Selasa, 22 November 2016

Ringkasan



Ringkasan
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliyah Filsafat Umum

Disusun Oleh:
Zaini Maftukhin

STAI KHOZINATUL ULUM BLORA
2015/2016 M.

BAB I
KRITISISME
A.    Asal-Usul Kritisisme
Asal mula munculnya aliran kritisisme berawal dari pendirian rasionalisme dan empirisme yang bertolak belakang. Rasionalisme berpendirian bahwa rasio merupakan sumber pengenalan atau pengetahuan, sedangkan empirisme berpendirian sebaliknya bahwa pengalaman menjadi sumber tersebut. Immanuel Kant (1724-1804) berusaha mengadakan penyelesaian atas pertikaian itu dengan filsafatnya yang dinamakan kritisisme (aliran yang kritis).
B.     Pengertian kritisisme
Kritisisme menurut bahasa berasal dari dua kata, yaitu kritis berarti beralasan dan reflektif. Sedangkan isme adalah suatu aliran pemikiran.
Sedangkan menurut istilah Kritisisme adalah aliran pemikiran yang beralasan  dan reflektif berdasarkan batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia.
C.    Tokoh Kritisisme
Tokoh kritisisme adalah Emmanuel Kant (1724-1804 M), ia lahir di Konisbergen, Prusia Timur, Jerman. Sejak kecil ia tidak meninggalkan desanya, kecuali hanya selama beberapa waktu singkat untuk mengajar di desa tetangganya. Pikiran-pikiran dan tulisan-tulisannya yang sangat penting dan membawa revolusi yang jauh jangkauannya dalam filsafat modern.
D.    Karakteristik Kritisisme
1.         Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada objek;
2.         Penegasan tentang keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat sesuatu; rasio hanya mampu menjangkau gejalanya;
3.         Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan unsur apriori yang berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur aposteriori yang berasal dari pengalaman yang berupa materi.

E.     Kritik-Kritik Kritisisme
1.      Kritik atas Rasio Murni
Menurut kant, baik rasionalisme maupun empirisme, kedua-duanya berat sebelah. Ia berusaha menjelaskan bahwa pengenalan manusia merupakan paduan antara sintesis dari unsur-unsur apriori dengan unsur-unsur aposteriori.
Kant sangat mengagumi empirisme hume yang bersifat radikal dan konsekuen, tetapi ia tidak dapat menyetujui skeptisisme yang dianut hume dengan kesimpulannya bahwa dalam ilmu pengetahuan, kita tidak dapat mencapai kepastian.
2.      Kritik atas Rasio Praktis
Rasio praktis adalah rasio yang mengatakan apa yang harus kita lakukan; atau dengan kata lain, rasio yang memberikan perintah kepada kehendak kita. Kant memperlihatkan bahwa rasio praktis memberikan perintah yang mutlak (imperatif kategori). Terdapat tiga postulat dari rasio praktis, yaitu: kebebasan kehendak, inmoralitas jiwa, dan adanya allah.
Yang tidak dapat ditemui atas dasar rasio teoretis harus diandaikan atas dasar rasio praktis. Akan tetapi tentang ketiga postulat tersebut, kita semua tidak mempunyai pengetahuan teoritas. Menerima ketiga postulat dinamakan oleh kant sebagai kepercayaan.
3.      Kritik atas Daya Pertimbangan
Sebagai konsekuensi dari “kritik atas rasio umum” dan “kritik atas rasio praktis” ialah munculnya dua lapangan tersendiri, yaitu lapangan keperluan mutlak di bidang alam dan lapangan kebebasan di bidang tingkah laku manusia. Maksudnya kritik ini adalah mengerti kedua persesuaian kedua lapangan ini dengan menggunakan konsep finalitas (tujuan).
Finalitas bisa bersifat subjektif dan objektif.  Finalitas yang bersifat subjektif yaitu manusia mengarahkan objek pada diri manusia sendiri. Sedangkan finalitas yang bersifat objektif yaitu keselarasan satu sama lain dari benda-benda alam.
Kritisisme kant  sebenarnya telah memadukan dua pendekatan dalam pencarian keberadaan sesuatu yang juga tentang kebenaran substansial dari sesuatu itu. Rasio tidak mutlak dapat menemukan kebenaran, karena rasio tidak membuktikan, demikian pula pengalaman, tidak dapat dijadikan melulu tolok ukur, karena tidak semua pengalaman benar-benar nyata dan rasional.


BAB II
HUMANISME
A.    Humanisme
Pada masa renaissance muncul aliran yang menetapkan kebeenaran berpusat pada manusia, yang kemudian disebut dengan humanisme. Aliran ini lahir disebabkan kekuasaan gereja yang telah menafikan berbagai penemuan manusia, bahkan dengan doktrin  dan kekuasaanya, gereja telah meredam para filosof dan ilmuan yang dipandang dengan penemuan ilmiahnya telah mengingkari kitab suci yang selama ini diacu olehkaumkristiani.
Humanisme, menurut alim syariyati (1992 : 39 ), berkaitan dengan  eksistensi manusia, bagian dari filsafat yang menyatakan bahwa tujuan pokok dari segala sesuatu  adalah kesempurnaan manusia. Aliran  ini memandang bahwa manusia  adalah mahluk mulia yang semua kebutuhan pokokdiperuntukkan untuk memperbaiki spesiesnya
Ada empat aliran yang mengklaim sebagai bagian dari humanisme, yaitu:
1.      Liberalisme barat
2.      Marxisme
3.      Eksistensialisme
4.      Agama

B.     Sejarah munculnya filsafat humanisme
            Sejarah perkembangan aliran filsafat pendidikan humanisme ditelusuri pada masa klasik barat dan masa klasik timur. Dasar pemikiran filsafat aliran filsafat pendidikan ditemukan dalam pemikiran filsafat klasik cina konfusius dan pemikiran filsafat klasik yunani. Aliran psikologi humanis itu muncul sebagai gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an dan 1960-an. Dimana perkembangan peradapan baru itu dikenal dengan nama renaisans yang terjadi pada abad 16. zaman renaisans dikenal dengan sebutan jaman kebangkitan kembali. Selain itu juga dikenal dengan nama jaman pemikiran (age of reason), perkembangan filsafat, ilmu, dan kemanusiaan mengalami kebangkitan setelah lama di kungkung oleh kekerasan dogma-dogma agama.
Humanisme sebagai suatu gerakan filsafat dan geerakan kebudayaan berkembang sebagai suatu reaksi terhadap dehumanis yang telah terjadi berabad-abad. Terjadi dalam dunia Eropa sebagai akibat langsung dari kekuasaan para pemimpin agama yang merasa menjadi satu-satunya otoritas dalam memberikan intepretasi terhadap dogma-dogma agam yang kemudian diterjemahkan kedalam segenap bidang kehidupan di Eropa. Dalam kontek reaksi ini, pelopor humanisme menjelaskan bahwa manusia dengan segenap kebebasan memiliki potensi yang sangat besar dalam menjalankan kehidupan ini secara mandiri untuk mencapai keberhasilan hidup didunia.
Perkembangan selanjutnya terjadi pada abad 18. periode perkembangan ini dimasukan kedalam masa penceraha (aufklarung). Tokoh humanis yang muncul adalah J.J Rousseu. Tokoh ini mengutamakan pandangan tentang perkembangan alamiah manusia sebagai metode untuk mencoba keparipurnaan tujuan-tujuan pendidikan. Pada abad 20 terjadi perkembangan humanistic yang disebut humanisme kontemporer. Humanisme kontemporer merupakan reaksi protes atau gerakan protes terhadap dominasi kekuatan-kekuatan yang mengancam eksistensi nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam diri manusia di era modern. Perkembangan lebih lanjut dari filsafat humanis ini adalah berkenaan dengan peran dan kontribusi filsafat eksistensialisme yang cukup memberikan kontribusi dalam filsafat pendidikan humanistic.

C.     Tokoh-tokoh filsafat humanisme
1.      Combs
Combs menyatakan apabila kita ingin memahami prilaku orang kita harus mencoba memahami dunia persepsi itu. Apabila kita ingin mengubah prilaku seseorang, kita harus berusaha mengubah keyakinan atau pandangan orang itu, prilaku dalamlah yang membedakan seseorang dari yang lain.
2.      Abraham Maslow
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Dalam teori psikologinya, yakni semakin tinggi need achievement yang dimiliki seseorang semakin serius ia menggeluti sesuatu itu.

3.      Carl Ransom Rogers
Carl Ransom Rogers dilahirkan di Oak Park, Illinois, pada tahun 1902 dan wafat di LaJolla, California, pada tahun 1987. Semasa mudanya, Rogers tidak memiliki banyak teman sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca.

D.    Konsep pemikiran filsafat humanisme
Konsep pemikiran filsafat humanisme yang dikemukankan oleh filsuf humanis meliputi beberapa hal berkut ini yaitu sebagai berikut :
1.      Pandangan tentang hakekat manusia
Hakekat manusia yaitu manusia memiliki hakekat kebaikan dalam dirinya, dalam hal ini apabila manusia berada dalam lingkungan yang kondusif bagi perkembangan potensialitas dan diberi semacam kebebasan untuk berkembang maka mereka akan mampu untuk mengaktualisasikan atau merealisasikan sikap dan perilaku yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan masyarakat.

2.      Pandangan tentang kebebasan dan otonomi manusia.
Penganut ini memberi pandangan bahwa setiap manusia memiliki kebebasan dan otonomi memberikan konsekuensi langsung pada pandangan terhadap individualitas manusia dan potensialitas manusia. Individualitas manusia yang unik dalam diri setiap pribadi harus di hormati. Berdasarkan pandangan ini, salah satu upaya pengembangan sumber daya manusia perlu dilakukan dalam proses pendidikan untuk mencapai hasil yang maksimal adalam pemberian kesempatan kepada perkembangannya askpek-aspek yang ada di dalam diri individu. Sehingga akhir dari perkembangan pribadi manusia adalah mengaktualisasikan dirinya, mampu mengembangkan potensinya secara utuh, bermakna dan berfungsi bagi kehidupan dirinya dan lingkungannya.

3.      Pandangan tentang diri dan konsep diri
Diri merupakan pusat kepribadian yang perkembanganya melalui proses aktualisasi potensi-potensi yang mereka miliki, yang di dalam diri seseorang dengan orang lain. Di mana di dalam diri seseorang itu terdapat perasaan, sikap, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan karakteristik fisik. (menurut Ellias dan Meriam).



BAB III
MATERIALISME
A.    Pengertian Materialisme
Materialisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari pada materi (benda). Materialisme memandang bahwa benda itu primer sedangkan ide ditempatkan di sekundernya. Sebab materi ada terlebih dahulu baru ada ide. Pandangan ini berdasakan atas kenyataan menurut proses waktu dan zat.
Menurut proses waktu, lama sebelum manusia yang mempunyai ide itu ada didunia, alam raya ini sudah ada.
Menurut zat, manusia tidak bisa berfikir atau mempunyai ide bila tidak mempunyai otak, otak itu adalah sebuah benda yang bisa dirasakan oleh panca indera kita. Otak atau materi ini yang lebih dulu ada baharu muncul ide dari padanya. Atau seperti kata Marx “Bukan fikiran yang menentukan pergaulan, melainkan keadaan pergaulan yang menentukan fikiran.” Maksudnya sifat/fikiran seorang individu itu ditentukan oleh keadaan masyarakat sekelilingnya, “masyarakat sekelilingnya” –ini menjadi materi atau sebab yang mendorong terciptanya fikiran dalam individu tersebut.
B.     Aliran-aliran dalam materialisme
1.      Materialisme Mekanik
Materialisme mekanik adalah aliran filsafat yang pandangannya materialis sedangkan metodenya mekanis. Aliran ini mengajarkan bahwa materi itu selalu dalam keadaan gerak dan berubah, geraknya itu adalah gerakan yang mekanis artinya, gerak yang tetap selamanya atau gerak yang berulang-ulang (endless loop) seperti mesin yang tanpa perkembangan atau peningkatan secara kualitatif.
2.      Materialisme metafisik
Materialisme metafisik mengajarkan bahwa materi itu selalu dalam keadaan diam, tetap atau statis selamanya seandainya materi itu berubah maka perubahan tersebut terjadi karena faktor luar atau kekuatan dari luar. Gerak materi itu disebut gerak ekstern atau gerak luar. selanjutnya materi itu dalam keadaan terpisah-pisah atau tidak mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya.
3.      Materialisme dialektis
Materialisme dialektis adalah aliran filsafat yang bersandar pada matter (benda) dan metodenya dialektis. Aliran ini mengajarkan bahwa materi itu mempunyai keterhubungan satu dengan lainnya, saling mempengaruhi, dan saling bergantung satu dengan lainnya. Gerak materi itu adalah gerakan yang dialektis yaitu pergerakan atau perubahan menuju bentuk yang lebih tinggi atau lebih maju seperti spiral. Tokoh-tokoh pencetus filsafat ini adalah Karl Marx (1818-1883 M), Friedrich Engels (1820-1895 M).
Gerakan materi itu adalah gerak intern, yaitu bergerak atau berubah karena dorongan dari faktor dalamnya (motive force-nya). Yang disebut “diam” itu hanya tampaknya atau bentuknya, sebab hakikat dari gejala yang tampaknya atau bentuknya “diam” itu isinya tetap gerak, jadi “diam” itu juga suatu bentuk gerak.
Metode yang dipakai adalah dialektika Hegel, Marx mengakui bahwa orang Yunani-lah yang pertama kali menemukan metode dialektika, tetapi Hegel-lah yang mensistematiskan metode tersebut. Tetapi oleh Marx dijungkir balikkan dengan bersandarkan materialisme. Marx dan temannya Engels mengambil materialisme Feurbach dan membuang metodenya yang metafisis sebagai dasar dari filsafatnya. Dan memakai dialektika sebagai metode dan membuang pandangan idealis Hegel.

BAB IV
STRUKTURALISME
A.    Pengertian struktualisme
Strukturalisme adalah faham atau pandangan yang menyatakan bahwa semua masyarakat dan kebudyaan memiliki suatu struktur yang sama dan tetap. Strukturalisme juga adalah sebuah pembedaan secara tajam mengenai masyarakat dan ilmu kemanusiaan dari tahun 1950 hingga 1970, khususnya terjadi di Perancis. Strukturalisme berasal dari bahasa Inggris, structuralism; latin struere (membangung), structura berarti bentuk bangunan. Trend metodologis yang menyetapkan riset sebagai tugas menyingkapkan struktur objek-objek ini dikembangkan olerh para ahli humaniora. Struktualisme berkembang pada abad 20, muncul sebagai reaksi terhadap evolusionisme positivis dengan menggunakan metode-metode riset struktural yang dihasilkan oleh matematika, fisika dan ilmu-ilmu lain.
B.     Tujuan Strukturalisme
Tujuan Strukturalisme adalah mencari struktur terdalam dari realitas yang tampak kacau dan beraneka ragam di permukaan secara ilmiah (obyektif, ketat dan berjarak). Ciri-ciri itu dapat dilihat strukturnya:
1.      Bahwa yang tidak beraturan hanya dipermukaan, namun sesungguhnya di balik itu terdapat sebuah mekanisme generatif yang kurang lebih konstan.
2.      Mekanisme itu selain bersifat konstan, juga terpola dan terpola dan terorganisasi, terdapat blok-blok unsur yang dikombinasikan dan dipakai untuk menjelaskan yang dipermukaan
3.      Para peneliti menganggap obyektif, yaitu bisa menjaga jarak terhadap yang sebenarnya dalam penelitian mereka
4.      Pendekatan dengan memakai sifat bahasa, yaitu mengidentifikasi unsur-unsur yang bersesuaian untuk menyampaikan pesan. Seperti bahasa yang selalu terdapat unsur-unsur mikro untuk menandainya, salah satunya adalah bunyi atau cara pengucapan.
5.      Strukturalisme dianggap melampaui humanisme, karena cenderung mengurangi, mengabaikan bahkan menegasi peran subjek.

C.    Masa Strukturalisme
Tahun 1966 digambarkan oleh Francois Dosse dalam bukunya Histoire du Structuralism sebagai tahun memancarnya strukturalisme di Eropa, khususnya di Prancis. Perkembangan strukturalisme pada tahun 1967-1978 digambarkan sebagai masa penyebaran gagasan strukturalisme dan penerangan tentang konsep strukturalisme serta perannya dalam ilmu pengetahuan.

D.    Ciri Strukturalisme
Ciri-ciri strukturalisme adalah pemusatan pada deskripsi keadaan aktual objek melalui penyelidikan, penyingkapan tabiat, sifat-sifat yang terkait dengan suatu hal melalui pendidikan. Ciri-ciri itu bisa dilihat dari beberapa hal; hirarki, komponen atau unsur-unsur, terdapat metode, model teoritis yang jelas dan distingsi yang jelas.
Para ahli strukturalisme menentang eksistensialisme dan fenomenologi yang mereka anggap terlalu individualistis dan kurang ilmiah. Salah satu yang terkenal adalah pandangan Maurice Meleau-Ponty yang menentang fenomenologi dan eksistensialisme tubuh manusia. Pounty menekankan bahwa hal yang fundamental dalam identitas manusia adalah bahwa kita adalah objek-objek fisik yang masing-masing memiliki kedudukan yang berbeda-beda dan unik dalam ruang dan waktu.

E.     Tokoh Strukturalisme
1.      Ferdinand De Saussure.
Sebagai penemu stuktur bahasa, Saussure berargumen dengan melawan para sejarawan yang menang dalam pendekatan filologi. Dia mengajukan pendekatan ilmiah, yang didekati dari sistem terdiri dari elemen dan peraturannya dalam pembuatannya yang bertujuan menolong komnunikasi dalam masyarakat.
2.        Levi-Strauss dalam masyarakat.
Metode Strauss adalah anthropologi dan linguistik secara serempak. Unsur-unsur yang digelutinya adalah mengenai mitos, adat-istiadat, dan masyarakatnya sendiri.
3.      L.S Vygostsky, Jacques Lacan dan Jean Piaget dalam psikologi
Jacques Lacan (Freudian) dalam psikologi menggambarkan pekerjaan Saussure dan Levi-Strauss untuk menekankan pendapat Sigmund Freud dengan bahasa dan argumen yang, sebagai sebuah tatanan kode, bahasa dapat mengungkapkan ketidaksadaran orang itu.
4.      Michel Foucault dalam filsafat.
Strukturalisme modern atau poststrukturalisme dalam bidang filsafat adalah dengan mendekati subjektivitas dari generasi dalam berbagai wacana epistemik dari tiruan maupun pengungkapannya.
5.       Guenther Schiwy dalam kekristenan
Strukturalisme terkait kekristenan dalam atemporal sturkturalisme sebenarnya cocok dengan penekanan eternalistik kekristenan.



F.     Prinsip strukturalisme
Prinsip strukturalisme menganggap bahwa karya sastra dalam dirinya sendiri merupakan suatu struktur otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangun yang saling berkaitan. Untuk memahami maknanya, karya sastra harus dikaji berdasarkan unsur-unsur yang membangun strukturnya sendiri, lepas dari latar belakang sejarah, pengarang, dan efeknya pada pembaca.
Analisis struktural terhadap karya sastra memang mengandung banyak kelemahan, tetapi analisis ini merupakan prioritas bagi seorang peneliti sebelum ia melangkah pada hal-hal lain.

BAB V
EMPIRISME
A.    Pengertian Empirisme
Empirisme adalah salah satu aliran dalam filosof yang menekankan peran pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengertian itu sendiri,danmengecilkan peranan akal.istilah empirisme diambil dari bahasa Yunani empeiria  yang berarti coba-coba atau pengalaman. filsafat empirisme tentang teori makna amat berdekatan dengan aliran positivisme logis(logical positivism) dan filsafat  Ludwig  wittegenstein.akan tetapi, teori makna dan empirisme selalu harus di pahami lewat penafsiran pengalaman.
B.     Tokoh – tokoh empirisme
Diantara tokoh dan pengikut aliran empirisme adalah:
1.      Francis bacon (1210-1292)
Menurutnya pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang di terima orang melalui persentuhan indrawi dan dunia fakta.dari dogma-dogma di ambil kesimpulan.menurut bacon ilmu yang benaradalah ilmu yang telah terakumulasi antara pikiran dan kenyataan ,di perkuat sentuhan kemudian indrawi.


2.      Thomas hobbes (1588-1679 M)
Menurutnya pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang di terima orang melalui persentuhan indrawi dan dunia fakta.dari dogma-dogma di ambil kesimpulan.menurut bacon ilmu yang benaradalah ilmu yang telah terakumulasi antara pikiran dan kenyataan ,di perkuat sentuhan kemudian indrawi.
3.      John locke(1632-1704 M)
Ia adalah filosof inggris yang banyak mempelajari agama Kristen.filsafat locke dapat di katakana anti metafisika.bahkan,locke menolak juga akal(reason).ia hanya menerima pemikiran sistematis yang pasti dan cara penarikan dengan metode induksi.
4.      George Berkeley (1665-1753 M)
Lahir di irlandia, ia menjadi uskup anglikan di cloyne(irlandia).sebagai penganut empirisme, barkeley mencanangkan teori yangdi namakan immaterialisme atas dasar prinsip-prinsip empirisme.Barkeley berpendapat bahwa sama sekali tidak ada substansi – substansi material, yang ada hanyalah pengalaman dalam ruh saja.
5.      David hume (1711-1776 M)
Menurut para penulis sejarah filsafat,empirisme berpuncak pada David Hume sebab ia menggunakan prinsip-prinsip empiristis dengan cara yang paling radikal, terutama pengertian substansi dan kausalitas (hubungan sebab akibat) yang menjadi objek kritiknya.Buku hume, Treatise of Human Nature (1739 M), di tulisnya tatkala ia masih muda, yaitu berumur 20 tahunan. Ia menulis buku yang memang yang memang terkenal, An Enquiry concerning human understanding. Baik Treatise maupun Enquiry, keduanya menggunakan metode empirisme, sama dengan john locke.
6.      Herbert Spencer (1820-1903)
Filsafat Herbert Spencer berpusat pada teori evolusi.Sembilan tahun sebelum terbit karya Darwin yang terkenal, The Origen of Spesies (1859 M), menurut Spencer, kita hanya dapat mengenali fenomena – fenomena atau gejala – gejala. Kita mendeduksi materi menjadi atom – atom, kemudian atom kita bagi menjadi lebih kecil sampai akhirnya pada unsur  yang tidak dapat di bagi lagi karena kecilnya. Akan tetapi, bagian yang terkecil itu tidak dapat di pahami.Jadi, ruang dan waktu pada akhirnya adalah dua objek yang tidak dapat kita ketahui.
C.    Jenis – jenis empirisme yaitu :
1.      Empirio – Kritisme
Disebut juga machisme.Sebuah aliran filsafat yang bersifat subyaktif – idealistic. Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini ingin “membersihkan” pengrtian pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan, kausalitas, dan sebagainya, sebagai pengertian apriori.
2.      Empirisme Logis
Analisis logis modern dapat di terapkan pada pemecahan – pemecahan problem filosofis dan ilmiah
3.      Empiris Radikal
Suatu aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada pengalaman inderawi.Apa yang tidak dapat di lacak secara demikian itu, dianggap bukan pengetahuan.

D.    Ajaran – ajaran empirisme
Ajaran – ajaran pokok empirisme yaitu :
1.      Pandangan bahwa semua idea atau gagasan merupakan abstraksi yang di bentuk dengan menggabungkan apa yang di alami.
2.      Pengalaman indrawi adalah satu – satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
3.      Semua yang kita ketahui pada akhirnya tergantung pada data indrawi.
4.      Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data indrawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
5.      Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu – satunya sumber pengetahuan.

BAB VI
RASIONALISME
A.    Pengertian Rasionalisme
Secara bahasa rasionalisme berasal dari bahasa inggris rationalis. Kata ini berasal dari bahasa latin ratio yang berati “akal” . Dan secara istilah (terminologis) rasionalisme adalah aliran yang dipandang sebagai aliran yang berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam ilmu pengetahuan. Rasionalisme adalah faham atau aliran yang berdasar rasio, ide-ide yang masuk akal. Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki. Zaman rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad XVII sampai akhir XVIII. Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah penggunaan yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk menemukan kebenaran.
B.     Tokoh-tokoh rasionalisme
1.      Rene Descartes ( 1596-1650 )
Rene Descartes lahir di La Haye, Prancis, 31 Maret 1596 dan meninggal di Strockholm, Swedia, 11 Februari 1650. Descartes biasa dikenal sebagai Cartecius. Ia adalah seorang filsuf dan matematikawan Prancis. Karyanya yang terpenting ialah Discours de la Methode (1637) dan Meditationes de prima Philosophia (1641).
Tokoh rasionalisme ini beranggapan bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran. Dalam buku Discours de la Methode, ia menegaskan perlunya metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan.
2.      Nicholas Malerbranche (1638-1775)
Orang Perancis yang bernama Nicholas Malerbranche (1638-1775) berusaha untuk mendamaikan filsafat yang dirintis Descrates dengan pemikiran kristiani, terlebih pemikiran Augustinus. Tentang masalah substansi, ia mengikuti ajaran Descartes bahwa ada dua substansi yaitu pemikiran dan keluasan. Tetapi tentang hubungan jiwa dan tubuh ia mempunyai pemecahan tersendiri pendirinya dalam bidang ini biasanya dinamakan  Okasionalisme (Occasion=kesempatan). Ia mempertahankan dengan tegas bahwa jika tidak dapat mempengaruhi tubuh dan sebagainya.


3.      B. De Spinoza (1632-1677)
B. De Spinoza merupakan filsuf Belanda yang fenomenal setelah dia menggugat salah satu pemikiran Descartes mengenai apa sesungguhnya dunia ini ? Sebagai keturunan Yahudi yang berpikiran ortodoks, hingga akhirnya ia dibuang dan dikucilkan. Meski begitu, buah pikirannya cukup mengagumkan bagi banyak orang yang menaruh perhatian terhadap kajian – kajian filsafat dan ilmu pengetahuan.
4.      G.W. Leibniz (1946-1716)
ottfried W. Leibniz lahir pada tanggal 1 Juli 1646 di Leipzig, Jerman. Putra dari Friedrich Leibniz, seorang professor filsafat moral di Leipzig, Jerman. Friedrich Leibniz berkompeten di bidangnya walaupun pendidikannya tidak tinggi, ia mencurahkan waktu untuk keluarga dan pekerjaannya.
Salah satu pemikiran Gottfried Wilhelm Liebniz ialah tentang subtansi. Menurutnya ada banyak substansi yang disebut dengan monad (monos= satu; monad= satu unit) jika dalam matematika yang terkecil adalah titik, dan dalam fisika disebut dengan atom, maka dalam metafisika disebut dengan monad, terkecil dalam pendapat leibniz bukan berarti sebuah ukuran, melainkan sebagai tidak berkeluasan, maka yang dimaksud dengan monad bukan sebuah benda.
5.      Christian Wolf (1679-1754)
Christian Wolff adalah seorang filsuf Jerman yang berpengaruh besar dalam gerakan rasionalisme secular di Jerman pada awal abad ke-18. Meskipun Wolff berasal dari keluarga Luteran, namun pendidikannya di sekolah Katolik membuatnya mengenal pemikiran Aquinas dan Suerez Studinya di Leipzig membuat Wolff berkenalan dengan pemikiran Leibniz dan sempat berkirim surat dengan filsuf tersebut. Pada tahun 1706, Wolff mengajar matematika di Halle dan pada tahun 1709, ia mulai mengajar filsafat.Ia meninggal pada tahun 1754.  Pemikiran Wolff pada dasarnya merupakan pengembangan dari filsafat Leibniz dengan menerapkannya terhadap segala bidang ilmu pengetahuan. Ia mengupayakan supaya filsafat menjadi ilmu pengetahuan yang pasti.Untuk itu, filsafat harus disertai dengan pengertian-pengertian yang jelas dan bukti-bukti yang kuat.Suatu sistem filsafat haruslah berisi gagasan-gagasan yang jelas dan penguraian yang baik.
6.      Blaise Pascal (1623-1662)
Blaise Pascal berasal dari Prancis. Minat utamanya ialah filsafat dan agama, sedangkan hobinya yang lain adalah matematika dan geometri proyektif.Pascal dikenal sebagai orang jenius yang religius dan fisolofit yang tak tertandingi pada zamanya. Pada tahun 1646,ketika masih mudah,pascal terlihat dengan gerakan Prot-Royal yang keras dan para Jensenis,yang sangat merasa terpisah dengan dunia.Menginjak tahun1654,ia merasakan pengalaman religious yang mendalam.

BAB VII
EKSISTENSIALISME
A.    Pengertian eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran  yang memandang segala sesuatu berdasarkan eksistensinya atau bagaimana manusia berada dalam dunia.Secara etimologi eksistensialisme berasal dari kata eks yang artinya luar, dan sistensi yang berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat diartikan sebagai berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari dirinya. Secara umum berarti, manusia dalam keberadaannya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaanya di tentukan oleh akunya.karena manusia selalu terlihat di sekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Menurut pengertian terminologi adalah suatu alairan dalam ilmu filsafat yang menekankan segala sesuatu terhadap manusia dan segala sesuatu yang mengiringinya dan di pandang bahwa manusia adalah makhluk yang harus selalu aktif dengan sesuatu yang ada di sekelilingnya serta mengkaji cara kerja manusia ketika berada dunia dengan kesadaran.
B.      Latar Belakang Lahirnya Eksistensialisme
Eksistensialisme muncul karena dilatarbelakangi adanya ketidak Puasan beberapa filusuf yang memandang bahwa filsafat pada masa yunani ketika itu seperti protes terhadap rasionalisme yunani, khususnya kemampuan sisitem,rasa tidak puas terhadap filsafat tradisional yang bersifat dangkal dan primitif. Selain itu, aliran ini lahir karena adanya kesadaran beberapa filusuf bahwa manusia mulai terbelenggu dalam aktifitas teknologi yang membuat mereka kehilangan hakekat hidupnya sebagai manusia atau makhluk yang berinteraksi dengan alam dan lingkungan sekitar bukan hanya dengan semua serba instant. Adapun pendapat lain mengatakan bahwa lahirnya aliaran eksistensialisme karena adanya krisis –krisis yang terjadi atau merupakan reaksi atas aliran filsafat yang telah ada sebelumnya atau situasi dan kondisi dunia, Yaitu:
1.      Materialisme
Menurut pandangan ini, pada hakekatnya manusia nantinya adalah benda, seperti halnya kayu atau batu. Para meterialis memang tidak mengatakan bahwa manusia sama dengan benda,  tapi mereka mengatakan bahwa pada akhirnya, pada prinsipnya,Pada akhirnya, pada instansi yang terakhir manusia adalah sesuatu yang material.  Namun Manusia memang lebih unggul daripada hewan, namun pada eksistensinya manusia sama dengan hewan.
2.      Idealisme
Aliran ini memandang manusia sebagai subjek,hanya sebagai kesadaran, menempatkan aspek berfikir dan kesadaran secara berlebihan sehingga menjadi seluruh manusia bahkan di lebih – lebihkan lagi sampai tidak ada barang selain pikiran.
3.      Situasi dan kondisi
Eksistensialisme juga karena adanaisi dunia barat yang tidak menentu. Penampilan manusia saat itu penuh rahasia, peru- pura, kebencian merajalela, nilai sedang mengalami krisis, bahkan manusia juga krisis. dan agama sudah tidak memberikan makna pada kehidupan.

C.    Ciri aliran eksistensialisme
1.      Eksistensialisme adalah pemberontakan dan protes terhadap rasionalisme dan masyarakat modern, khususnya idealisme hegel.
2.      Eksistensialisme adalah suatu proses atas nama individualisme terhadap konsep – konsep, filsafat akademis yang jauh dari kehidupan konkret.
3.      Eksistensialisme juga merupakan pemberontakan terhadap alam yang impersonal ( tanpa kepribadian) dari zaman industri modern dan teknologi serta gerakan masa.
4.      Eksistensialisme merupakan proses terhadap gerakan totaliter baik gerakan fasis, komunis yang cenderung menghancurkan atau menenggelamkan perorangan di dalam kolektif atau massa.
5.      Eksistensialisme menekankan situasi manusia dan prospek manusia di dunia.

D.    Tokoh Eksistensialisme
1.      Karl Jaspers
Eksistensialismenya ditandai dengan pemikiran yang menggunakan semua pengetahuan obyektif serta mengatasi pengetahuan obyektif sehingga manusia sadar akan dirinya sendiri dan memandang filsafat bertujuan mengembalikan manusia kepada jatidirinya kembali.  Ada dua fokus pemikiran Jasper, yaitu eksistensi dan transendensi.
2.      Martin Heidegger
Pemikirannya adalah manusi sebagai subjek atau objek dari segala masalah yang ada, semuanya di kembalikan pada pemikiran manusia.
3.      Jean Paul Satre
“ manusia yang berinteraksi adalahmakhluk yang hidup dan berada dengan sadar dan bebas bagi diri sendiri”.ia mengatakan bahwa manusia ida memiliki apapun namun ia dapat membuat sesuatu bagi dirinya sendiri. Menurutnya manusia tidak hanya ada namun selamanya dia harus membangun adanya, adanya harus di bentuk dengan tidak henti – hentinya.

E.     Hakikat Eksistensialisme
Eksistensialisme berarti filsafat mengenai aku, mengenai bagaimana aku hidup. Dengan demikian eksistensialisme adalah filsafat subjektif mengenai diri sendiri. Manusia disini di pandang sebagai makhluk yang harus aktif. Eksistensialisme di definisikan sebagaiusaha untuk memfilsafatkan sesuatu dari sudut pandang pelakunya. Dan memberi perhatian terhadap masalah manusia modern.
BAB VIII
IDEALISME
A.    Pengertian idealisme
Ide adalah rancangan yang tersusun dalam pikiran; gagasan; cita (Ali 2006:127). Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa mind (akal) dan nilai spiritual adalah hal yang fundamental yang ada di dunia ini. Ia adalah suatu keseluruhan dari dunia itu sendiri. Idealisme memandang ide itu primer kedudukannya, sedangkan materi sekunder. Ide itu timbul atau ada lebih dahulu, baru kemudian materi. Segala sesuatu yang ada ini timbul sebagai hasil yang diciptakan oleh ide atau pikiran, karena ide atau pikiran itu timbul lebih dahulu, baru kemudian sesuatu itu ada. Ada juga yang mengatakan bahwa idealisme adalah pemahaman yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu terletak di luarnya. Idealisme merupakan kebalikan dari materialisme yang berpendapat bahwa materilah yang lebih utama dan lebih dulu ada dibandingkan dengan ide.
B.     Jenis Aliran Idealisme
Idealisme mempunyai dua aliran, yaitu idealisme subjektif dan idealism objektif.
a.       Idealisme Subjektif
Idealisme subjektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah sebuah ide/ fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia. Seorang idealis subjektif akan mengatakan bahwa akal, jiwa, dan persepsi-persepsinya atau ide-idenya merupakan segala yang ada. Objek pengalaman bukanlah benda material; objek pengalaman adalah persepsi. Oleh karena itu benda-benda seperti bangunan dan pepohonan itu ada, tetapi hanya ada dalam akal yang mempersepsikannya.


b.      Idealisme Objektif
Idealisme objektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar ide manusia. Idealisme objektif ini dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat dalam susunan alam.        
Menurut idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil dari ciptaan ide universil. Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui sesuatu yang bukan materi, yang ada secara abadi di luar manusia, sesuatu yang bukan materi itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk manusia dan segala pikiran dan perasaannya.

C.    Tokoh Filsafat Idealisme
1.      J.G. Fichte (1762-1814 M)
Johan Gottlieb Fichte adalah filosof Jerman. Ia belajar teologi di Jena pada tahun 1780-1788. Filsafat menurut Fichte haruslah dideduksi dari satu prinsip. Ini sudah mencukupi untuk memenuhi tuntutan pemikiran, moral, bahkan seluruh kebutuhan manusia. Prinsip yang dimaksud ada di dalam etika. Bukan teori, melainkan prakteklah yang menjadi pusat yang disekitarnya kehidupan diatur. Unsur esensial dalam pengalaman adalah tindakan, bukan fakta.
2.      G.W.F Hegel (1798-1857 M)
Hegel  lahir di Stuttgart, Jerman pada tanggal 17 Agustus 1770. Ayahnya adalah seorang pegawai rendah bernama George Ludwig Hegel dan ibunya yang tidak terkenal itu bernama Maria Magdalena. Pada usia 7 tahun ia memasuki sekolah latin, kemudian gymnasium. Hegel muda ini tergolong anak telmi alias telat mikir! Pada usia 18 tahun ia memasuki Universitas Tubingen. Setelah menyelesaikan kuliah, ia menjadi seorang tutor, selain mengajar di Yena. Pada usia 41 tahun ia menikah dengan Marie Von Tucher. Karirnya selain menjadi direktur sekolah menengah, juga pernah menjadi redaktur surat kabar. Ia diangkat menjadi guru besar di Heidelberg dan kemudian pindah ke Berlin hingga ia menjadi Rektor Universitas Berlin (1830).



D.    Konsep filsafat menurut aliran idealism
1.      metafisika-idealisme
secara absolut kenyataan yang sebenarnya adalah spiritual dan rohaniah, sedangkan secara kritis yaitu adanya kenyataan yang bersifat fisik dan rohaniah, tetapi kenyataan rohaniah yang lebih berperan.
2.      humanologi-idealisme
jiwa dikaruniai kemampuan berpikir yang dapat menyebabkan adanya kemampuan memilih.
3.      Epistimologi-idealisme
pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali melalui berpikir. Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai akal pikiran yang cemerlang.
4.      Aksiologi-idealisme
kehidupan manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang diturunkan dari pendapat tentang kenyataan atau metafisika.

BAB IX
POSITIVISME
A.    Pengertian positivisme
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Positivisme tidak mengenal adanya spekulasi, semua harus didasarkan pada data empiris. Positivisme dianggap bisa memberikan sebuah kunci pencapaian hidup manusia dan ia dikatakan merupakan satu-satunya formasi sosial yang benar-benar bisa dipercaya kehandalan dan dan akurasinya dalam kehidupan dan keberadaan masyarakat.
B.     Perkembangan positivisme
Auguste Comte dilahirkan pada tahun 1798 di kota Monpellir Perancis Selatan. Ayah dan ibunya menjadi pegawai kerajaan dan merupakan penganut agama Katolik yang cukup tekun. Ia menikah dengan seorang pelacur bernama Caroline Massin yang kemudian dia menyesali perkawinan itu. Dia pernah mengatakan bahwa perkawinan itu adalah satu-satunya kesalahan terbesar dalam hidupnya. Dari kecil pemikiran-pemikiran Comte sudah mulai kelihatan, kemudian setelah ia menyelesaikan sekolahnya pada jurusan politeknik di Paris 1814-1816, dia diangkat menjadi sekretaris oleh Saint Simon yaitu seorang pemikir yang dalam merespon dampak negatif renaissance menolak untuk kembali pada abad pertengahan akan tetapi harus direspon dengan menggunakan basis intelektual baru, yaitu dengan berfikir empirik dalam mengkaji persoalan-persoalan realitas sosial. Pergulatan intelektual dengan Saint Simon inilah yang kemudian membuat pola fikir Comte berkembang. Karena ketidak cocokan Comte dengan Saint Simon akhirnya ia memisahkan diri dan kemudian Comte menulis sebuah buku yang berjudul “System of Positive Politics, Sistem Politik Positif” tahun 1824. Berawal dari pemikiran Plato dan Aristoteles, Comte mencoba menggabungkannya menjadi positivistik.
C.    Ciri-ciri positivisme
1.      Objektif/bebas nilai
Dikotomi yang tegas antara fakta dan nilai mengharuskan subjek peneliti mengambil jarak dari realitas dengan bersikap bebas nilai. Hanya melalui fakta-fakta yang teramati dan terukur, maka pengetahuan kita tersusun dan menjadi cermin dari realitas (korespondensi).
2.      Fenomenalisme
tesis bahwa realitas terdiri dari impresi-impresi. Ilmu pengetahuan hanya berbicara tentang realitas berupa impresi-impresi tersebut. Substansi metafisis yang diandaikan berada di belakang gejala-gejala penampakan ditolak (antimetafisika)
3.      Nominalisme
bagi positivisme hanya konsep yang mewakili realitas partikularlah yang nyata.
4.      Reduksionisme
realitas direduksi menjadi fakta-fakta yang dapat diamati.
5.      Naturalisme
tesis tentang keteraturan peristiwa-peristiwa di alam semesta yang meniadakan penjelasan supranatural (adikodrati). Alam semesta memiliki strukturnya sendiri dan mengasalkan strukturnya sendiri.


D.    Fungsi filsafat positivisme
1.      Perkembangan yang diberi konotasi sebagai kemajuan memberikan makna bahwa positivisme telah mempertebal optimisme. Hal tersebut melahirkan pengetahuan yang positif yang terlepas dari pengaruh-pengaruh spekula­tif, atau dari hukum-hukum yang umum.
2.      Kemajuan dalam bidang fisik telah menimbulkan berba­gai implikasi dalam segi kehidupan. Dengan kata lain, fungsi filsafat positivisme ini berperan sebagai pen­dorong timbulnya perkembangan dan kemajuan yang dira­sakan sebagai kebutuhan.
3.      Dengan adanya penekanan dari filsafat positivisme terhadap segi rasional ilmiah, maka berfungsi pula kemampuannya untuk menerangkan kenyataan, sedemikian rupa sehingga keyakinannya akan kebenaran semakin terbuka.

E.     Kelebihan dan kelemahan positivisme
1.      Kelebihan Positivisme
a.       Positivisme lahir dari faham empirisme dan rasional, sehingga kadar dari faham ini  jauh lebih tinggi dari pada kedua faham tersebut.
b.      Positivisme telah mampu mendorong lajunya kemajuan disektor fisik dan teknologi.
c.       Positivisme sangat menekankan aspek rasionali-ilmiah, baik pada epistemology ataupun keyakinan ontologik yang dipergunakan sebagai dasar pemikirannya.
2.      Kelemahan Positivisme
a.       Manusia akan kehilangan makna, seni atau keindahan, sehingga manusia tidak dapat merasa bahagia dan kesenangan itu tidak ada. Karena dalam positivistic semua hal itu dinafikan.
b.      Hanya berhenti pada sesuatu yang nampak dan empiris sehingga tidak dapat menemukan pengetahuan yang valid.
c.       Positivisme pada kenyataannya menitik beratkan pada sesuatu yang nampak yang dapat dijadikan obyek kajiaannya, di mana hal tersebut adalah bergantung kepada panca indera.
d.      Analisis biologi yang ditransformasikan ke dalam analisis sosial dinilai sebagai akar terpuruknya nilai-nilai spiritual dan bahkan nilai-nilai kemanusiaan.

Tidak ada komentar: