MANUSIA KEGELISAHAN DAN HARAPAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliyah Ilmu Budaya Dasar
Disusun Oleh:
Zaini Maftukhin
STAI KHOZINATUL ULUM BLORA
2015/2016 M.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia terkadang pernah
mengalami beberapa permasalahan yang dapat membuat seseorang mengalami
kegelisahan.
Timbulnya rasa gelisah didalam
diri manusia dapat disebabkan karena ada rasa takut yang berlebihan karena
takut kehilangan atas hak nya dan penyebab yang lain nya.
Dalam menghilangkan perasaan
gelisah, ada beberapa cara yang perlu kita ketahui dalam mengatasi kegelisahan.
Diantaranya dengan bersikap tenang dan memerlukan sedikit pemikiran untuk
intropeksi diri.
Pada dasarnya manusia dan harapan itu berada dalam satu naungan
atau berdampingan. Setiap manusia pasti mempunyai harapan, manusia tanpa
harapan berarti manusia itu mati dalam hidup.
Harapan juga harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada
diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Allah SWT. Agar harapan bisa terwujud,
maka manusia harus berusaha dengan sungguh-sungguh dan diikuti dengan berdo’a
kepada Allah SWT. Hal ini disebabkan karena harapan dan kepercayaan tidak dapat
dipisahkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kegelisahan?
2. Sebab apa seorang menjadi gelisah?
3. Usaha-usaha apa saja untuk mengatasi kegelisahan?
4. Apa dan mengapa gelisah itu?
5. Apa pengertian harapan?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian kegelisahan.
2. Mengetahu sebab kegelisahan.
3. Mengetahui usaha-usaha mengatasi kegelisahan.
4. Mengetahui apa dan mengapa kegelisahan.
5. Mengetahui pengertian harapan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata
gelisah. Gelisah artinya rasa yang tidak tentram di hati atau merasa selalu
khawatir, tidakdapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi (menanti), cemas, dan
sebagainya. Kegelisahan artinya perasaan gelisah, khawatir, cemas atau takut.
Manusia yang gelisah selalu di hantui rasa khawatir atau takut.
Suatu saat dalam
hidupnya, seorang akan mengalami kegelisahan. Kegelisahan ini, apabila cukup
lama dirasakan oleh seseorang, akan menyebabkan gangguan penyakit. Kegelisahan (anciety)
yang cukup lama akan menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia.[1]
Tentang kecemasan ini, Sigmund Freund membedakan menjadi tiga macam
yaitu :
1.
Kecemasan
objektif (kenyataan)
Suatu bahaya dalam dunia luar.
2.
Kecemasan
neurotik (syaraf)
Kecemasan yang timbul karena
pengamatan tentang bahaya yang naluriah.
Menurut Sigmund Freud kecemasan ini
dibagi tiga macam yaitu; kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan
lingkungan, bentuk ketakutan yang irasional (phobia) dan rasa takut lain karena
gugup, gagap dan sebagainya.
3.
Kecemasan
moral
disebabkan karena pribadi seseorang.
Menurut Sigmund Freud kecemasan ini dibagi tiga macam yakni; kecemasan yang
timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan, bentuk ketakutan yang
irasional (phobia) dan rasa takut lain karena gugup, gagap dan sebagainya.[2]
Sebab sebab
orang gelisah
Sebab- sebab orang gelisah adalah
pada hakikatnya orang takut kehilangan hak-haknya. Hal itu akibat dari suatu
ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam.
Contoh:
Bila ada suatu tanda bahaya (bahaya
banjir, gunung meletus, atau perampokan), orang tentu akan gelisah. Hal ini
disebabkan adanya bahaya mengancam akan hilangnya beberapa hak orang sekaligus,
misalnya hak hidup, hak memperoleh perlindungan dan sebagainya.[3]
Usaha-usaha mengatasi kegelisahan
Dalam mengatasi kegelisahan,
pertama-tama harus di mulai dari diri kita sendiri, yaitu bersikap tenang.
Dengan sikap tenang, kita dapat berfikir tenang dan segala kesulitan dapat kita
atasi. Dengan ketenangan ini, orang yang mengancam kita mungkin akan
mengurungkan niatnya.
Untuk mengatasi kegelisahan, yang
paling ampuh adalah memasrahkan diri kepada tuhan. Kita pasrahkan nasib kita
sepenuhnya kepada-Nya. Kita harus percaya bahwa tuhan-lah maha kuasa, maha
pengasih dan maha penyayang, dan maha pengampun.[4]
Apa dan mengapa gelisah
Kegelisahan bisa dikatakan sebagai
rasa tidak tentram, rasa selalu khawatir, rasa tidak tenang, rasa tidak sabar,
cemas, dan semacamnya. Yang jelas kegelisahan berkaitan dengan rasa yang
berkembang dalam diri manusia.
Dari dua ilustrasi pada awal bab
ini, kita bisa memahami bahwa kegelisahan merupakan bagian hidup manusia. Tiap
manusia, dengan tidak mempedulikan latar belakang dan kemampuannya, pasti akan
mengalami kegelisahan, sebentar atau lama, ringan ataupun berat. Ini dirasakan
wajar mengingat manusia mempunyai hati dan perasaan.
Sebagai fenomena universal, artinya
mendera manusia mana pun, kegelisahan bisa muncul akibat faktor penyebab yang
berbeda-beda. Dengan meminjam teori Sigmund Freud, secara khusus ia berbicara
tentang kecemasan, kita bisa melihat adanya tiga macam kegelisahan (baca:
kecemasan), yaitu objektif, neurotik, dan moral. Yang pertama, objektif
, bersumber pada suatu kekuatan yang ada di luar diri manusia. Kegelisahan
semacam ini bisa muncul dari antisipasi seseorang, dengan berdasarkan kepada
pengalaman perasaannya, terhadap kemungkinan adanya bahaya yang mengganggu
dirinya.
Yang kedua, yaitu heurotik, dalam
satu dan lain kasus, lebih disebabkan oleh bisikan naluri seseorang.
Kegelisahan ini bisa saja di ambil akibat munculnya rasa takut tidak mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, muncul rasa takut yang rasional atau
fobia, dan kecenderungan seorang untuk selalu gugup atau tergagap dalam
menyikapi sesuatu persoalan yang dihadapi.
Yang ketiga, kegelisahan moral
biasanya diakibatkan oleh munculnya perasaan bersalah atau malu yang sebenarnya
dapat dikendalikan oleh hati nuraninya, jadi kegelisahan moral bersumber pada
struktur keperibadian seseorang.[5]
B.
Pengertian harapan
Harapan berasal dari kata harap,
artinya keinginan supaya sesuatu terjadi. Harapan artinya keinginan yang belum terwujud.
Setiap orang mempunyai harapan. Tanpa harapan manusia tidak ada artinya. Manusia
yang tidak mempunyai harapan berati tak dapat diharapkan.
Dalam diri manusia ada dorongan,
yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup. Dorongan kodrat itu ialah
menangis, tertawa, berfikir, berkata, bercinta, mempunyai keturunan, dan
sebagainya.
Kebutuhan hidup adalah kebutuhan
jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani ialah pangan, sandang, dan papan,
sedangkan kebutuhan rohani meliputi kebahagiaan, kesejahtraan, kepuasan
hiburan, dan sebagainya.
Berdasarkan dorongan kebutuhan
kodrat dan kebutuhan hidup, maka setiap orang mengharapkan agar kebutuhan hidup
dengan dipenuhi. Sehubungan dengan kebutuhan manusia, Abram Maslow
mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi lima macam, yang merupakan lima
harapan manusia ialah:
1.
Harapan
untuk memperoleh kelangsungan hidup.
2.
Harapan
untuk memperoleh keamanan.
3.
Harapan
untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai.
4.
Harapan
memperoleh status atau untuk diterima atau diakui lingkungan.
5.
Harapan
untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita.[6]
Kita ingat ibarat demikian, Manusia
tanpa cita-cita ibarat mati sebelum ajal. Artinya orang yang tidak
mempunyai cita-cita atau harapan tak ubahnya seperti mati. Jelasnya, setiap
orang mempunyai cita-cita atau harapan. Harapan bersifat manusiawi dan dimiliki
oleh setiap orang.
Bila kita tinjau dari wujudnya dapat
dikatakan bahwa harapan itu tidak terhingga. Namun, bila dilihat dari tujuannya
hanya ada satu ialah hidup bahagia, di dunia dan diakhirat. Sudah selayaknya
“harapan” untuk hidup bahagia di dua tempat itu kita niati.
Seandainya harapan itu belum
berhasil, ia akan tetap bersabar tanpa mengurangi usahanya. Ia yakin bahwa
Tuhan tidak akan mengubah nasibnya, bila ia sendiri tak mau berusaha ke arah
perubahan itu. Tak ada kamus berputus asa, sebab putus asa adalah perbuatan
orang-orang yang ingkar kepada Tuhan. Bila harapannya berhasil maka ia akan
mensyukurinya, namun bila belum berhasil ia tetap bersabar dan bertawakal.
Berharap agar hari esok lebih baik dari pada hari ini memang merupakan hak dan
kewajiban kita. Namun, kita harus selalu sadar bahwa harapan tidak selamanya
menjadi kenyataan. Yang penting kita selalu ingat pesan Nabi Muhammad Saw. “berusahalah
untuk urusan duniawimu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya ; dan
berusahalah untuk urusan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati esok pagi”.[7]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
manusia
memang tak luput dari kesalahan dan dari kesalahan inilah manusia sering kali
gelisah oleh Karena itu dalam pengertian sehari-hari kegelisahan juga diartikan
kecemasan, kekhawatiran ataupun ketakutan. Masalh kecemasan atau kegelisahan
berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan,
bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai
yang terkadang juga berbuat dan berakibat fatal bagi dirinya.
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa
harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Harapan bergantung pada
pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing. Berhasil
atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai
harapan.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Ahmad
Mustofa.1998.Ilmu Budaya Dasar.Bandung;Pustaka Setia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar