Ringkasan
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliyah Bahasa Indonesia
Disusun Oleh:
Zaini Maftukhin
STAI KHOZINATUL ULUM BLORA
2015/2016 M.
BAB I
Perkembangan Bahasa Indonesia
A. Sumber
Bahasa Indonesia
Sejarah tumbuh dan berkembangnya bahasa
indonesia berasal dari bahasa melayu, yang sejak dahulu sudah di pakai sebagai
bahasa perantara (lingua franca), bukan saja di kepulauan nusantara, melainkan
juga hampir di seluruh asia tenggara. Bahasa melayu sudah mulai di gunakan
sejak di temukannya prasasti kuno. Di antaranya, Prasasti kedukan bukit di
palembang, tahun 684, prasasti kota kapur di bangka barat, tahun 686,dan masih
banyak yang lainnya.
Fungsi Bahasa Melayu sebagai berikut:
1. Bahasa melayu berfungsi sebagai bahasa
kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan satra.
2. Berfungsi sebagai bahasa perhubungan(lingua
franca) antarsuku indonesia.
3. Berfungsi sebagai bahasa perdagangan
terutama di sepanjang pantai,baik bagi suku yang ada di indonesia maupun bagi
pedagang-pedagang yang datang dari luar indonesia.
4. Dan bahasa Melayu juga berfungsi sebagai
bahasa kerajaan.
B. Peresmian
Nama Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik
Indonesia dan bahas persatuan bangsa indonesia. Bahasa indonesia di resmikan
penggunaannya setelah Proklamasi Kemerekaan Indonesia, tepatnya sehari
sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi.
C. Bahasa Melayu Diangkat Menjadi Bahasa Indonesia
empat faktor yang menjadi penyebab
bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia,yaitu sebagai berikut:
1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa
perhubungan dan bahasa perdangangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu
tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan
dalam arti yang luas.
D. Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia
Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting yaitu:
1. Bahasa indonesia berkedudukan sebagai bahasa Nasional yang kedudukannya
berada diatas bahasa-bahasa daerah.
2. Sebagai Bahasa Negara Tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 (Bab XV
Pasal 36) mengenasi kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahawa bahasa
negara ialah bahasa Indonesia.
E. Fungsi Bahasa Indonesia
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai:
1. Lambang kebanggan kebangsaan.
2. Lambang identitas nasional.
3. Alat penghubung antar warga, antar daerah dan antar budaya.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa indonesia berfungsi
sebagai:
1. Bahasa resmi kenegaran.
2. Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan.
3. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan.
BAB II
Bentuk Dan Makna
Satuan bentuk terkecil dalam bahasa adalah fonem dan yang
terbesar adalah karangan. Di antara fonem dan karangan terdapat deretan
bentuk morfem, kata, frasa, kalimat, dan alinea. Ketujuh satuan
bentuk bahasa itu baru diakui eksistensinya jika mempunyai makna atau dapat
mempengaruhi makna. Maksudnya adalah kehadirannya dapat mengubah makna atau
menciptakan makna baru. Hubungan antara bentuk dan makna dapat diibaratkan
sebagai dua sisi mata uang: satu sama lainnya saling melengkapi.
1.
Fonem, Morfem, Kata, dan Frasa
A.
Fonem
Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan arti, sedangkan huruf
adalah lambang bunyi atau lambang fonem. Yang membedakan arti jahit dan
jahat adalah bunyi /i/ yang dilambangkan huruf i dan bunyi /a/ yang
dilambangkan dengan huruf a. Bunyi /i/ dan /a/ disebut fonem /i/ dan /a/.
B.
Morfem
Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan; makna dan
atau mempunyai makna. Morfem dapat berupa imbuhan, klitika, partikel, dan kata
dasar (misalnya -an, -lah, -kah, -bawa).
C.
Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri
sendiri dari segi makna. Seperti kata sepeda, ambil, dingin, kuliah.
D.
Frasa
Frasa adalah kelompok kata (gabungan dua kata atau lebih) yang
tidak mengandung predikat dan belum membentuk klausa atau kalimat. Seperti langit
biru, baju batik, penyakit yang sangat berbahaya.
Frasa dikelompokkan menjadi lima macam:
1.
frasa verbal (artinya sama
dengan arti kata kerja)
2.
frasa adjektiva (artinya sama
dengan arti kata sifat)
3.
frasa adverbial (artinya sama
dengan arti kata keterangan)
4.
frasa nominal (artinya sama
dengan arti kata benda)
5.
frasa preposisional
(artinya sama dengan arti kata tugas, miasalnya preposisi dan konjungsi)
2.
Pembagian Jenis Kata
Dari segi bentuknya kata dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) kata
dasar (kata yang bermorfem tunggal) seperti: rumah, buku, cerdas dan
(2) kata turunan ( kata yang bermorfem banyak) seperti:
dirumahkan, pembukuan, mencerdaskan.
Perubahan kata dasar menjadi kata turunan, selain mengakibatkan
perubahan bentuk dan makna, juga mengakibatkan perubahan jenis atau kelas kata.
Pembagian jenis atau kelas kata yang mutakhir adalah yang diajukan Tim
Depdikbud RI (1988) dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. di
dalamnya, moeliono mengelompokkan kata dalam lima jenis, yaitu:
1.
Verba (Kata Kerja)
adalah kata yang menyatakan perbuatan, atau tindakan,proses, dan keadaan yang
bukan merupakan sifat serta berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.
2.
Adjektiva (Kata Sifat) adalah
kata yang menerangkan sifat, keadaan, watak, tabiat orang/binatang/benda. Dalam
pembentukan kalimat, kata sifat umumnya berfungsi sebagai predikat, objek,
dan penjelas subjek.
3.
Adverbia (Kata Keterangan) adalah
kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, dan
klausa.
4.
Rumpun Kata Benda, Yang Terdiri
· Nomina (Kata Benda/Kata Nama) adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda konkret (buku,
pohon, kunci) maupun abstrak (agama,
pengetahuan, nafsu). Kata benda juga akan berfungsi sebagai subjek,
objek, pelengkap, dan keterangan dalam kalimat.
· Pronomina (Kata Ganti) adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain.
· Numeralia (Kata Bilangan) adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang,
binatang, atau barang.
5.
Rumpun Kata Tugas (Partikel)
· Preposisi (Kata Depan) adalah kata tugas yang berada di depan kata benda, kata sifat, atau
kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa proposional).
· Konjungtor (Kata Sambung) adalah kata tugas yang berfungsi menghubungkan dua kata atau dua
kalimat.
3.
Makna dan Perubahannya
Makna adalah hubungan antara bentuk
bahasa dengan objek atau sesuatu (hal) yang diacunya. Ada dua macam makna yang terpenting, yaitu (1)
makna leksikal, (2) makna gramatikal.
1.
Makna lesikal (makna denotasi) adalah makna kata secara lepas tanpa kaitan dengan
kata yang lain dalam sebuah struktur.
2.
Makna gramatikal (makna konotasi)
adalah makna yang timbul akibat proses gramatikal (struktural).
BAB III
Presentasi Ilmiah
A. Pengertian presentasi ilmiah
Presentasi ilmiah adalah penyajian karya
tulis atau karya ilmiah seseorang di depan forum undangan atau peserta.
Kehadiran undangan atau peserta bermanfaat untuk mengikuti penyajian tersebut
secara aktif dengan lisan dalam jangka waktu yang tersedia. Agar presentasi itu dapat berjalan secara
efektif, ada beberapa yang perlu diperhatikan :
1. Menarik minat perhatian peserta;
2. Mengarahkan perhatian peserta;
3. Mempertahankan minat dan perhatian peserta;
4. Menjaga kefokusan masalah yang tetap
5. Menjaga etika atau kode etik presentasi.
B. Macam-macam Presentasi
1. Presentasi Formal
Situasinya formal Struktur kalimat / bahasanya lengkap dan baku Materi yang disajikan umumnya “ berat ” atau “ ilmiah ”. Cara penyajiannya cenderung serius.
2. Presentasi Non formal
Situasinya cenderung santai Struktur kalimat / bahasanya cendurung tidak lengkap Diksinya lebih mengarah pada bahasa percakapan atau tidak baku Materi yang disajikan cenderung ringan.
3. Presentasi Semiformal
Situasinya tidak terlalu formal, tetapi juga tidak terlalu santai . Struktur kalimat atau bahasanya cenderung lengkap . Diksinya bersifat ilmiah populer . Materinya cenderung aktual.
C. Tata Tertib dan Etika Presentasi ilmiah
Presentasi ilmiah merupakan wahana bagi
ilmuwan dan akademi dari berbagai disiplin ilmu untuk saling bertukar pendapat
atau informasi sebagai hasil dari penelitian. Dalam forum itu diperlkan
berbagai unsur. Unsur yang harus ada dalam presentasi itu adalah penyaji,
pemandu, pencatat, dan peserta.
D. Penyiapan Bahan Presentasi
Langkah-langkah dalam mempersipkan presentasi
multimedia antara lain:
1. Tentukan butir-butir terpenting dari bahan yang dibahas.
2. Atur butir-butir tersebut agar alur penyajian runtut dan runut (koheren
dan kohesif)
3. Ungkapan kerangka piker makalah yang akan disajikan dalam diagram atau bagian alir untuk menunjukan alur penalaran.
4. Tuliskan semuanya dalam bingkai powerpoint
dengan ukuran huruf atau ukuran gambar yang memadai.
5. Pilih rancangan slide yang cocok termasuk kekontrasan warna dan animasi.
6. Lakukan uji coba tayangan untuk memastikan bahwa semua bahan yang disajikan dalam salindia dapat terbaca oleh peserta dalam ruangan yang
tersedia.
Cetak bahan untuk pegangan dalam penyajian.
BAB IV
Teknik Penulisan Surat
A.
Kaidah Dalam Penulisan Surat
Dalam penulisan surat, tampaknya masih banyak dari kita yang
mengalami kesulitan. Bahkan ketika kita menulis surat resmi, atau kita pernah
menerima surat dari seseorang/pihak lain, tak jarang di dalamnya ditemukan
ketidakjelasan isi, kekurangruntutan sajian, kekeliruan berbahasa, dan
ketidakjelasan format yang digunakan. Untuk itu, ada beberapa kaidah yang perlu
diperhatikan agar terhindar dari berbagai kesalahan, antara lain:
1. Fungsi Surat
a.
Alat
Bukti Tertulis
Dipergunakan
apabila ada perselisihan diantara orang dengan pejabat yang menulis.
b.
Alat
Pengingat
Dengat
surat, dapat digunakan sebagai alat pengingat yaitu dengan melihat kembali
surat yang pernah dikirim atau diterima.
2.
Pedoman
Penulisan Surat
Surat dapat digunakan sebagai pedoman untuk langkah-langkah berikutnya.
Bagi pembaca dapat dijadikan pedoman dalam menanggapi isi surat.
Untuk menulis surat yang baik, perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1.
Isi
Surat.
2.
Bahasa
Surat.
3.
Kecakapan
Menulis Surat.
B. Ciri – ciri surat yang baik antara lain :
1.
Menggunakan kertas yang tepat
(ukuran, jenis, warna).
2. Menggunakan
bentuk surat yang standart.
3.
Menggunakan bahasa Indonesia yang
baku.
4.
Menggunakan gaya bahasa yang lugas.
5. Menggunakan
bahasa yang jelas.
6.
Menggunakan bahasa yang sopan dan
hormat.
7.
Menyajikan fakta yang benar dan
lengkap.
8.
Tidak menggunakan singkatan kecuali
yang lazim digunakan.
9.
Tidak menggunakan kata - kata yang
sulit dan istilah yang belum ada dimasyarakat.
Kesalahan dari segi bahasa yang
sering ditemukan dalam surat menyurat umumnya sebagai berikut .
1.
Pemakaian huruf capital dan huruf
kecil serta penulisan kata, banyak yang salah.
2.
Pemakaian kata atau istilah, banyak
yang tidak tepat.
3.
Kalimat sering tidak lengkap,
berbelit – belit dan bertele – tele.
4. Sususan isi
atau komposisi surat banyak yang tidak diatur.
C. Bagian-bagian Surat
Bagian atau unsur surat mulai dari
kepala surat sampai kaki surat seluruhnya ada empat belas. Namun< yang akan
diulas disini hanya dua, yaitu alamat tujuan dan isi surat.
D. Alamat Tujuan
Alamat tujuan surat ada dua macam :
- Alamat luar, yaitu alamat yang ditulis pada sampul surat.
- Alamat dalam, yaitu alamat yang ditulis pada kertas surat.
Penulisan alamat tujuan harus
memperhatikan segi kepraktisan dan kejelasan karena alamat tujuan merupakan
petunjuk langsung bagi penerima surat.
Dalam praktik pemakaian, penulisan
alamat tujuan banyak mengandung kelemahan dankelemahan ini kurang disadari oleh
penulis surat. Untuk itu, perlu diperhatikan petunjuk berikut ini.
- Dalam penulisan alamat tujuan, kata kepada dan sejenisnya tidak wajib ditulis asalkan alamat tujuan ditempatkan pada posisi yang tepat, yaitu dibagian tengah amplop.
- Ungkapan yang terhormat (disingkat yth) juga tidak selalu dipakai. Ungkapan yth. Dipakai
- Pada akhir setiap baris, termasuk setelah baris terakhir yang biasanya berisi nama kota,nama daerah, termasuk nama negara, tidak diberi tanda titik, kecuali bila ada singkatan.
- Dalam penulisan alamat tujuan dapat dipakai singkatan yang lazim dengan mengindahkan ketentuan penulisan singkatan yang berlaku (lihat pedoman EYD).
- Kode pos hanya ditulis pada alamat luar. Kode pos perlu dicantumkan untuk memudahkan petugas pos mengetahui wlayah/lokasi alamat yang dituju.
BAB V
Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD)
A.
Pengertian EYD
Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis
yang distandardisasikan. Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni aspek
fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad
aspek morfologi yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis dan aspek sintaksis yang menyangkut penanda
ujaran tanda baca.
1.
Pemakaian
Tanda Baca
Dalam
hal pembuatan karangan ilmiah, kesalahan huruf dan tanda baca sering muncul.
Dan di dalam penulisan tanda baca sering sekali kita lalai dan melakukan
kesalahan dalam penulisanya. Sehingga menjadikan karangan atau karya ilmiah
kita menjadi sebuah karya yang kurang baik karena ada kesalahan dalam
penulisanya. Dari berbagai kesalahan itu, sebenarnya para penulis karya ilmiah
mampu untuk membuat tulaisanya, akan tetapi mereka sering lalai dan ceroboh
dalam penggunaan tanda baca. Karena apa, tanda baca selalu di anggap sepele
dalam penggunaanya sehingga kadang menjadikan kalimat itu menjadi rancu dan
berbeda arti.
2.
Penulisan Kata
a. Kata Dasar
Kata yang
berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
b. Kata Turunan
Imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
c. Bentuk Ulang
Bentuk ulang
ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
d. Gabungan
Kata
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk,
termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
e.
Singkatan dan Akronim
· Singkatan
ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari atas satu huruf atau lebih.
· Akronim
ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
3.
Macam-macam tanda baca dan fungsinya
Tanda tanda baca yang dipakai dalam penuisan yaitu:
a. Tanda titik(.)
Tanda titik
dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
b. Tanda koma(,)
Tanda koma
dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
c. Tanda titik koma(;)
Tanda titik
koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara.
d. Tanda titik dua (:)
Tanda titik dua
dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
e. Tanda hubung(-)
Tanda hubung menyambung
suku-suku kata dasar atau kata berimbuhan yang terpisah oleh pergantian baris.
f. Tanda Tanya(?)
Tanda tanya
dipakai pada akhir kalimat tanya.
g. Tanda seru(!)
Tanda seru
dipakai pada akhir kalimat printah.
h. Tanda kurung((…))
Tanda kurung
mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
i.
Tanda kurung siku([…])
Tanda kurung
siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi.
j.
Tanda petik
tunggal(‘…’)
Tanda petik
tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
k. Tanda garis miring(/)
Tanda garis
miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat.
l.
Tanda penyingkat(‘)
Tanda
penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
BAB VI
Diksi
(Pilihan Kata)
A.
Pengertian Diksi
(Pilihan Kata)
Pilihan kata atau diksi
pada dasarnya adalah hasil upaya memilih kata tertentu untuk di pakai dalam
suatu tuturan bahasa. Pemilihan kata di lakukan apabila tersedia kata yang
artinya hampir sama atau bermiripan.
B. Manfaat Diksi
a. Dapat
membedakan secara cermat kata-kata denotatif dan konotatif, bersinonim dan
hampir bersinonim, kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
b.
Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri dan
juga kata yang mengutip dari orang yang terkenal yang belum diterima
dimasyarakat. Sehingga dapat menyebabkan kontroversi dalam masyarakat.
C.
Fungsi Diksi
Fungsi
Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya
ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut
tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan
interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau
pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana.
D.
Syarat ketetapan Pilihan kata
Menerut
Keraf (1994:88) ada enam syarat , berikut ini adalah rincian ke enam syarat dan
berdasarkan contoh nya.
a. Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi.
b. Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim.
c. Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip dalam ejaannya.
d. Dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak.
e. Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
f. Dapat membedakan antara kata-kata yang umum dan yang khusus.
E.
Gaya Bahasa dan Idiom
1.
Gaya
Bahasa
Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering di sebut juga sebagai
majas adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya.
2.
Idiom
dan ungkapan idiomatik
Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung
dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya.
BAB VII
Paragraf atau Alinea
A.
Pengertian Paragraf atau Alinea
Paragraf atau alinea merupakan
bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan
penulisannya dimulai dengan garis baru). Namun, pengertian paragraf yang
mendasar dapat berupa karangan mini. Artinya, semua unsur karangan yang panjang ada dalam paragraf.
Paragraf dapat pula didefinisikan
sebagai satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun
secara runtut,logis, dalam satu kesatuan ide yang tersususun secara
lengkap,utuh dan padu.
Menurut Rofi’udin (1998) paragraf
dapat diamati dari dua segi, yakni segi isi dan segi struktur. Segi isi,
Paragraf merupakan suatu pernyataan tentang suatu pokok pikiran atau ide pokok
yang dikemukakan secara utuh dan lengkap. Segi struktur, paragraf merupakan
sekelompok kalimat yang saling berhubungan dan dirangkaikan dalam urutan yang
teratur dan jelas.
B.
Jenis – Jenis Paragraf
Macam – macam
paragraf atau alinea berdasarkan letak kalimat utamanya.
1.
Deduktif
: kalimat utama atau gagasan pokok pikiran berada di awal alinea.
2.
Induktif
: kalimat utama atau ide pokok berada di akhir paragraf.
3.
Deduktif-Induktif
(campuran) : kalimat utama atu ide pokok berada di awal dan akhir paragraf.
Macam – macam
paragraf atau alinea berdarkan isinya.
1.
Paragraf Narasi : Menceritakan atau mengisahkan suatu
kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca mengalami sendiri
peristiwa itu.
2.
Paragraf
Argumentasi : mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan disertai
bukti dan fakta.
3.
Paragraf
Deskripsi : Menggambarkan sesuatu (objek) secara terperinci atau mendetil
sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat, mendengar, dan merasakannya
sendiri.
4.
Paragraf
Eksposisi : Menjelaskan atau memaparkan tentang sesuatu dengan tujuan memberi
informasi (menambah wawasan).
5.
Paragraf
persuasi : Karangan ini bertujuan mempengaruhi emosi pembaca agar berbuat
sesuatu.
Macam – macam
paragraf atau alinea berdasarkan tujuannya.
1. Alinea pembuka : Alinea yang diletakkan pada awal wacana disebut alinea
pembuka, apapun bentuk wacana itu. Alinea pembuka ini disebut teras,lead atau
intro. Mengingat letaknya,teras di tunjukkan seagai pengantar gagasan si
penulisnya.
2. Alinea isi : Alinea isi merupakan suatu ide pokok beserta pengembangannya
dalam sebuah wacana atau karangan.
3. Alinea penutup : Dalam menutup
tulisan,upayakan pula agar mengesankan pembaca. Upayakanlah jangan berpnjang
lebar dalam membuat alinea penutup.
Syarat Paragraf
atau Alinea
Syarat paragraf atau
alinea yang baik sebagai berikut :
1. Kesatuan : semua kalimat dalam paragraf itu secara bersama-sama
mendukung satu ide atau gagasan pokok. Jadi, tidak boleh ada kalimat
sumbang atau menyimpang dari pikiran utamanya.
2. Kepaduan : Kekompakan hubungan atau koherensi antara satu kalimat lainnya
di dalam sebuah alinea terwujud dalam kepaduannya. Kepaduan ini tercermin pada
urutan-urutan pikiran yang teratur,tidak meloncat-loncat dan tidak
membingungkan pembaca.
3. Kelengkapan : kalimat topik atau kalimat utama ditopang dan dikembangkan
oleh kalimat-kalimat berikutnya secara jelas,berarti kalimat topic tersebut
dianggap lengkap.
Fungsi Paragraf
atau Alinea
1. Mengekspresikan gagsan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan
perasaan kedalam serngkaian kalimat yng tersusun secara logis dalam satu
kesatuan.
2. Menandai peralihan (pergantian gagasan baru bagi karngn yng terdiri
beberapa paragraf, ganti paragraf
berarti ganti pokok pikiran ).
3. Memudahkan pengorganisasian gagsan bagi penulis dan memudahkan pemahaman
bagi pembacanya
Unsur yang
Terkandung pada Alinea atau Paragraf
Alinea adalah satu kesatuan ekspresi
yang terdiri atas seperangkat kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai
alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para
pembaca.Supaya pikiran tersebut dapat diterima oleh pembaca,alinea harus
tersusun secara logis-sistematis.Alat bantu untuk menciptakan susunan
logis-sistematis itu adalah unsur-unsur penyusun alinea, seperti transisi
(transition), kalimat topik (topic sentence), kalimat pengembang (development
sentence), dan kalimat penegas.
BAB VIII
Kalimat Dalam Bahasa Indonesia
A.
Pengertian kalimat
Kalimat adalah satuan
bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan
maupun tulisan.Kalimat selalu kita ucapkan ketika kita berbicara kepada
seseorang.Didalam kalimat itu sendiri terdapat tata bahasa dan tata cara
pengucapanya
B.
Unsur-unsur Kalimat
Unsur
kalimat adalah fungsi sintaksis yang biasa disebut juga jabatan kata atau peran
kata, yaitu subjek(S), predikat(P), objek(O),
pelengkap(P), dan keterangan (Ket)
1.
Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh, sosok, sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan.
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh, sosok, sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan.
2.
Predikat
(P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang
memberi tahu melakukan perbuatan (action)
apa S,yaitu pelaku/tokoh atau sosok di dalam suatu kalimat.
3.
Objek
(P)
Objek merupakan bagian kalimat yang
melengkapi Predikat (P). Objek biasanya diisi oleh nomina,frasa
nominal atau klausa.
4.
Pelengkap (P)
Pelengkap
(Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel umumnya
di belakang P yang berupa verbal. Posisi ini juga bisa ditempati oleh O, dan
jenis kata yang mengisi Pel dan O juga bisa sama, yaitu nominal atau frasa
nominal. akan tetapi, antara Pel dan O terdapat perbedaan.
5.
Keterangan.
Keterangan adalah bagian kalimat yang
menerangkan Pel dan klausa dalam sebuah kalimat.
C.
Pola kalimat dasar
Kalimat dasar bukanlah nama jenis kalimat, melainkan acuan untuk membuat berbagai tipe kalimat. Kalimat dasar terdiri atas beberapa struktur kalimat yang dibentuk dengan lima unsur kalimat, yaitu S,P,O,Pel,Ket.
Kalimat dasar bukanlah nama jenis kalimat, melainkan acuan untuk membuat berbagai tipe kalimat. Kalimat dasar terdiri atas beberapa struktur kalimat yang dibentuk dengan lima unsur kalimat, yaitu S,P,O,Pel,Ket.
D. Kalimat inti dan inti kalimat
Kalimat inti adalah kalimat yang terdiri atas S
dan P. Sedangkan inti kalimat adalah kalimat yang terdiri atas inti-inti kalimat
atau unsur-unsur kalimat yaitu S-P-O.
Syarat-syarat kalimat inti :
1. Terdiri dari dua suku kata
2. Berpola S dan P
3. Intonasi netral
Syarat-syarat inti kalimat :
1. Terdiri dari tiga suku kata
2. Berpola S-P-O
3. Intonasi netral
E.
Kalimat
Efektif
kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi. Kalimat efektif memiliki diksi (pilihan
kata)yang tepat, tidak mengalami
kontaminasi frasa , sesuai ketentuan
EYD, baik penulisan tanda baca dan penulisan kata.
BAB IX
Penalaran
A. Pengertian Penalaran
Penalaran adalah suatu proses berfikir manusia untuk
menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu
kesimpulan yang logis berdasarkan atas evidensi yang relevan. Dengan demikian,
penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk menarik
kesimpulan. Data atau fakta yang dinalarkan itu boleh benar dan boleh tidak.
Data yang dapat dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu kesimpulan
harus dalam bentuk kalimat pernyataan.
B. Proposisi dan Term
Proposisi adalah kalimat yang berisi pernyataan tentanghubungan antara
fakta – fakta (subjek dan predikat). Term adalah kata atau kelompok kata yang
dapat dijadikan subjek atau predikat dalam sebuah kalimat proposisi. Namun
proposisi juga dapat diartikan sebagai kalimat pernyataan tentang hubungan
antara fakta-fakta yang dapat dinilai benar atau salah. Suatu proposisi
mempunyai subjek dan predikat yang berbentuk kalimat, tetapi tidak semua
kalimat digolongkan dalam proposisi. Hanya kalimat berita netral yang dapat
disebut proposisi.
Jenis-jenis Proposisi
Berdasarkan bentuknya, preposisi
dibagi atas 2, yaitu:
a. Proposisi
Tunggal
Proposisi tunggal hanya mengandung
satu pertanyaan.
b. Proposisi
Majemuk
Proposisi majemuk mengandung lebih
dari satu pernyataan.
Berdasarkan sifatnya,proposisi
dibagi 2, yaitu:
a. Proposisi
Kategorial
Proposisi Kategorial adalah hubungan
subjek dan predikat terjadi tanpa syarat.
b. Proposisi Kondisional
Proposisi Kondisional
adalah hubungan antara subjek dan predikat terjadi dengan suatu syarat yang
dapat diingat sebelum peristiwa berlangsung.
Berdasarkan
kualitasnya, preposisi dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Preposisi Positif (afirmatif)
Preposisi positif (afirmatif) adalah preposisi yang membenarkan adanya persesuaian
hubungan antara subjek dan predikat.
b. Preposisi Negatif
Preposisi negatif adalah preposisi yang menyatakan tidak ada hubungan
antara subjek dan predikat.
Berdasarkan
kuantitasnya, proposisi dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Proposisi Universal
Proposisi universal adalah predikat proposisi membenarkan atau mengingkari
seluruh objek.
b. Proposisi Khusus
Proposisi khusus adalah predikat proposisi hanya membenarkan atau
mengingkari sebagian subjek.
Bentuk-bentuk Preposisi
Berdasarkan dua jenis
preposisi yaitu preposisi kuantitas (umum dan khusus) dan proposisi kualitas
(positif dan negatif) didapatkan empat macam proposisi, antara lain:
a. Proposisi Umum positif
Proposisi umum positif adalah proposisi yang predikatnya membenarkan
keseluruhan asubjek yang disebut proposisi A.
b. Proposisi Umum Negatif
Proposisi umum negatif adalah proposisi yang predikatnya mengingkari
keseluruhan subjek yang disebut proposisi E.
c. Proposisi Khusus Positif
Proposisi khusus positif adalah proposisi yang predikatnya membenarkan
sebagian subjek yang disebut proposisi I.
d. Proposisi Khusus Negatif
Proposisi khusus negatif adalah proposisi yang predikatnya mengingkari
sebagian subjek yang disebut proposisi O.
C.
Penalaran Deduktif
Penalaran
deduktif didasarkan atas prinsip hukum,teori atau keputusan lainnya yang
berlaku umum untuk suatu hal ataupun gejala. Penalaran deduktif bertolak dari
sebuah kesimpulan yang didapat dari satu pernyataan yang umum. Proposisi tempat
menarik kesimpulan disebut premis.
D. Penalaran Induktif
Penalaran induktif
adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan
menghasilkan kesimpulan umum. Proses penalaran induktif dibatasi sebagai proses
penalaran untuk sampai kepada suatu keputusan, prinsip, atau sikap yang
bersifat umum maupun khusus berdasarkan pengamatan atas hal-hal yang khusus.
E. Salah Nalar
Salah nalar adalah kekeliruan atau kesalahan pada gagasan, pikiran,
kepercayaan, atau simpulan. Pada salah nalar ini disebabkan oleh ketidaktepatan
orang mengikuti tata cara pikirannya.
BAB X
Penulisan
Karangan
A. Pengertian Karangan
Mengarang berarti menyusun atau merangkai, pada
awalnya kata merangkai tidak berkaitan dengan kegiatan menulis.
Operasional atau cakupan makna kata merangkai mula-mula terbatas pada pkerjaan
yang berhubungan dengan benda konkret seperti merangkai bunga atau merangkai
atau merangkai benda orang lain. Sejalan dengan kemajuan komukasi dan bahasa,
lama-kelamaan timbul istilah merangkai kata. Lalu berlanjut dengan merangkai
kalimat, kemudian jadilah apa yang disebut sebagai karangan.
B. Jenis-jenis Karangan
1.
Berdasarkan Bentuknya
a. Puisi adalah karangan yang mengutamakan keindahan bentuk dan bunyi serta
kepadatan makna. Puisi pada umunya berbentuk monolog.
b. Drama adalah karangan yang berupa dialog sebagai pembentuk alurnya.
c. Prosa, adalah jenis karangan yang disusun secara bebas dan terperinci.
Bentuknya merupakan percangkokan monolog dengan dialog.
2.
Berdasarkan Cara Penyajiannya
a. Karangan narasi, adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau
kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah-o؛ah
mengalami kejadian yang diceritakan itu.
b. Karangan deskripsi, adalah karangan yang menggambarkan suatu objek dengan
tujuan agar pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan
itu.
c. Karangan eksposisi, adalah karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan
atau informasi.
C. Langkah-langkah Mengarang
1. Menentukan Topik, Tema, dan Tujuan Karangan
Topik berasal dari kata Yunani topoi, yang berarti ‘tempat’.
Dalam perkembangan selanjutnya, topik diartikan sebagai ‘pokok pembicaraan’
suatu karangan. Berdasarkan topik itulah, penulis menempatkan tujuan beserta
tema karangannya.
2. Merumuskan Judul Karangan
Erat kaitannya dengan
topik atau tema serta tujuan karangan, adalah judul. Apabila topik merupakan
gagasan pokok yang akan dibahas, maka judul merupakan nama yang diberikan untuk
bahasan atau karangan itu. Judul berfungsi pula sebagai slogan promosi untuk
menarik -ninat pembaca dan sebagai gambaran isi karangan.
3. Menyusun Kerangka Karangan
Kerangka karangan
adalah rencana kerja yang memuat garis besar suatu karangan.
4. Mengumpulkan Bahan/Data
Untuk memperkaya pemahaman
dan pengetahuannya, seorang penulis harus mengumpulkan data, informasi, atau
pengetahuan tambahan yang berkaitan dengan tema karangan.
5. Mengembangkan Kerangka Karangan
Langkah berikutnya
adalah mengembangkan kerangka karangan itu menjadi karangan yang lengkap dan
utuh.
6. Cara Pengakhiran dan Pcnyimpulan
Baik itu pengakhiran
maupun penyimpulan, sama-sama terletak pada bagian penutup suatu karangn.
Dengan demikian, dari segi letak, keduanya memiliki persamaan.
7. Menyempurnakan Karangan
Menyusun karangan, baik
itu karangan ilmiah, populer, maupun karangan sastra, yang sekali jadi memang
cukup sulit.
BAB XI
Topik dan Tema
A. Pengertian Topik dan Tema
Menurut kamus
Bahasa Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka (2007:1207) arti kata
topik adalah “pokok pembicaraan dalam diskusi, ceramah, karangan dan
sebagainya. Topik dapat juga disebut sebagai bahan pembicaraan / hal yang
menarik perhatian umum akhir-akhir ini”. Sumber lain menyatakan ” The topic is
the main idea, or the subject, in a piece of writing ” (www.wikianswers.com,
2009). Dengan demikian bila disebut topik penelitian dapat diartikan bebas
sebagai pembicaraan atau ide utama yang menarik perhatian umum akhir-akhir ini
dalam penelitian.
B. Topik yang baik
Syarat topik yang baik
yaitu :
1. Menarik untuk ditulis dan dibaca.
Topik yang menarik bagi penulis akan meningkatkan
kegairahan dalam mengembangkan penulisannya, dan bagi pembaca akan mengundang
minat untuk membacanya.
2. Dikuasai dengan baik oleh penulis minimal prinsip-prinsip ilmiah.
Untuk menghasilkan tulisan yang baik, penulis harus
menguasai teori-teori (data sekunder), data di lapangan (data primer). Selain
itu, penulis juga harus menguasai waktu, biaya, metode pembahasan, bahasa yang
digunakan, dan bidang ilmu.
C. Pembatasan Topik
Pembatasan sebuah topik mencangkup konsep, variabel, data, lokasi atau
lembaga dan waktu pengumpulan data. Topik yang terlalu luas menghasilkan
tulisan yang dangkal, tidak mendalam, dan tidak tuntas. Selain itu, pembahasan
menjadi tidak fokus pada masalah utama yang ditulis atau dibaca. Akibatnya,
pembahasan menjadi panjang, namun tidak berisi. Sebaliknya, topik yang terlalu
sempit menghasilkan tulisan yang tidak (kurang) bermanfaat bagi pembacanya.
Selain itu, karangan menjadi sulit dikembangkan, tidak menarik untuk dibahas
ataupun dibaca.Maka dari itu, pembahasan topik dilakukan secara cermat, sesuai
dengan kemampuan, tenaga, waktu, tempat, dan kelayakan yang dapat terima oleh
pembacanya.
1. fungsi pembatasan topik
a. Pembatasan memungkinkan penulis untuk menulis dengan penuh keyakinan dan
kepercayaan, karena topik itu benar-benar diketahuinya.
b. Pembatasan dan penyempitan topik akan memungkinkan penulis untuk
mengadakan penelitian yang lebih intensif mengenai masalahnya. Dengan
pembatasan itu penulis akan lebih mudah memilih hal-hal yang akan dikembangkan.
2. Cara membatasi Topik
a. Tetapkanlah topik yang akan digarap dalam kedudukan
sentral.
b. Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral
itu masih dapat dirinci lebih lanjut? Bila dapat, tempatkanlah rincian itu
sekitar lingkaran topik pertama tadi.
c. Tetapkanlah dari rincian tadi mana yang akan
dipilih.
d. Mengajukan pertanyaan apakah sektor tadi masih dapat dirinci lebih
lanjut atau tidak.
D.
TEMA
Tema berasal
dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan atau
sesuatu yang telah ditempatkan. Tema merupakan amanat utama yang disampaikan
oleh penulis melalui karangannya. Dalam karang mengarang, tema adalah pokok
pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun. Dalam tulis menulis, tema
adalah pokok bahasan yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini yang akan
menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan artikel itu. Menentukan tema
berarti menentukan apa masalah sebenarmya yang akan ditulis atau diuraikan oleh
penulis.
Tema yang baik
1. Tema menarik
perhatian penulis.
Tema yang menarik perhatian penulis akan memungkinkan
penulis berusaha terus- menerus mencari data untuk memecahakan masalah-masalah
yang dihadapi, penulis akan didorong terus-menerus agar dapat menyelesaikan
karya tulis itu sebaik-baiknya.
2. Tema
dikenal/diketahui dengan baik.
Maksudnya bahwa sekurang-kurangnya prinsip-prinsip ilmiah
diketahui oleh penulis. Berdasarkan prinsip ilmiah yang diketahuinya, penulis
akan berusaha sekuat tenaga mencari data melalui penelitian, observasi,
wawancara, dan sebagainya sehingga pengetahuannya mengenai masalah itu
bertambah dalam. Dalam keadaan demikian, disertai pengetahuan teknis ilmiah dan
teori ilmiah yang dikuasainya sebagai latar belakang masalah tadi, maka ia
sanggup menguraikan tema itu sebaik-baiknya.
3. Bahan-bahannya dapat
diperoleh.
Sebuh tema yang baik harus dapat dipikirkan apakah bahannya
cukup tersedia di sekitar kita atau tidak. Bila cukup tersedia, hal ini
memungkinkan penulis untuk dapat memperolehnya kemudian mempelajari dan
menguasai sepenuhnya.
4. Tema dibatasi ruang
lingkupnya.
Tema yang terlampau umum dan luas yang mungkin belum
cukup kemampuannya untuk menggarapnya akan lebih bijaksana kalau dibatasi ruang
lingkupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar