BENTUK DAN MAKNA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Bahasa Indonesia”
Disusun Oleh:
Ivan Febri Kusantoro
Mohamad Ali Musthofa
STAI KHOZINATUL ULUM BLORA
2015/2016 M.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penguasaan
bahasa indonesia secara intensif sangat penting di dalam era modern saat ini.
Penggunaan bahasa yang baik dan benar secara individu maupun kelompok merupakan
usaha kita dalam melestarikan bahasa negara kita. Bahasa indonesia juga
merupakan alat komunikasi resmi bagi seluruh penduduk nusantara.
Tetapi pada
masa kini banyak orang yang berbahasa indonesia sehari-hari, namun belum begitu
mengerti tentang bentuk dan maknanya. Hal itu dimungkinkan karena kurangnya pendidikan
dan faktor lingkungan. Jadi pembelajaran dan penerapan berbahasa indonesia
secara baik dan benar sangat penting. Hal itu dilakuakan untuk membangun bangsa
dan negara, serta meningkatkan sistem komunikasi dan informasi dengan tepat.
Sebagai langkah
awal sebagai mahasiswa baru perlu adanya pembekalan untuk penguasaan bahasa
indonesia dengan baik dan benar. Oleh karena itu kami rasa sangat penting untuk
membahas judul “Bentuk dan Makna” di dalam bahasa indonesia, dengan harapan
supaya mahasiswa dapat memajukan sistem komunikasi dan informasi bangsa dan
negara.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian fonem, morfem, kata, dan frasa?
2.
Ada berapa pembagian jenis kata?, dan apa saja?
3.
Apa pengertian makna?, dan bagaimana perubahannya?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan
ini adalah untuk optimalisasi bagi mahasiswa dalam mengetahui secara intensif
mengenai mata kuliah bahasa indonesia dengan target sebagai berikut:
1.
Mahasiswa memperoleh wawasan dan mampu untuk mendefinisikan fonem,
morfem, kata, dan frasa beserta pembagianya.
2.
Mahasiswa mengetahui pembagian jenis kata dan dapat menyebutkannya.
3.
Mahasiswa mengetahui definisi makna beserta perubahannya.
PEMBAHASAN
BENTUK DAN MAKNA
Satuan bentuk terkecil dalam bahasa
adalah fonem dan yang terbesar adalah karangan. Di antara fonem
dan karangan terdapat deretan bentuk morfem, kata, frasa, kalimat, dan alinea.
Ketujuh satuan bentuk bahasa itu baru diakui eksistensinya jika mempunyai makna
atau dapat mempengaruhi makna. Maksudnya adalah kehadirannya dapat mengubah makna
atau menciptakan makna baru. Hubungan antara bentuk dan makna dapat diibaratkan
sebagai dua sisi mata uang: satu sama lainnya saling melengkapi.[1]
1.
Fonem, Morfem, Kata, dan Frasa
A.
Fonem
Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan arti, sedangkan huruf
adalah lambang bunyi atau lambang fonem. Yang membedakan arti jahit dan
jahat adalah bunyi /i/ yang dilambangkan huruf i dan bunyi /a/ yang
dilambangkan dengan huruf a. Bunyi /i/ dan /a/ disebut fonem /i/ dan
/a/.[2]
Fonem itu bukan
huruf. Tetapi fonem adalah bunyi dari huruf, dan huruf adalah lambang dari
bunyi. Jumlah huruf ada 26 (huruf a sampai z); jumlah fonem lebih dari 26 (beberapa
huruf melambangkan lebih dari satu fonem). Juga ada fonem yang dilambangkan
oleh dua huruf, yaitu fonem /kh/, /ng/, /ny/, dan /sy/.[3]
Dalam kalimat sate
pedas enak rasanya, huruf e melambangkan tiga fonem, yaitu:
fonem /e/ dalam kata sate [sate]
fonem /ә/ dalam kata pedas [pәdas]
fonem /∑/ dalam kata enak [∑nak]
Dalam kalimat orang
itu membawa beo, huruf o melambangkan dua fonem, yaitu:
fonem /o/ dalam kata orang [orang]
fonem /O/ dalam kata beo [beO]
Ukuran untuk
menentukan satu bunyi merupakan fonem atau
bukan adalah dapat atau tidak bunyi itu membedakan makna. Perhatikan fonem /ә/
dan /∑/ sebagai pembeda makna dalam deret kata berikut:
seret [sәrәt] =
‘tersendat-sendat; tidak lancar,
seret [s∑r∑t] = ‘menarik
suatu benda menyusur tanah’
apel [apәl] = ‘nama
buah’
apel [ap∑l] = ‘wajib
mengikuti upacara; melapor
Perhatikan pula
peranan fonem lain dalam deret kata di bawah ini.
/c/ari--/j/ari--/l/ari--/m/ari--/t/ari
/b/ayu--/k/ayu--/l/ayu--/r/ayu--/s/ayu
/k/erang--/p/erang--/s/erang--/t/erang
Dalam contoh di
atas tampak bagaimana fonem dapat mengubah makna atau menimbulkan makna baru.[4]
B.
Morfem
Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan; makna dan
atau mempunyai makna. Morfem dapat berupa imbuhan, klitika, partikel, dan kata
dasar (misalnya -an, -lah, -kah, -bawa). Contoh: morfem –an, di-, me-,
ter-, -lah, jika digabungkan dengan kata makan, dapat membentuk kata
makanan, dimakan, memakan, termakan, makanlah yang mempunyai makna baru
yang berbeda dengan kata makan. [5]
Menurut bentuk
dan maknanya, morfem dibedakan menjadi dua macam:
1.
Morfem bebas,
yaitu morfem yang berdiri sendiri dari segi makna tanpa harus dihubungkan
dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem bebas.
Contoh: makan, buku, sekolah, dsb.
2.
Morfem terikat,
yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dari segi makna. Makna morfem
terikat ini baru jelas setelah dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua
imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran)
tergolong morfem terikat (termasuk partikel). Contoh: me-, ber-, di-, -an,
-lah, dsb.[6]
C.
Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri
sendiri dari segi makna. Seperti kata sepeda, ambil, dingin, kuliah.
Empat kata ini diakui sebagai kata karena setiap kata mempunyai makna. Berbeda
dengan adepes, libma, ningid, hailuk bukan diakui kata karena tidak
mempunyai makna.[7]
D.
Frasa
Frasa
adalah kelompok
kata (gabungan dua kata atau lebih) yang tidak mengandung predikat dan
belum membentuk klausa atau kalimat. Seperti langit biru, baju batik,
penyakit yang sangat berbahaya. Cakupan makna yang dibentuk oleh frasa
masih di sekitar makna lesikal kata pembentuknya karena hakikat frasa adalah
kata yang diperluas dengan memberinya keterangan, inti maknanya tetap. Berbeda
dengan (langit batik, biru baju, yang berbahaya sangat penyakit) ini
tidak dinamakan frasa karena tidak mempunyai kesatuan makna.[8]
Susunan kata
dalam frasa bersifat tegar (fixed), tidak tergoyahkan, dan tidak boleh
dibalik seperti: haus kekuasaan, siap tempur, temu wicara; bukan kekuasaan
haus, tempur siap, wicara temu. Jika
posisinya berpindah, kelompok kata itu berpindah secara utuh. seperti: -hari ini akan diadakan jumpa
pers.
-jumpa pers akan diadakan hari ini.
Frasa
dikelompokkan menjadi lima macam:[9]
1)
frasa verbal
(artinya sama dengan arti kata kerja)
asyik belajar (intinya: belajar)
sedang berpikir keras (intinya: berpikir)
harus menulis kembali (intinya: menulis)
2)
frasa adjektiva
(artinya sama dengan arti kata sifat)
sudah
baik, sangat malu, harus
tidak kotor, benar sekali
3)
frasa adverbial
(artinya sama dengan arti kata keterangan)
pada zaman jepang, dengan kereta api
cepat, sebelum subuh, pada akhir pertunjukan itu
4)
frasa nominal
(artinya sama dengan arti kata benda)
penyakit yang
sangat berbahaya, lembar jawaban ujian akhir semester, pembawa acara yang kocak,
lima lembar kuitansi tanda bukti pembayaran
5)
frasa preposisional
(artinya sama dengan arti kata tugas, miasalnya preposisi dan konjungsi)
dari atas, oleh karena (itu), sampai
dengan, dari muka, akan tetapi, ke tengah
2.
Pembagian Jenis Kata
Dari segi bentuknya kata dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) kata
dasar (kata yang bermorfem tunggal) seperti: rumah, buku, cerdas dan
(2) kata turunan ( kata yang bermorfem banyak) seperti:
dirumahkan, pembukuan, mencerdaskan.[10]
Perubahan kata dasar menjadi kata turunan, selain mengakibatkan
perubahan bentuk dan makna, juga mengakibatkan perubahan jenis atau kelas kata.
Pembagian jenis atau kelas kata yang mutakhir adalah yang diajukan Tim Depdikbud
RI (1988) dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. di dalamnya,
moeliono mengelompokkan kata dalam lima jenis, yaitu:[11]
a)
Verba (Kata Kerja)
adalah kata yang menyatakan perbuatan, atau tindakan,proses, dan keadaan yang
bukan merupakan sifat serta berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.
Untuk mengenali jenis kata kerja, dapat diuji dengan menambahkan dengan + KB
(kata benda)/ KS (kata sifat) di belakang kata yang diuji. Misalnya kata tulis
dan pergi, tergolong sebagai kata kerja karena jika digabungkan dengan
konstruksi penguji tadi akan tercipta arti yang jelas.
tulis +
dengan pena (KB) menulis
+ dengan cepat (KS)
pergi +
dengan adik (KB) bepergian + dengan gembira
(KS)
Pada contoh di
atas tampak bentuk kata kerja ada dua macam: (1) kata kerja asal, yaitu
kata kerja yang berdiri sendiri dalam kalimat tanpa bantuan afiks; misalnya tulis
dan pergi; (2) kata kereja turunan, kata kerja yang mempunyai
afiks; misalnya menulis dan bepergian. [12]
Tabel
1
AFIKS
PEMBENTUK KATA KERJA
Bentuk
|
Afiks
|
Contoh
|
Prefiks
|
ber-
di-
me-
per-
ter-
|
berkarya, bertemu, berlayar
dibawa, dipakai, dibahas
melatih, membaca, mendengar, mengolah, mengetik
perindah, perkuat
tertawa, tersenyum
|
Sufiks
|
-i
-kan
|
namai, gulai, tandai
maafkan, matikan, camkan
|
Konfiks
|
ber-an
ber-kan
di-i
di-kan
ke-an
memper-
memper-i
memper-kan
me-kan
per-i
pe-kan
|
bepergian, berpelukan, berlarian
beralaskan, berselimutkan
diselimuti, dipengarui, dicintai
dibuatkan, diambilkan, dibacakan
kejatuhan, kemasukan, kedatangan
memperjelas, memperindah
memperbaiki, mempersenjatai
mempertanyakan, mempertemukan
meluruskan, membuatkan, mendatangkan
perbaiki, perbarui
pertemukan, permasalahkan
|
Selain
bentuk-bentuk di atas, ada pula bentuk kata kerja (verba) yang lain, di
antaranya:
· verba
reduplikasi (kata kerja
berulang-ulang); misalnya makan-makan, tembak-menembak, batuk-batuk,
berlari-lari;
· verba majemuk (kata kerja dari proses penggabungan kata, dan hasilnya
bukan menjadi idiom); misalnya terjun payung, tatap muka, siap tempur;
· verba
berpreposisi (kata kerja
intransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu); misalnya tahu
akan, cinta pada, menyesal atas, tergolong sebagai;[13]
b)
Adjektiva (Kata Sifat) adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan, watak, tabiat
orang/binatang/benda. Dalam pembentukan kalimat, kata sifat umumnya berfungsi
sebagai predikat, objek, dan penjelas subjek. Kata sifat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) kata sifat tunggal, dan (2)
kata sifat berimbuhan.[14]
Ciri-ciri kata sifat tunggal adalah sebagai berikut:
1)
dapat diberi keterangan pembanding seperti lebih, kurang,
dan paling; misalnya lebih baik, kurang indah, paling pandai.
2)
dapat diberi keterangan penguat seperti sangat, amat, benar,
sekali, dan terlalu; misalnya sangat senang, amat luas, mahal
benar, sedikit sekali, terlalu berat.
3)
dapat diingkari dengan kata ingkar tidak; misalnya tidak benar,
tidak sehat.
Kata sifat
tunggal dapat di himpun menjadi lima kelompok:
a)
keadaan/situasi; misalnya aman, kacau, tenang, gawat
b)
warna; misalnya ungu, hijau, biru, merah
c)
ukuran; misalnya berat, ringan, tinggi, besar
d)
perasaan/sikap; misalnya malu, sedih, bahagia, heran
e)
cerapan/indera; misalnya harum, manis, terang, jelas
mayoritas kata sifat berimbuhan dibentuk dengan bantuan sufiks yang
diserap dari bahasa inggris dan bahasa arab yang menjadi produktif dalam bahasa
indonesia.
Tabel 2
AFIKS PEMBENTUK KATA SIFAT
Bentuk
|
Afiks
|
Contoh
|
Sufiks
|
-al
-i
-iah
-if
-ik
-is
-er
-wi
|
formal,
nasional
abadi,
alami, hewani
lahiriah.
ilmiah, alamiah
aktif,
fiktif, reaktif
magnetik,
elektronik
praktis,
anarkis, egois
komplementer,
parlementer
manusiawi,
kimiawi, surgawi
|
Konfiks
|
ke-an (reduplikasi)
se-nya(reduplikasi)
|
keinggris-inggrisan,
kekanak-kanakan
sebaik-baiknya,
sepandai-pandainya
|
c)
Adverbia (Kata Keterangan) adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina
predikatif, dan klausa. misalnya saya ingin segera melukis, paman hanya
pegawai biasa; kata segera dan hanya adalah adverbia yang
menerangkan verba melukis dan
nomina predikatif pegawai biasa.[15]
Adverbia
dibedakan atas tiga macam, yaitu (1) adverbia tunggal (segera,
sangat, hanya); (2) adverbia turunan (agaknya, biasanya, rupanya,
sebaiknya, sebenarnya); (3) adverbia ulang; ada dua macam, a)
mengulang kata dasar (diam-diam, lama-lama); b) mengulang kata
dasar dan menambah se-nya (setinggi-tingginya, sebaik-baiknya).[16]
d)
Rumpun Kata Benda, Yang Terdiri
·
Nomina (Kata Benda/Kata Nama) adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda konkret (buku,
pohon, kunci) maupun abstrak (agama,
pengetahuan, nafsu). Kata benda juga akan berfungsi sebagai subjek,
objek, pelengkap, dan keterangan dalam kalimat. Kata benda dapat
dikenali dengan cara menambahkan yang + KS (kata sifat) atau yang
sangat + KS (kata sifat), misalnya kata buku dan pengetahuan.[17]
buku + yang mahal
(KS) pengetahuan
+ yang sangat penting (KS)
Dan untuk
mengetahui kata benda berimbuhan, dapat menggunakan tabel di bawah ini.
Tabel 3
AFIKS PEMBENTUK KATA BENDA
Afiks
|
Bentuk
|
Contoh
|
Prefiks
|
ke-
pe-
ter-
|
ketua, kekasih, kehendak
petinju, pembela, pendaftar
terdakwa, tersangka
|
Sufiks
|
-an
-in
-wan
|
pikiran, timbangan
hadirin, muslimin
ilmuwan, karyawan
|
Infiks
|
-em-
-el-
-er-
-in-
|
kemuning
telunjuk, telapak
serabut, seruling
kinerja, kinasih
|
konfiks
|
ke-an
pe-an
|
kehidupan, kemauan
pegunungan, pembelian
|
·
Pronomina (Kata Ganti) adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain.[18]
1) pronomia persona, seperti kamu, dia, mereka; 2) pronomia
penanya, seperti apa, mana, kapan; 3) pronomia penyapa, seperti pak,
bu, dok; 4) pronomia penunjuk umum, seperti ini, itu, anu.
· Numeralia (Kata
Bilangan) adalah kata
yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, atau barang.[19]
Misalnya tiga, ketiga, satu-satu, banyak, para, puluhan, setengah, dua
lusin, tiga bersaudara.
e)
Rumpun Kata Tugas (Partikel)
·
Preposisi (Kata Depan) adalah kata tugas yang berada di depan kata benda, kata sifat, atau
kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa proposional), misalnya di
kantor, dengan memburuh, pada hari ini, sejak kecil.[20]
·
Konjungtor (Kata Sambung) adalah kata tugas yang berfungsi menghubungkan dua kata atau dua
kalimat.[21]
contoh:
…..antara hidup dan mati.
Rapat
sudah dimulai ketika kami tiba.
…...bukan amri tetapi amrin.
Konjuktor tidak selalu satu kata, bahkan dua kata atau lebih.
seperti selain itu, walaupun begitu, meskipun demikian, oleh karena itu.
·
Interjeksi (Kata Seru)
adalah kata tugas yang dipakai untuk mengungkapakan seruan hati seperti rasa kagum,
sedih, heran, dan jijik. Interjeksi dipakai di dalam kalimat seruan atau
kalimat perintah (imperatif).[22]
contoh:
- Ayo, maju terus!
-Aduh,
gigiku sakit sekali!
-Sial, memancing seharian, cuma
dapat sedikit!
· Artikel (Kata
Sandang) adalah kata
tugas yang membatasi makna jumlah orang atau benda. Ada tiga macam artikel,
yaitu (1) artikel bermakna tunggal ( sang guru, sang suami, sang juara);
(2) artikel bermakna jamak (para petani, para pemimpin, para hakim); (3)
artikel bermakna netral (si hitam manis, si cantik, si dia).[23]
·
Partikel bermakna
unsur-unsur kecil suatu benda. yang dimaksud di sini adalah artikel yang
berperan membentuk kalimat tanya (interogatif), yaitu –kah dan –tah
ditambah dengan –lah yang dipakai dalam kalimat perintah (imperatif) dan
kalimat pernyataan (deklaratif), serta –pun yang hanya dipakai dalam
kalimat pernyataan.[24]
contoh: (-kah) – Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
- Bagaimanakah rasanya naik pesawat
terbang?
(-lah) - Apalah dayaku tanpamu.
-
Pergilah segera, sebelum jalan macet!
(-tah)
– Siapatah gerangan jodohku nanti?
- Apatah artinya hidup ini tanpa
engkau?
(pun) – Apa pun yang
terjadi, kau tetap milikku.
-
-Hendak makan pun lauknya tidak ada.
3.
Makna dan Perubahannya
Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan objek atau
sesuatu (hal) yang diacunya. Ada dua
macam makna yang terpenting, yaitu (1) makna leksikal, (2) makna gramatikal.
a)
Makna lesikal (makna denotasi) adalah makna kata secara
lepas tanpa kaitan dengan kata yang lain dalam sebuah struktur. Istilah
leksikal berasal dari leksikon yang berarti kamus. Dengan kata
lain, makna leksikal ialah makna yang tertera dalam kamus; misalnya belah
dapat mempunyai makna (1) celah, (2) pecah menjadi dua, (3) setengah, (4) sisi,
(5) pihak. Makna leksikal disebut juga makna lugas biasanya digunakan dalam
surat-surat resmi, surat-surat dagang, laporan, dan tulisan ilmiah dengan
tujuan agar makna menjadi pasti sehingga tidak terjadi salah tafsir.[25]
b)
Makna gramatikal (makna konotasi) adalah makna yang timbul akibat proses gramatikal (struktural). Makna
gramatikal suatu kata adalah makna yang sudah bergeser dari makna leksikal kata
itu; misalnya kata hitam yang bermakna leksikal warna yang gelap,
makna gramatikalnya dapat menjadi penuh kegetiran dalam kalimat setelah
insyaf, dia tidak mau membicarakan masa lalunya yang hitam. Maka gramatikal
kata hitam akan berbeda lagi dalam kalimat yang lain. Maka gramatikal biasanya
digunakan sebagai pigura bahasa untuk memperoleh makna estetis.[26]
contoh: -lembah hitam (daerah/tempat mesum)
-kuhitamkan
negeri itu (kutinggalkan untuk selamanya)
Dalam kaitan
dengan makna, ada beberapa istilah seperti sinonim, antonim, homonim, dan
hiponim.
1.
Sinonim (padan
makna) ialah ungkapan yang maknanya hampir sama dengan ungkapan lain. sinonim
juga diumpamakan sebagai nama lain dari suatu benda atau pengertian lain dari
suatu ungkapan. Seperti kata nasib dan takdir.[27]
Sinonim dapat dibedakan menurut taraf dimana ia terdapat.
a)
Sinonim antarkalimat; misalnya saya melihat dia dan dia
dia kulihat.
b)
Sinonim antarfrasa; misalnya dua tangkai bunga dan bunga
dua tangkai.
c)
Sinonim antarkata; misalnya nasib dan takdir, memuaskan
dan menyenangkan.
d)
Sinonim antarmorfem; misalnya pemirsa dan pirsawan, kestabilan
dan stabilitas.
Dua kata yang
bersinonim dapat digabungkan sehingga memberi kesan yang lebih manis. Hasil
penggabungan tersebut melahirkan frasa yang berasal dari kata majemuk; misalnya
caci maki, gagah perkasa, sunyi senyap, jungkir balik.
2.
Antonim
(lawan kata) ialah ungkapan yang maknanya kebalikan dari ungkapan yang lain.
Seperti kata mudah dan sukar.
Antonim dapat dibedakan atas tataran sistematis berikut ini.[28]
a)
Antonim antarkalimat; misalnya dia sakit dan dia tidak
sakit.
b)
Antonim antarfrasa; misalnya secara teratur dan secara tidak
teratur.
c)
Antonim antarkata; misalnya mustahil dan mungkin, hidup
dan mati.
d)
Antonim antarmorfem; misalnya prasarjana dan pascasarjana.
Antonim
diperlukan untuk menegaskan sesuatu dengan menyangkal atau mempertentangkan;
contoh besar dan kecil, atas dan bawah. Selain itu
juga malahirkan- frasa yang dapat menyemarakkan kalimat; contoh plus minus,
jiwa raga, kawin cerai, luar dalam, maju mundur.
-membongkar mesin itu mudah,
tetapi memasangnya itu sulit.
-kakekku sudah lupa-lupa ingat
pada peristiwa itu.
3.
Homonim
adalah dua kata yang mempunyai bentuk dan ucapan yang sama, tetapi maknanya
berbeda. Contohnya mengukur (dari kukur) dan mengukur
(dari ukur), bisa (racun) dan bisa (dapat/mampu).
Selain homonim terdapat pula homofon dan homograf. Homofon adalah dua
kata yang mempunyai ucapan yang sama, tetapi makna dan bentuknya berbeda;
misalnya sangsi = ragu-ragu dan sanksi (sangsi) = hukuman, bang = panggilan
orang yang lebih tua dan bank (bang) = tempat penyimpanan uang. Homograf
adalah dua kata yang mempunyai bentuk yang sama tetapi bunyi/ucapan dan
maknanya berbeda; misalnya beruang = nama binatang, beruang = mempunyai ruang, beruang =
mempunyai uang. [29]
4. Hiponim adalah makna sebuah ungkapan merupakan bagian dari makna ungkapan
yang lain; misalnya merah adalah hiponim dari kata berwarna.
Hiponim hanya berlaku satu arah. Bila hal itu sebaliknya, disebut hipernim;
misalnya berwarna hipernim terhadap merah.[30]
Dalam proses
perkembangan bahasa, makna suatu kata dapat mengalami perubahan. Perubahan itu
disebabkan oleh perbedaan tempat, waktu, dan kehendak pemakaian. Diantara
perubahan makna yang penting adalah sebagai berikut.
a)
Meluas,
yaitu jika cakupan makna sekarang lebih luas dari makna yang lama. Kata putra-putri
yang dahulu hanya dipakai untuk anak-anak raja, sekarang dipakai untuk menyebut
semua anak laki-laki dan perempuan.
b)
Menyempit,
yaitu jika cakupan makna dahulu lebih luas dari makna yang sekarang. Kata sarjana
dahulu dipakai untuk semua cendikiawan, sekarang hanya untuk gelar
akademis.
c)
Amelioratif,
yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih tinggi atau
lebih baik nilainya dari makna lama. Kata istri dan nyonya
dirasakan lebih baik dari bini.
d)
Peyoratif,
yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih rendah
nilainya dari makna lama (kebalikan amelioratif). Kata oknum dan gerombolan
yang dianggap baik pada zaman lampau, sekarang maknanya menjadi tidak baik.
e)
Sinestesia,
yaitu perubahan makna yang terjadi karena pertukaran tanggapan dua indera yang
berlainan. Contoh: kata-katanya manis. manis sebenarnya tanggapan
indera perasa, tetapi dipakai untuk indera pendengar. Contoh lain: mukanya
masam, pidatonya hambar.
f) Asosiasi, yaitu perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat. Kata amplop
yang berarti kertas pembungkus surat, dan sering juga dipakai sebagai
pembungkus uang, berdasarkan persamaan
tersebut dipakai untuk pengertian memberi sogokan. Beri dia amplop agar urusan
cepat beres.[31]
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Fonem
adalah bunyi dari lambang suatu huruf yang dapat membedakan arti, misalnya
perbedaan huruf /e/ pada kata sate, pedas, dan enak. Morfem
adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna; dan atau mempunyai
makna, misalnya di-per-main-kan. Kata adalah satuan bentuk
terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna,
misalnya sepeda. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang
bersifat non predikatif dan bermakna leksikal, misalnaya gunung tinggi.
Pembagian jenis kata ada lima, yaitu (1) verba/kata kerja; (2)
adjektiva/kata sifat; (3) adverbia/kata keterangan; (4) rumpun kata benda, meliputi
nomina/kata benda dan nama, pronomina/kata ganti, numeralia/kata bilangan; (5)
rumpun kata tugas, meliputi preposisi/kata depan, konjungtor/kata sambung,
interjeksi/kata seru, artikel/kata sandang, partikel.
Makna
adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan objek atau sesuatu (hal) yang
diacunya. Pembagian makna ada dua macam, yaitu leksikal/denotasi (makna
sebenarnya) dan gramatikal/konotasi (makna tidak sebenarnya). Perubahan
makna ada enam bentuk, yaitu Meluas, Menyempit, Amelioratif, Penyoratif, Sinestesia,
dan Asosiasi.
2.
Kritik dan Saran
Demikian penjelasan mengenai “Bentuk dan Makna” dalam Mata Kuliah Bahasa
Indonesia, semoga bisa bermanfaat bagi
segenap pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan baik
berupa penulisan maupun pembahasan di atas karena keterbatasan pengetahuan.
Kiranya kritik dan saran yang
membangun sangat kami perlukan untuk perbaikan penulisan makalah ini kedepan. Sekian, dan Wallahu ‘Alam bish Showab.
DAFTAR PUSTAKA
Lamuddin Finoza, S.S., Komposisis
Bahasa Indonesia, Cetakan X,
Jakarta: Diksi Insan Mulia, 1993.
Drs. Adam Normiles, Sri Sani Bagus, Drs. Imron, Kamus Bahasa
Indonesia, Surabaya: Karya Ilmu, 1992.
[1] Lamudin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (jakarta:Diksi
Insan Mulia,Cet.X, 2004-2005), Hal.60.
[3]
ibid.
[11]
ibid…Hal.65.
[14]
ibid…Hal.67.
[15]
ibid…Hal.68.
[16]
ibid…Hal.69.
[17]
ibid…Hal.70.
[20]
Lamudin…Hal.73.
[21] ibid.
[23] ibid…Hal.75.
[24]
ibid…Hal.75-76.
[26] ibid.
[27]
ibid…Hal.81-82.
[29] ibid…Hal.83.
[30]
ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar