Ringkasan
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliyah Filsafat Umum
Disusun Oleh:
Zaini Maftukhin
STAI KHOZINATUL ULUM BLORA
2015/2016 M.
BAB I
KRITISISME
A.
Asal-Usul Kritisisme
Asal mula munculnya aliran kritisisme berawal dari pendirian
rasionalisme dan empirisme yang bertolak belakang. Rasionalisme
berpendirian bahwa rasio merupakan sumber pengenalan atau pengetahuan,
sedangkan empirisme berpendirian sebaliknya bahwa pengalaman menjadi
sumber tersebut. Immanuel Kant (1724-1804) berusaha mengadakan penyelesaian
atas pertikaian itu dengan filsafatnya yang dinamakan kritisisme (aliran
yang kritis).
B. Pengertian
kritisisme
Kritisisme menurut bahasa berasal dari dua kata, yaitu kritis
berarti beralasan dan reflektif. Sedangkan isme adalah suatu aliran
pemikiran.
Sedangkan menurut istilah Kritisisme adalah aliran pemikiran yang
beralasan dan reflektif berdasarkan
batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia.
C.
Tokoh Kritisisme
Tokoh kritisisme adalah Emmanuel Kant (1724-1804 M), ia lahir di Konisbergen,
Prusia Timur, Jerman. Sejak kecil ia tidak meninggalkan desanya, kecuali hanya
selama beberapa waktu singkat untuk mengajar di desa tetangganya.
Pikiran-pikiran dan tulisan-tulisannya yang sangat penting dan membawa revolusi
yang jauh jangkauannya dalam filsafat modern.
D.
Karakteristik Kritisisme
1.
Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan
bukan pada objek;
2.
Penegasan tentang keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk
mengetahui realitas atau hakikat sesuatu; rasio hanya mampu menjangkau
gejalanya;
3.
Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas
perpaduan antara peranan unsur apriori yang berasal dari rasio serta berupa
ruang dan waktu dan peranan unsur
aposteriori yang berasal dari pengalaman yang berupa materi.
E.
Kritik-Kritik Kritisisme
1.
Kritik atas Rasio Murni
Menurut kant, baik rasionalisme maupun empirisme, kedua-duanya
berat sebelah. Ia berusaha menjelaskan bahwa pengenalan manusia merupakan
paduan antara sintesis dari unsur-unsur apriori dengan unsur-unsur aposteriori.
Kant sangat mengagumi empirisme hume yang bersifat radikal dan
konsekuen, tetapi ia tidak dapat menyetujui skeptisisme yang dianut hume dengan
kesimpulannya bahwa dalam ilmu pengetahuan, kita tidak dapat mencapai
kepastian.
2.
Kritik atas Rasio
Praktis
Rasio praktis adalah rasio yang mengatakan apa yang harus kita lakukan; atau dengan kata lain, rasio yang memberikan perintah kepada
kehendak kita. Kant memperlihatkan bahwa rasio praktis memberikan perintah
yang mutlak (imperatif kategori).
Terdapat tiga postulat dari rasio praktis, yaitu: kebebasan kehendak,
inmoralitas jiwa, dan adanya allah.
Yang tidak dapat ditemui atas dasar rasio teoretis harus diandaikan
atas dasar rasio praktis. Akan tetapi tentang ketiga postulat tersebut, kita semua
tidak mempunyai pengetahuan teoritas. Menerima ketiga postulat dinamakan oleh
kant sebagai kepercayaan.
3.
Kritik atas Daya
Pertimbangan
Sebagai konsekuensi dari “kritik atas rasio umum” dan “kritik atas
rasio praktis” ialah munculnya dua lapangan tersendiri, yaitu lapangan
keperluan mutlak di bidang alam dan lapangan kebebasan di bidang tingkah laku
manusia. Maksudnya kritik ini adalah mengerti kedua persesuaian kedua lapangan
ini dengan menggunakan konsep finalitas (tujuan).
Finalitas bisa bersifat subjektif dan objektif. Finalitas yang bersifat subjektif yaitu
manusia mengarahkan objek pada diri manusia sendiri. Sedangkan finalitas yang
bersifat objektif yaitu keselarasan satu sama lain dari benda-benda alam.
Kritisisme kant sebenarnya
telah memadukan dua pendekatan dalam pencarian keberadaan sesuatu yang juga
tentang kebenaran substansial dari sesuatu itu. Rasio tidak mutlak dapat
menemukan kebenaran, karena rasio tidak membuktikan, demikian pula pengalaman,
tidak dapat dijadikan melulu tolok ukur, karena tidak semua pengalaman
benar-benar nyata dan rasional.
BAB II
HUMANISME
A.
Humanisme
Pada masa renaissance muncul aliran yang menetapkan kebeenaran
berpusat pada manusia, yang kemudian disebut dengan humanisme. Aliran ini lahir
disebabkan kekuasaan gereja yang telah menafikan berbagai penemuan manusia,
bahkan dengan doktrin dan kekuasaanya,
gereja telah meredam para filosof dan ilmuan yang dipandang dengan penemuan
ilmiahnya telah mengingkari kitab suci yang selama ini diacu olehkaumkristiani.
Humanisme, menurut alim syariyati (1992 : 39 ), berkaitan
dengan eksistensi manusia, bagian dari
filsafat yang menyatakan bahwa tujuan pokok dari segala sesuatu adalah kesempurnaan manusia. Aliran ini memandang bahwa manusia adalah mahluk mulia yang semua kebutuhan
pokokdiperuntukkan untuk memperbaiki spesiesnya
Ada empat
aliran yang mengklaim sebagai bagian dari humanisme, yaitu:
1.
Liberalisme barat
2.
Marxisme
3.
Eksistensialisme
4.
Agama
B.
Sejarah munculnya filsafat humanisme
Sejarah perkembangan aliran filsafat pendidikan humanisme ditelusuri pada
masa klasik barat dan masa klasik timur. Dasar pemikiran filsafat aliran
filsafat pendidikan ditemukan dalam pemikiran filsafat klasik cina konfusius
dan pemikiran filsafat klasik yunani. Aliran psikologi humanis itu muncul
sebagai gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an dan 1960-an. Dimana
perkembangan peradapan baru itu dikenal dengan nama renaisans yang terjadi pada
abad 16. zaman renaisans dikenal dengan sebutan jaman kebangkitan kembali.
Selain itu juga dikenal dengan nama jaman pemikiran (age of reason),
perkembangan filsafat, ilmu, dan kemanusiaan mengalami kebangkitan setelah lama
di kungkung oleh kekerasan dogma-dogma agama.
Humanisme
sebagai suatu gerakan filsafat dan geerakan kebudayaan berkembang sebagai suatu
reaksi terhadap dehumanis yang telah terjadi berabad-abad. Terjadi dalam dunia
Eropa sebagai akibat langsung dari kekuasaan para pemimpin agama yang merasa
menjadi satu-satunya otoritas dalam memberikan intepretasi terhadap dogma-dogma
agam yang kemudian diterjemahkan kedalam segenap bidang kehidupan di Eropa.
Dalam kontek reaksi ini, pelopor humanisme menjelaskan bahwa manusia dengan
segenap kebebasan memiliki potensi yang sangat besar dalam menjalankan
kehidupan ini secara mandiri untuk mencapai keberhasilan hidup didunia.
Perkembangan
selanjutnya terjadi pada abad 18. periode perkembangan ini dimasukan kedalam
masa penceraha (aufklarung). Tokoh humanis yang muncul adalah J.J Rousseu.
Tokoh ini mengutamakan pandangan tentang perkembangan alamiah manusia sebagai
metode untuk mencoba keparipurnaan tujuan-tujuan pendidikan. Pada abad 20
terjadi perkembangan humanistic yang disebut humanisme kontemporer. Humanisme
kontemporer merupakan reaksi protes atau gerakan protes terhadap dominasi
kekuatan-kekuatan yang mengancam eksistensi nilai-nilai kemanusiaan yang ada
dalam diri manusia di era modern. Perkembangan lebih lanjut dari filsafat
humanis ini adalah berkenaan dengan peran dan kontribusi filsafat
eksistensialisme yang cukup memberikan kontribusi dalam filsafat pendidikan
humanistic.
C. Tokoh-tokoh filsafat humanisme
1.
Combs
Combs
menyatakan
apabila kita ingin memahami prilaku orang kita harus mencoba memahami dunia
persepsi itu. Apabila kita ingin mengubah prilaku seseorang, kita harus
berusaha mengubah keyakinan atau pandangan orang itu, prilaku dalamlah yang
membedakan seseorang dari yang lain.
2. Abraham Maslow
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran
psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk
memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal
sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki
Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau
hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang
paling tinggi (aktualisasi diri). Dalam teori psikologinya, yakni semakin
tinggi need achievement yang dimiliki seseorang semakin serius ia menggeluti
sesuatu itu.
3. Carl Ransom Rogers
Carl Ransom Rogers dilahirkan di Oak Park, Illinois, pada tahun
1902 dan wafat di LaJolla, California, pada tahun 1987. Semasa mudanya, Rogers
tidak memiliki banyak teman sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktunya
untuk membaca.
D.
Konsep pemikiran filsafat humanisme
Konsep pemikiran
filsafat humanisme yang dikemukankan oleh filsuf humanis meliputi
beberapa hal berkut ini yaitu sebagai berikut :
1. Pandangan tentang
hakekat manusia
Hakekat manusia yaitu
manusia memiliki hakekat kebaikan dalam dirinya, dalam hal ini apabila manusia
berada dalam lingkungan yang kondusif bagi perkembangan potensialitas dan
diberi semacam kebebasan untuk berkembang maka mereka akan mampu untuk
mengaktualisasikan atau merealisasikan sikap dan perilaku yang bermanfaat bagi
dirinya sendiri dan lingkungan masyarakat.
2. Pandangan tentang
kebebasan dan otonomi manusia.
Penganut ini memberi
pandangan bahwa setiap manusia memiliki kebebasan dan otonomi memberikan
konsekuensi langsung pada pandangan terhadap individualitas manusia dan
potensialitas manusia. Individualitas manusia yang unik dalam diri setiap
pribadi harus di hormati. Berdasarkan pandangan ini, salah satu upaya
pengembangan sumber daya manusia perlu dilakukan dalam proses pendidikan untuk
mencapai hasil yang maksimal adalam pemberian kesempatan kepada perkembangannya
askpek-aspek yang ada di dalam diri individu. Sehingga akhir dari perkembangan
pribadi manusia adalah mengaktualisasikan dirinya, mampu mengembangkan
potensinya secara utuh, bermakna dan berfungsi bagi kehidupan dirinya dan
lingkungannya.
3. Pandangan tentang diri
dan konsep diri
Diri merupakan pusat
kepribadian yang perkembanganya melalui proses aktualisasi potensi-potensi yang
mereka miliki, yang di dalam diri seseorang dengan orang lain. Di mana di dalam
diri seseorang itu terdapat perasaan, sikap, kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, kecerdasan spiritual dan karakteristik fisik. (menurut Ellias dan
Meriam).
BAB III
MATERIALISME
A. Pengertian Materialisme
Materialisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang pandangannya
bertitik tolak dari pada materi (benda). Materialisme memandang bahwa benda itu
primer sedangkan ide ditempatkan di sekundernya. Sebab materi ada terlebih
dahulu baru ada ide. Pandangan ini berdasakan atas kenyataan menurut proses
waktu dan zat.
Menurut
proses waktu, lama sebelum manusia yang mempunyai ide itu ada didunia, alam
raya ini sudah ada.
Menurut
zat, manusia tidak bisa berfikir atau mempunyai ide bila tidak mempunyai otak,
otak itu adalah sebuah benda yang bisa dirasakan oleh panca indera kita. Otak
atau materi ini yang lebih dulu ada baharu muncul ide dari padanya. Atau
seperti kata Marx “Bukan fikiran yang menentukan pergaulan, melainkan keadaan
pergaulan yang menentukan fikiran.” Maksudnya sifat/fikiran seorang individu
itu ditentukan oleh keadaan masyarakat sekelilingnya, “masyarakat
sekelilingnya” –ini menjadi materi atau sebab yang mendorong terciptanya
fikiran dalam individu tersebut.
B.
Aliran-aliran dalam materialisme
1. Materialisme
Mekanik
Materialisme
mekanik adalah aliran filsafat yang pandangannya materialis sedangkan metodenya
mekanis. Aliran ini mengajarkan bahwa materi itu selalu dalam keadaan gerak dan
berubah, geraknya itu adalah gerakan yang mekanis artinya, gerak yang tetap
selamanya atau gerak yang berulang-ulang (endless loop) seperti mesin yang
tanpa perkembangan atau peningkatan secara kualitatif.
2. Materialisme
metafisik
Materialisme
metafisik mengajarkan bahwa materi itu selalu dalam keadaan diam, tetap atau
statis selamanya seandainya materi itu berubah maka perubahan tersebut terjadi
karena faktor luar atau kekuatan dari luar. Gerak materi itu disebut gerak
ekstern atau gerak luar. selanjutnya materi itu dalam keadaan terpisah-pisah
atau tidak mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya.
3. Materialisme
dialektis
Materialisme
dialektis adalah aliran filsafat yang bersandar pada matter (benda) dan
metodenya dialektis. Aliran ini mengajarkan bahwa materi itu mempunyai
keterhubungan satu dengan lainnya, saling mempengaruhi, dan saling bergantung
satu dengan lainnya. Gerak materi itu adalah gerakan yang dialektis yaitu
pergerakan atau perubahan menuju bentuk yang lebih tinggi atau lebih maju
seperti spiral. Tokoh-tokoh pencetus filsafat ini adalah Karl Marx (1818-1883
M), Friedrich Engels (1820-1895 M).
Gerakan
materi itu adalah gerak intern, yaitu bergerak atau berubah karena dorongan
dari faktor dalamnya (motive force-nya). Yang disebut “diam” itu hanya
tampaknya atau bentuknya, sebab hakikat dari gejala yang tampaknya atau
bentuknya “diam” itu isinya tetap gerak, jadi “diam” itu juga suatu bentuk
gerak.
Metode
yang dipakai adalah dialektika Hegel, Marx mengakui bahwa orang Yunani-lah yang
pertama kali menemukan metode dialektika, tetapi Hegel-lah yang
mensistematiskan metode tersebut. Tetapi oleh Marx dijungkir balikkan dengan
bersandarkan materialisme. Marx dan temannya Engels mengambil materialisme
Feurbach dan membuang metodenya yang metafisis sebagai dasar dari filsafatnya.
Dan memakai dialektika sebagai metode dan membuang pandangan idealis Hegel.
BAB IV
STRUKTURALISME
A.
Pengertian struktualisme
Strukturalisme adalah faham
atau pandangan yang menyatakan bahwa semua masyarakat dan
kebudyaan
memiliki suatu struktur yang sama dan tetap. Strukturalisme juga adalah
sebuah pembedaan secara tajam mengenai masyarakat dan ilmu kemanusiaan dari
tahun 1950 hingga 1970, khususnya terjadi di Perancis. Strukturalisme berasal
dari bahasa Inggris, structuralism; latin struere (membangung), structura
berarti bentuk bangunan. Trend metodologis yang menyetapkan riset sebagai tugas
menyingkapkan struktur objek-objek ini dikembangkan olerh para ahli humaniora.
Struktualisme berkembang pada abad 20, muncul sebagai reaksi terhadap evolusionisme
positivis dengan menggunakan metode-metode riset struktural yang dihasilkan
oleh matematika, fisika dan ilmu-ilmu lain.
B.
Tujuan Strukturalisme
Tujuan Strukturalisme adalah mencari struktur terdalam dari realitas yang tampak kacau dan beraneka ragam di permukaan
secara ilmiah (obyektif, ketat dan berjarak). Ciri-ciri itu dapat dilihat strukturnya:
1. Bahwa yang tidak
beraturan hanya dipermukaan, namun sesungguhnya di balik itu terdapat sebuah
mekanisme generatif yang kurang lebih konstan.
2. Mekanisme itu selain
bersifat konstan, juga terpola dan terpola dan terorganisasi, terdapat
blok-blok unsur yang dikombinasikan dan dipakai untuk menjelaskan yang
dipermukaan
3. Para peneliti
menganggap obyektif, yaitu bisa menjaga jarak terhadap yang sebenarnya dalam
penelitian mereka
4. Pendekatan dengan
memakai sifat bahasa, yaitu mengidentifikasi unsur-unsur yang bersesuaian untuk
menyampaikan pesan. Seperti bahasa yang selalu terdapat unsur-unsur mikro untuk
menandainya, salah satunya adalah bunyi atau cara pengucapan.
5. Strukturalisme dianggap
melampaui humanisme, karena cenderung mengurangi, mengabaikan
bahkan menegasi peran subjek.
C. Masa Strukturalisme
Tahun 1966 digambarkan oleh Francois Dosse dalam bukunya Histoire du
Structuralism sebagai tahun memancarnya strukturalisme di Eropa, khususnya di Prancis. Perkembangan strukturalisme pada tahun 1967-1978 digambarkan sebagai masa
penyebaran gagasan strukturalisme dan penerangan tentang konsep strukturalisme
serta perannya dalam ilmu pengetahuan.
D. Ciri Strukturalisme
Ciri-ciri
strukturalisme adalah pemusatan pada deskripsi keadaan aktual objek melalui penyelidikan, penyingkapan tabiat, sifat-sifat yang terkait dengan
suatu hal melalui pendidikan. Ciri-ciri itu bisa dilihat dari beberapa hal; hirarki, komponen atau unsur-unsur, terdapat metode, model teoritis yang jelas dan distingsi yang jelas.
Para ahli strukturalisme menentang eksistensialisme dan fenomenologi yang mereka anggap terlalu individualistis dan kurang ilmiah. Salah satu yang terkenal adalah pandangan Maurice Meleau-Ponty yang
menentang fenomenologi dan eksistensialisme tubuh manusia. Pounty menekankan
bahwa hal yang fundamental dalam identitas manusia adalah bahwa kita adalah
objek-objek fisik yang masing-masing memiliki kedudukan yang berbeda-beda dan
unik dalam ruang dan waktu.
E. Tokoh
Strukturalisme
Sebagai
penemu stuktur bahasa, Saussure berargumen dengan melawan para sejarawan yang
menang dalam pendekatan filologi. Dia mengajukan pendekatan ilmiah, yang didekati dari sistem terdiri dari elemen dan peraturannya
dalam pembuatannya yang bertujuan menolong komnunikasi dalam masyarakat.
Metode
Strauss adalah anthropologi dan linguistik secara serempak. Unsur-unsur yang
digelutinya adalah mengenai mitos, adat-istiadat, dan masyarakatnya sendiri.
Jacques
Lacan (Freudian) dalam psikologi menggambarkan pekerjaan Saussure dan
Levi-Strauss untuk menekankan pendapat Sigmund Freud dengan bahasa dan argumen
yang, sebagai sebuah tatanan kode, bahasa dapat mengungkapkan ketidaksadaran
orang itu.
Strukturalisme
modern atau poststrukturalisme dalam bidang filsafat adalah dengan mendekati
subjektivitas dari generasi dalam berbagai wacana epistemik dari tiruan maupun
pengungkapannya.
Strukturalisme terkait
kekristenan dalam atemporal sturkturalisme sebenarnya cocok dengan penekanan
eternalistik kekristenan.
F.
Prinsip strukturalisme
Prinsip strukturalisme
menganggap bahwa karya sastra dalam dirinya sendiri merupakan suatu struktur
otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur
pembangun yang saling berkaitan. Untuk memahami maknanya, karya sastra harus dikaji berdasarkan unsur-unsur
yang membangun strukturnya sendiri, lepas dari latar belakang sejarah,
pengarang, dan efeknya pada pembaca.
Analisis struktural terhadap karya sastra memang mengandung
banyak kelemahan, tetapi analisis ini merupakan prioritas bagi seorang peneliti
sebelum ia melangkah pada hal-hal lain.
BAB V
EMPIRISME
A.
Pengertian Empirisme
Empirisme adalah salah satu aliran dalam filosof yang menekankan
peran pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengertian itu
sendiri,danmengecilkan peranan akal.istilah empirisme diambil dari bahasa
Yunani empeiria
yang berarti coba-coba atau pengalaman. filsafat empirisme
tentang teori makna amat berdekatan dengan aliran positivisme logis(logical
positivism) dan filsafat Ludwig wittegenstein.akan
tetapi, teori makna dan empirisme selalu harus di pahami lewat penafsiran
pengalaman.
B. Tokoh –
tokoh empirisme
Diantara
tokoh dan pengikut aliran empirisme adalah:
1. Francis
bacon (1210-1292)
Menurutnya
pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang di terima orang melalui
persentuhan indrawi dan dunia fakta.dari dogma-dogma di ambil
kesimpulan.menurut bacon ilmu yang benaradalah ilmu yang telah terakumulasi
antara pikiran dan kenyataan ,di perkuat sentuhan kemudian indrawi.
2. Thomas
hobbes (1588-1679 M)
Menurutnya
pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang di terima orang melalui
persentuhan indrawi dan dunia fakta.dari dogma-dogma di ambil
kesimpulan.menurut bacon ilmu yang benaradalah ilmu yang telah terakumulasi
antara pikiran dan kenyataan ,di perkuat sentuhan kemudian indrawi.
3. John
locke(1632-1704 M)
Ia
adalah filosof inggris yang banyak mempelajari agama Kristen.filsafat locke
dapat di katakana anti metafisika.bahkan,locke menolak juga akal(reason).ia
hanya menerima pemikiran sistematis yang pasti dan cara penarikan dengan metode
induksi.
4. George
Berkeley (1665-1753 M)
Lahir di
irlandia, ia menjadi uskup anglikan di cloyne(irlandia).sebagai penganut
empirisme, barkeley mencanangkan teori yangdi namakan immaterialisme atas dasar
prinsip-prinsip empirisme.Barkeley berpendapat bahwa sama sekali tidak ada
substansi – substansi material, yang ada hanyalah pengalaman dalam ruh saja.
5. David
hume (1711-1776 M)
Menurut
para penulis sejarah filsafat,empirisme berpuncak pada David Hume sebab ia
menggunakan prinsip-prinsip empiristis dengan cara yang paling radikal,
terutama pengertian substansi dan kausalitas (hubungan sebab akibat) yang
menjadi objek kritiknya.Buku hume, Treatise of Human Nature (1739 M), di
tulisnya tatkala ia masih muda, yaitu berumur 20 tahunan. Ia menulis buku yang
memang yang memang terkenal, An Enquiry concerning human understanding. Baik
Treatise
maupun Enquiry, keduanya menggunakan
metode empirisme, sama dengan john locke.
6. Herbert
Spencer (1820-1903)
Filsafat
Herbert Spencer berpusat pada teori evolusi.Sembilan tahun sebelum terbit karya
Darwin yang terkenal, The Origen of Spesies (1859 M), menurut Spencer, kita
hanya dapat mengenali fenomena – fenomena atau gejala – gejala. Kita mendeduksi
materi menjadi atom – atom, kemudian atom kita bagi menjadi lebih kecil sampai
akhirnya pada unsur yang tidak dapat di bagi lagi karena kecilnya. Akan
tetapi, bagian yang terkecil itu tidak dapat di pahami.Jadi, ruang dan waktu
pada akhirnya adalah dua objek yang tidak dapat kita ketahui.
C. Jenis –
jenis empirisme yaitu :
1. Empirio –
Kritisme
Disebut
juga machisme.Sebuah aliran filsafat yang bersifat subyaktif – idealistic.
Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini ingin
“membersihkan” pengrtian pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan,
kausalitas, dan sebagainya, sebagai pengertian apriori.
2. Empirisme Logis
Analisis
logis modern dapat di terapkan pada pemecahan – pemecahan problem filosofis dan
ilmiah
3. Empiris Radikal
Suatu
aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada
pengalaman inderawi.Apa yang tidak dapat di lacak secara demikian itu, dianggap
bukan pengetahuan.
D.
Ajaran – ajaran empirisme
Ajaran – ajaran pokok empirisme yaitu :
1.
Pandangan bahwa semua idea atau gagasan merupakan abstraksi yang di
bentuk dengan menggabungkan apa yang di alami.
2.
Pengalaman indrawi adalah satu – satunya sumber pengetahuan, dan
bukan akal atau rasio.
3.
Semua yang kita ketahui pada akhirnya tergantung pada data indrawi.
4.
Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara
tidak langsung dari data indrawi (kecuali beberapa kebenaran definisional
logika dan matematika).
5.
Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman
sebagai satu – satunya sumber pengetahuan.
BAB VI
RASIONALISME
A.
Pengertian Rasionalisme
Secara bahasa rasionalisme berasal dari bahasa inggris rationalis.
Kata ini berasal dari bahasa latin ratio yang berati “akal” . Dan secara
istilah (terminologis) rasionalisme adalah aliran yang dipandang sebagai aliran
yang berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam ilmu
pengetahuan. Rasionalisme adalah faham atau aliran yang berdasar rasio, ide-ide
yang masuk akal. Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki. Zaman
rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad XVII sampai akhir XVIII. Pada
zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah penggunaan yang eksklusif
daya akal budi (ratio) untuk menemukan kebenaran.
B.
Tokoh-tokoh rasionalisme
1.
Rene Descartes ( 1596-1650 )
Rene
Descartes lahir di La Haye, Prancis, 31 Maret 1596 dan meninggal di Strockholm,
Swedia, 11 Februari 1650. Descartes biasa dikenal sebagai Cartecius. Ia adalah
seorang filsuf dan matematikawan Prancis. Karyanya yang terpenting ialah
Discours de la Methode (1637) dan
Meditationes de prima Philosophia (1641).
Tokoh rasionalisme ini beranggapan bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran. Dalam buku Discours de la Methode, ia menegaskan perlunya metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan.
Tokoh rasionalisme ini beranggapan bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran. Dalam buku Discours de la Methode, ia menegaskan perlunya metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan.
2.
Nicholas Malerbranche (1638-1775)
Orang
Perancis yang bernama Nicholas Malerbranche (1638-1775) berusaha untuk
mendamaikan filsafat yang dirintis Descrates dengan pemikiran kristiani,
terlebih pemikiran Augustinus. Tentang masalah substansi, ia mengikuti ajaran
Descartes bahwa ada dua substansi yaitu pemikiran dan keluasan. Tetapi tentang
hubungan jiwa dan tubuh ia mempunyai pemecahan tersendiri pendirinya dalam bidang ini biasanya dinamakan Okasionalisme (Occasion=kesempatan). Ia mempertahankan dengan tegas bahwa jika
tidak dapat mempengaruhi tubuh dan sebagainya.
3.
B. De Spinoza (1632-1677)
B.
De Spinoza merupakan filsuf Belanda yang fenomenal setelah dia menggugat salah
satu pemikiran Descartes mengenai apa sesungguhnya dunia ini ? Sebagai
keturunan Yahudi yang berpikiran ortodoks, hingga akhirnya ia dibuang dan
dikucilkan. Meski begitu, buah pikirannya cukup mengagumkan bagi banyak orang
yang menaruh perhatian terhadap kajian – kajian filsafat dan ilmu pengetahuan.
4.
G.W. Leibniz (1946-1716)
ottfried
W. Leibniz lahir pada tanggal 1 Juli 1646 di Leipzig, Jerman. Putra dari
Friedrich Leibniz, seorang professor filsafat moral di Leipzig, Jerman.
Friedrich Leibniz berkompeten di bidangnya walaupun pendidikannya tidak tinggi,
ia mencurahkan waktu untuk keluarga dan pekerjaannya.
Salah satu pemikiran Gottfried Wilhelm Liebniz ialah tentang subtansi. Menurutnya ada banyak substansi yang disebut dengan monad (monos= satu; monad= satu unit) jika dalam matematika yang terkecil adalah titik, dan dalam fisika disebut dengan atom, maka dalam metafisika disebut dengan monad, terkecil dalam pendapat leibniz bukan berarti sebuah ukuran, melainkan sebagai tidak berkeluasan, maka yang dimaksud dengan monad bukan sebuah benda.
Salah satu pemikiran Gottfried Wilhelm Liebniz ialah tentang subtansi. Menurutnya ada banyak substansi yang disebut dengan monad (monos= satu; monad= satu unit) jika dalam matematika yang terkecil adalah titik, dan dalam fisika disebut dengan atom, maka dalam metafisika disebut dengan monad, terkecil dalam pendapat leibniz bukan berarti sebuah ukuran, melainkan sebagai tidak berkeluasan, maka yang dimaksud dengan monad bukan sebuah benda.
5.
Christian Wolf (1679-1754)
Christian
Wolff adalah seorang filsuf Jerman yang berpengaruh besar dalam gerakan
rasionalisme secular di Jerman pada awal abad ke-18. Meskipun Wolff berasal dari
keluarga Luteran, namun pendidikannya di sekolah Katolik membuatnya mengenal
pemikiran Aquinas dan Suerez Studinya di Leipzig membuat Wolff berkenalan
dengan pemikiran Leibniz dan sempat berkirim surat dengan filsuf tersebut. Pada
tahun 1706, Wolff mengajar matematika di Halle dan pada tahun 1709, ia mulai
mengajar filsafat.Ia meninggal pada tahun 1754. Pemikiran Wolff pada dasarnya merupakan
pengembangan dari filsafat Leibniz dengan menerapkannya terhadap segala bidang
ilmu pengetahuan. Ia mengupayakan supaya filsafat menjadi ilmu pengetahuan yang
pasti.Untuk itu, filsafat harus disertai dengan pengertian-pengertian yang
jelas dan bukti-bukti yang kuat.Suatu sistem filsafat haruslah berisi
gagasan-gagasan yang jelas dan penguraian yang baik.
6.
Blaise Pascal (1623-1662)
Blaise
Pascal berasal dari Prancis. Minat utamanya ialah filsafat dan agama, sedangkan
hobinya yang lain adalah matematika dan geometri proyektif.Pascal dikenal
sebagai orang jenius yang religius dan fisolofit yang tak tertandingi pada zamanya.
Pada tahun 1646,ketika masih mudah,pascal terlihat dengan gerakan Prot-Royal
yang keras dan para Jensenis,yang sangat merasa terpisah dengan dunia.Menginjak
tahun1654,ia merasakan pengalaman religious yang mendalam.
BAB VII
EKSISTENSIALISME
A.
Pengertian
eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran yang memandang segala sesuatu
berdasarkan eksistensinya atau bagaimana manusia berada dalam dunia.Secara
etimologi eksistensialisme berasal dari kata eks yang artinya luar, dan
sistensi yang berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi
dapat diartikan sebagai berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari
dirinya. Secara umum berarti, manusia dalam keberadaannya itu sadar bahwa
dirinya ada dan segala sesuatu keberadaanya di tentukan oleh akunya.karena
manusia selalu terlihat di sekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Menurut
pengertian terminologi adalah suatu alairan dalam ilmu filsafat yang menekankan
segala sesuatu terhadap manusia dan segala sesuatu yang mengiringinya dan di
pandang bahwa manusia adalah makhluk yang harus selalu aktif dengan sesuatu
yang ada di sekelilingnya serta mengkaji cara kerja manusia ketika berada dunia
dengan kesadaran.
B.
Latar Belakang Lahirnya
Eksistensialisme
Eksistensialisme muncul karena dilatarbelakangi adanya ketidak
Puasan beberapa filusuf yang memandang bahwa filsafat pada masa yunani ketika
itu seperti protes terhadap rasionalisme yunani, khususnya kemampuan
sisitem,rasa tidak puas terhadap filsafat tradisional yang bersifat dangkal dan
primitif. Selain itu, aliran ini lahir karena adanya kesadaran beberapa filusuf
bahwa manusia mulai terbelenggu dalam aktifitas teknologi yang membuat mereka
kehilangan hakekat hidupnya sebagai manusia atau makhluk yang berinteraksi
dengan alam dan lingkungan sekitar bukan hanya dengan semua serba instant.
Adapun pendapat lain mengatakan bahwa lahirnya aliaran eksistensialisme karena
adanya krisis –krisis yang terjadi atau merupakan reaksi atas aliran filsafat
yang telah ada sebelumnya atau situasi dan kondisi dunia, Yaitu:
1.
Materialisme
Menurut
pandangan ini, pada hakekatnya manusia nantinya adalah benda, seperti halnya
kayu atau batu. Para meterialis memang tidak mengatakan bahwa manusia sama
dengan benda, tapi mereka mengatakan bahwa pada akhirnya, pada
prinsipnya,Pada akhirnya, pada instansi yang terakhir manusia adalah sesuatu
yang material. Namun Manusia memang lebih unggul daripada hewan, namun
pada eksistensinya manusia sama dengan hewan.
2.
Idealisme
Aliran ini
memandang manusia sebagai subjek,hanya sebagai kesadaran, menempatkan aspek
berfikir dan kesadaran secara berlebihan sehingga menjadi seluruh manusia
bahkan di lebih – lebihkan lagi sampai tidak ada barang selain pikiran.
3.
Situasi dan kondisi
Eksistensialisme
juga karena adanaisi dunia barat yang tidak menentu. Penampilan manusia saat
itu penuh rahasia, peru- pura, kebencian merajalela, nilai sedang mengalami
krisis, bahkan manusia juga krisis. dan agama sudah tidak memberikan makna pada
kehidupan.
C.
Ciri aliran eksistensialisme
1. Eksistensialisme
adalah pemberontakan dan protes terhadap rasionalisme dan masyarakat modern,
khususnya idealisme hegel.
2. Eksistensialisme
adalah suatu proses atas nama individualisme terhadap konsep – konsep, filsafat
akademis yang jauh dari kehidupan konkret.
3. Eksistensialisme
juga merupakan pemberontakan terhadap alam yang impersonal ( tanpa kepribadian)
dari zaman industri modern dan teknologi serta gerakan masa.
4. Eksistensialisme
merupakan proses terhadap gerakan totaliter baik gerakan fasis, komunis yang
cenderung menghancurkan atau menenggelamkan perorangan di dalam kolektif atau
massa.
5. Eksistensialisme
menekankan situasi manusia dan prospek manusia di dunia.
D.
Tokoh Eksistensialisme
1.
Karl Jaspers
Eksistensialismenya
ditandai dengan pemikiran yang menggunakan semua pengetahuan obyektif serta
mengatasi pengetahuan obyektif sehingga manusia sadar akan dirinya sendiri dan
memandang filsafat bertujuan mengembalikan manusia kepada jatidirinya kembali.
Ada dua fokus pemikiran Jasper, yaitu eksistensi dan transendensi.
2.
Martin Heidegger
Pemikirannya
adalah manusi sebagai subjek atau objek dari segala masalah yang ada, semuanya
di kembalikan pada pemikiran manusia.
3.
Jean Paul Satre
“ manusia yang
berinteraksi adalahmakhluk yang hidup dan berada dengan sadar dan bebas bagi
diri sendiri”.ia mengatakan bahwa manusia ida memiliki apapun namun ia dapat
membuat sesuatu bagi dirinya sendiri. Menurutnya manusia tidak hanya ada namun
selamanya dia harus membangun adanya, adanya harus di bentuk dengan tidak henti
– hentinya.
E. Hakikat
Eksistensialisme
Eksistensialisme berarti filsafat mengenai aku, mengenai bagaimana
aku hidup. Dengan demikian eksistensialisme adalah filsafat subjektif mengenai
diri sendiri. Manusia disini di pandang sebagai makhluk yang harus aktif.
Eksistensialisme di definisikan sebagaiusaha untuk memfilsafatkan sesuatu dari
sudut pandang pelakunya. Dan memberi perhatian terhadap masalah manusia modern.
BAB VIII
IDEALISME
A.
Pengertian idealisme
Ide adalah rancangan yang tersusun dalam
pikiran; gagasan; cita (Ali 2006:127). Idealisme
adalah aliran filsafat yang memandang bahwa mind (akal) dan nilai spiritual
adalah hal yang fundamental yang ada di dunia ini. Ia adalah suatu keseluruhan
dari dunia itu sendiri. Idealisme memandang ide itu primer kedudukannya,
sedangkan materi sekunder. Ide itu timbul atau ada lebih dahulu, baru kemudian
materi. Segala sesuatu yang ada ini timbul sebagai hasil yang diciptakan oleh
ide atau pikiran, karena ide atau pikiran itu timbul lebih dahulu, baru
kemudian sesuatu itu ada. Ada juga yang mengatakan bahwa idealisme adalah pemahaman yang berpendapat
bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia,
sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu terletak di luarnya. Idealisme
merupakan kebalikan dari materialisme yang berpendapat bahwa materilah yang
lebih utama dan lebih dulu ada dibandingkan dengan ide.
B. Jenis Aliran Idealisme
Idealisme mempunyai dua aliran, yaitu idealisme
subjektif dan idealism objektif.
a.
Idealisme Subjektif
Idealisme subjektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan
bertitik tolak pada ide manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini
tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul dan terjadi di alam atau
di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide manusia atau idenya sendiri,
atau dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah sebuah ide/ fikiran dari
dirinya sendiri atau ide manusia.
Seorang idealis subjektif akan mengatakan bahwa akal, jiwa, dan
persepsi-persepsinya atau ide-idenya merupakan segala yang ada. Objek
pengalaman bukanlah benda material; objek pengalaman adalah persepsi. Oleh
karena itu benda-benda seperti bangunan dan pepohonan itu ada, tetapi hanya ada
dalam akal yang mempersepsikannya.
b.
Idealisme Objektif
Idealisme objektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar
ide manusia. Idealisme objektif ini dikatakan bahwa akal menemukan apa yang
sudah terdapat dalam susunan alam.
Menurut idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat
adalah hasil dari ciptaan ide universil. Pandangan filsafat seperti ini pada
dasarnya mengakui sesuatu yang bukan materi, yang ada secara abadi di luar
manusia, sesuatu yang bukan materi itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada,
termasuk manusia dan segala pikiran dan perasaannya.
C. Tokoh Filsafat
Idealisme
1.
J.G. Fichte (1762-1814 M)
Johan
Gottlieb Fichte adalah filosof Jerman. Ia belajar teologi di Jena pada tahun
1780-1788. Filsafat menurut Fichte haruslah dideduksi dari satu prinsip. Ini
sudah mencukupi untuk memenuhi tuntutan pemikiran, moral, bahkan seluruh kebutuhan
manusia. Prinsip yang dimaksud ada di dalam etika. Bukan teori, melainkan
prakteklah yang menjadi pusat yang disekitarnya kehidupan diatur. Unsur
esensial dalam pengalaman adalah tindakan, bukan fakta.
2.
G.W.F Hegel (1798-1857 M)
Hegel
lahir di Stuttgart, Jerman pada tanggal 17 Agustus 1770. Ayahnya adalah seorang
pegawai rendah bernama George Ludwig Hegel dan ibunya yang tidak terkenal itu
bernama Maria Magdalena. Pada usia 7 tahun ia memasuki sekolah latin, kemudian
gymnasium. Hegel muda ini tergolong anak telmi alias telat mikir!
Pada usia 18 tahun ia memasuki Universitas Tubingen. Setelah menyelesaikan
kuliah, ia menjadi seorang tutor, selain mengajar di Yena. Pada usia 41 tahun
ia menikah dengan Marie Von Tucher. Karirnya selain menjadi direktur sekolah
menengah, juga pernah menjadi redaktur surat kabar. Ia diangkat menjadi guru
besar di Heidelberg dan kemudian pindah ke Berlin hingga ia menjadi Rektor
Universitas Berlin (1830).
D. Konsep filsafat menurut aliran idealism
1. metafisika-idealisme
secara absolut
kenyataan yang sebenarnya adalah spiritual dan rohaniah, sedangkan secara
kritis yaitu adanya kenyataan yang bersifat fisik dan rohaniah, tetapi
kenyataan rohaniah yang lebih berperan.
2.
humanologi-idealisme
jiwa dikaruniai
kemampuan berpikir yang dapat menyebabkan adanya kemampuan memilih.
3.
Epistimologi-idealisme
pengetahuan
yang benar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali melalui berpikir.
Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai akal
pikiran yang cemerlang.
4.
Aksiologi-idealisme
kehidupan
manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang diturunkan dari pendapat
tentang kenyataan atau metafisika.
BAB IX
POSITIVISME
A.
Pengertian positivisme
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang
berkenaan dengan metafisik. Positivisme tidak mengenal adanya spekulasi, semua
harus didasarkan pada data empiris. Positivisme dianggap bisa memberikan sebuah
kunci pencapaian hidup manusia dan ia dikatakan merupakan satu-satunya formasi
sosial yang benar-benar bisa dipercaya kehandalan dan dan akurasinya dalam
kehidupan dan keberadaan masyarakat.
B.
Perkembangan
positivisme
Auguste Comte dilahirkan pada tahun 1798 di kota Monpellir Perancis
Selatan. Ayah dan ibunya menjadi pegawai kerajaan dan merupakan penganut agama
Katolik yang cukup tekun. Ia menikah dengan seorang pelacur bernama Caroline
Massin yang kemudian dia menyesali perkawinan itu. Dia pernah mengatakan bahwa
perkawinan itu adalah satu-satunya kesalahan terbesar dalam hidupnya. Dari
kecil pemikiran-pemikiran Comte sudah mulai kelihatan, kemudian setelah ia
menyelesaikan sekolahnya pada jurusan politeknik di Paris 1814-1816, dia
diangkat menjadi sekretaris oleh Saint Simon yaitu seorang pemikir yang dalam
merespon dampak negatif renaissance menolak untuk kembali pada abad pertengahan
akan tetapi harus direspon dengan menggunakan basis intelektual baru, yaitu
dengan berfikir empirik dalam mengkaji persoalan-persoalan realitas sosial.
Pergulatan intelektual dengan Saint Simon inilah yang kemudian membuat pola
fikir Comte berkembang. Karena ketidak cocokan Comte dengan Saint Simon
akhirnya ia memisahkan diri dan kemudian Comte menulis sebuah buku yang
berjudul “System of Positive Politics, Sistem Politik Positif” tahun
1824. Berawal dari pemikiran Plato dan Aristoteles, Comte mencoba
menggabungkannya menjadi positivistik.
C.
Ciri-ciri positivisme
1. Objektif/bebas nilai
Dikotomi yang tegas antara
fakta dan nilai mengharuskan subjek peneliti mengambil jarak dari realitas
dengan bersikap bebas nilai. Hanya melalui fakta-fakta yang teramati dan
terukur, maka pengetahuan kita tersusun dan menjadi cermin dari realitas (korespondensi).
2. Fenomenalisme
tesis bahwa realitas terdiri
dari impresi-impresi. Ilmu pengetahuan hanya berbicara tentang realitas berupa
impresi-impresi tersebut. Substansi metafisis yang diandaikan berada di
belakang gejala-gejala penampakan ditolak (antimetafisika)
3. Nominalisme
bagi positivisme hanya konsep
yang mewakili realitas partikularlah yang nyata.
4. Reduksionisme
realitas direduksi menjadi
fakta-fakta yang dapat diamati.
5. Naturalisme
tesis tentang keteraturan
peristiwa-peristiwa di alam semesta yang meniadakan penjelasan supranatural
(adikodrati). Alam semesta memiliki strukturnya sendiri dan mengasalkan
strukturnya sendiri.
D.
Fungsi filsafat positivisme
1.
Perkembangan yang diberi konotasi
sebagai kemajuan memberikan makna bahwa
positivisme telah mempertebal optimisme.
Hal tersebut melahirkan pengetahuan yang positif yang terlepas dari pengaruh-pengaruh spekulatif, atau dari hukum-hukum yang umum.
2.
Kemajuan dalam
bidang fisik telah menimbulkan berbagai implikasi dalam segi
kehidupan. Dengan kata lain, fungsi filsafat positivisme ini berperan sebagai pendorong timbulnya perkembangan dan kemajuan yang
dirasakan sebagai kebutuhan.
3.
Dengan adanya penekanan dari filsafat
positivisme terhadap segi rasional
ilmiah, maka berfungsi pula kemampuannya
untuk menerangkan kenyataan, sedemikian rupa sehingga keyakinannya
akan kebenaran semakin terbuka.
E.
Kelebihan dan kelemahan positivisme
1.
Kelebihan
Positivisme
a.
Positivisme lahir dari faham
empirisme dan rasional, sehingga kadar dari faham ini jauh lebih tinggi dari pada kedua faham
tersebut.
b.
Positivisme telah mampu mendorong
lajunya kemajuan disektor fisik dan teknologi.
c. Positivisme
sangat menekankan aspek rasionali-ilmiah, baik pada epistemology ataupun
keyakinan ontologik yang dipergunakan sebagai dasar pemikirannya.
2.
Kelemahan
Positivisme
a. Manusia
akan kehilangan makna, seni atau keindahan, sehingga manusia tidak dapat merasa
bahagia dan kesenangan itu tidak ada. Karena dalam positivistic semua hal itu
dinafikan.
b. Hanya
berhenti pada sesuatu yang nampak dan empiris sehingga tidak dapat menemukan
pengetahuan yang valid.
c.
Positivisme pada kenyataannya
menitik beratkan pada sesuatu yang nampak yang dapat dijadikan obyek
kajiaannya, di mana hal tersebut adalah bergantung kepada panca indera.
d.
Analisis biologi yang
ditransformasikan ke dalam analisis sosial dinilai sebagai akar terpuruknya
nilai-nilai spiritual dan bahkan nilai-nilai kemanusiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar