedaan tempat, waktu, dan kehendak pemakaian. Diantara perubahan makna yang penting adalah sebagai berikut.
a)      Meluas, yaitu jika cakupan makna sekarang lebih luas dari makna yang lama. Kata putra-putri yang dahulu hanya dipakai untuk anak-anak raja, sekarang dipakai untuk menyebut semua anak laki-laki dan perempuan.
b)      Menyempit, yaitu jika cakupan makna dahulu lebih luas dari makna yang sekarang. Kata sarjana dahulu dipakai untuk semua cendikiawan, sekarang hanya untuk gelar akademis.
c)      Amelioratif, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari makna lama. Kata istri dan nyonya dirasakan lebih baik dari bini.
d)     Peyoratif, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih rendah nilainya dari makna lama (kebalikan amelioratif). Kata oknum dan gerombolan yang dianggap baik pada zaman lampau, sekarang maknanya menjadi tidak baik.
e)      Sinestesia, yaitu perubahan makna yang terjadi karena pertukaran tanggapan dua indera yang berlainan. Contoh: kata-katanya manis. manis sebenarnya tanggapan indera perasa, tetapi dipakai untuk indera pendengar. Contoh lain: mukanya masam, pidatonya hambar.
f)       Asosiasi, yaitu perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat. Kata amplop yang berarti kertas pembungkus surat, dan sering juga dipakai sebagai pembungkus uang,  berdasarkan persamaan tersebut dipakai untuk pengertian memberi sogokan. Beri dia amplop agar urusan cepat beres.[31]

PENUTUP
1.        Kesimpulan
Fonem adalah bunyi dari lambang suatu huruf yang dapat membedakan arti, misalnya perbedaan huruf /e/ pada kata sate, pedas, dan enak. Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna; dan atau mempunyai makna, misalnya di-per-main-kan. Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna, misalnya sepeda. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat non predikatif dan bermakna leksikal, misalnaya gunung tinggi.
Pembagian jenis kata ada lima, yaitu (1) verba/kata kerja; (2) adjektiva/kata sifat; (3) adverbia/kata keterangan; (4) rumpun kata benda, meliputi nomina/kata benda dan nama, pronomina/kata ganti, numeralia/kata bilangan; (5) rumpun kata tugas, meliputi preposisi/kata depan, konjungtor/kata sambung, interjeksi/kata seru, artikel/kata sandang, partikel. 
Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan objek atau sesuatu (hal) yang diacunya. Pembagian makna ada dua macam, yaitu leksikal/denotasi (makna sebenarnya) dan gramatikal/konotasi (makna tidak sebenarnya). Perubahan makna ada enam bentuk, yaitu Meluas, Menyempit, Amelioratif, Penyoratif, Sinestesia, dan Asosiasi.

2.        Kritik dan Saran
Demikian penjelasan mengenai “Bentuk dan Makna” dalam Mata Kuliah Bahasa Indonesia, semoga bisa bermanfaat bagi segenap pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan baik berupa penulisan maupun pembahasan di atas karena keterbatasan pengetahuan. Kiranya kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan untuk perbaikan penulisan makalah ini kedepan. Sekian, dan Wallahu ‘Alam bish Showab.



DAFTAR PUSTAKA

Lamuddin Finoza, S.S.,  Komposisis Bahasa Indonesia,  Cetakan X, Jakarta: Diksi Insan Mulia, 1993. 
Drs. Adam Normiles, Sri Sani Bagus, Drs. Imron, Kamus Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya Ilmu, 1992.


[1] Lamudin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (jakarta:Diksi Insan Mulia,Cet.X, 2004-2005), Hal.60.
[2] ibid…Hal.61.
[3] ibid.
[4] ibid…,Hal.62
[5] ibid.
[6] ibid…Hal.63.
[7] ibid.
[8] ibid…Hal.76.
[9] ibid…Hal.78.
[10] ibid…Hal.64-65.
[11] ibid…Hal.65.
[12] ibid…Hal.65-66.
[13] ibid…Hal.66.
[14] ibid…Hal.67.
[15] ibid…Hal.68.
[16] ibid…Hal.69.
[17] ibid…Hal.70.
[18] .Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia,1998, hal.273

[19] Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, 1998, hal.301

[20] Lamudin…Hal.73.
[21] ibid.
[22] Lamudin…Hal.74.
[23] ibid…Hal.75.
[24] ibid…Hal.75-76.
[25] Lamudin…Hal.81.
[26] ibid.
[27] ibid…Hal.81-82.
[28] Lamudin…Hal.82-83.
[29] ibid…Hal.83.
[30] ibid.
[31] Lamudin…Hal.84.

Tidak ada komentar: