Senin, 14 November 2016

MANUSIA KEGELISAHAN DAN HARAPAN



MANUSIA KEGELISAHAN DAN HARAPAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliyah Ilmu Budaya Dasar
Yang diampu oleh:
Imam Ali Bashori S. HI, MSI




  

Disusun Oleh:
Zaini Maftukhin



TAFSIR HADITS
FAKULTAS USULUDIN
STAI KHOZINATUL ULUM BLORA
2015/2016 M.


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia terkadang pernah mengalami beberapa permasalahan yang dapat membuat seseorang mengalami kegelisahan.
Timbulnya rasa gelisah didalam diri manusia dapat disebabkan karena ada rasa takut yang berlebihan karena takut kehilangan atas hak nya dan penyebab yang lain nya.
Dalam menghilangkan perasaan gelisah, ada beberapa cara yang perlu kita ketahui dalam mengatasi kegelisahan. Diantaranya dengan bersikap tenang dan memerlukan sedikit pemikiran untuk intropeksi diri.
Pada dasarnya manusia dan harapan itu berada dalam satu naungan atau berdampingan. Setiap manusia pasti mempunyai harapan, manusia tanpa harapan berarti manusia itu mati dalam hidup.
Harapan juga harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Allah SWT. Agar harapan bisa terwujud, maka manusia harus berusaha dengan sungguh-sungguh dan diikuti dengan berdo’a kepada Allah SWT. Hal ini disebabkan karena harapan dan kepercayaan tidak dapat dipisahkan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian kegelisahan?
2.      Sebab apa seorang menjadi gelisah?
3.      Usaha-usaha apa saja untuk mengatasi kegelisahan?
4.      Apa dan mengapa gelisah itu?
5.      Apa pengertian harapan?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengertian kegelisahan.
2.      Mengetahu sebab kegelisahan.
3.      Mengetahui usaha-usaha mengatasi kegelisahan.
4.      Mengetahui apa dan mengapa kegelisahan.
5.      Mengetahui pengertian harapan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata gelisah. Gelisah artinya rasa yang tidak tentram di hati atau merasa selalu khawatir, tidakdapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi (menanti), cemas, dan sebagainya. Kegelisahan artinya perasaan gelisah, khawatir, cemas atau takut. Manusia yang gelisah selalu di hantui rasa khawatir atau takut.
            Suatu saat dalam hidupnya, seorang akan mengalami kegelisahan. Kegelisahan ini, apabila cukup lama dirasakan oleh seseorang, akan menyebabkan gangguan penyakit. Kegelisahan (anciety) yang cukup lama akan menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia.[1]
Tentang kecemasan ini, Sigmund Freund membedakan menjadi tiga macam yaitu :
1.      Kecemasan objektif (kenyataan)
Suatu bahaya dalam dunia luar.
2.      Kecemasan neurotik (syaraf)
Kecemasan yang timbul karena pengamatan tentang bahaya yang naluriah.
Menurut Sigmund Freud kecemasan ini dibagi tiga macam yaitu; kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan, bentuk ketakutan yang irasional (phobia) dan rasa takut lain karena gugup, gagap dan sebagainya.
3.      Kecemasan moral
disebabkan karena pribadi seseorang. Menurut Sigmund Freud kecemasan ini dibagi tiga macam yakni; kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan, bentuk ketakutan yang irasional (phobia) dan rasa takut lain karena gugup, gagap dan sebagainya.[2]
Sebab sebab orang gelisah
Sebab- sebab orang gelisah adalah pada hakikatnya orang takut kehilangan hak-haknya. Hal itu akibat dari suatu ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam.
Contoh:
Bila ada suatu tanda bahaya (bahaya banjir, gunung meletus, atau perampokan), orang tentu akan gelisah. Hal ini disebabkan adanya bahaya mengancam akan hilangnya beberapa hak orang sekaligus, misalnya hak hidup, hak memperoleh perlindungan dan sebagainya.[3]
Usaha-usaha mengatasi kegelisahan
Dalam mengatasi kegelisahan, pertama-tama harus di mulai dari diri kita sendiri, yaitu bersikap tenang. Dengan sikap tenang, kita dapat berfikir tenang dan segala kesulitan dapat kita atasi. Dengan ketenangan ini, orang yang mengancam kita mungkin akan mengurungkan niatnya.
Untuk mengatasi kegelisahan, yang paling ampuh adalah memasrahkan diri kepada tuhan. Kita pasrahkan nasib kita sepenuhnya kepada-Nya. Kita harus percaya bahwa tuhan-lah maha kuasa, maha pengasih dan maha penyayang, dan maha pengampun.[4]
Apa dan mengapa gelisah
Kegelisahan bisa dikatakan sebagai rasa tidak tentram, rasa selalu khawatir, rasa tidak tenang, rasa tidak sabar, cemas, dan semacamnya. Yang jelas kegelisahan berkaitan dengan rasa yang berkembang dalam diri manusia.
Dari dua ilustrasi pada awal bab ini, kita bisa memahami bahwa kegelisahan merupakan bagian hidup manusia. Tiap manusia, dengan tidak mempedulikan latar belakang dan kemampuannya, pasti akan mengalami kegelisahan, sebentar atau lama, ringan ataupun berat. Ini dirasakan wajar mengingat manusia mempunyai hati dan perasaan.
Sebagai fenomena universal, artinya mendera manusia mana pun, kegelisahan bisa muncul akibat faktor penyebab yang berbeda-beda. Dengan meminjam teori Sigmund Freud, secara khusus ia berbicara tentang kecemasan, kita bisa melihat adanya tiga macam kegelisahan (baca: kecemasan), yaitu objektif, neurotik, dan moral. Yang pertama, objektif , bersumber pada suatu kekuatan yang ada di luar diri manusia. Kegelisahan semacam ini bisa muncul dari antisipasi seseorang, dengan berdasarkan kepada pengalaman perasaannya, terhadap kemungkinan adanya bahaya yang mengganggu dirinya.
Yang kedua, yaitu heurotik, dalam satu dan lain kasus, lebih disebabkan oleh bisikan naluri seseorang. Kegelisahan ini bisa saja di ambil akibat munculnya rasa takut tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, muncul rasa takut yang rasional atau fobia, dan kecenderungan seorang untuk selalu gugup atau tergagap dalam menyikapi sesuatu persoalan yang dihadapi.
Yang ketiga, kegelisahan moral biasanya diakibatkan oleh munculnya perasaan bersalah atau malu yang sebenarnya dapat dikendalikan oleh hati nuraninya, jadi kegelisahan moral bersumber pada struktur keperibadian seseorang.[5]

B.     Pengertian harapan
Harapan berasal dari kata harap, artinya keinginan supaya sesuatu terjadi.  Harapan artinya keinginan yang belum terwujud. Setiap orang mempunyai harapan. Tanpa harapan manusia tidak ada artinya. Manusia yang tidak mempunyai harapan berati tak dapat diharapkan.
Dalam diri manusia ada dorongan, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup. Dorongan kodrat itu ialah menangis, tertawa, berfikir, berkata, bercinta, mempunyai keturunan, dan sebagainya.
Kebutuhan hidup adalah kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani ialah pangan, sandang, dan papan, sedangkan kebutuhan rohani meliputi kebahagiaan, kesejahtraan, kepuasan hiburan, dan sebagainya.
Berdasarkan dorongan kebutuhan kodrat dan kebutuhan hidup, maka setiap orang mengharapkan agar kebutuhan hidup dengan dipenuhi. Sehubungan dengan kebutuhan manusia, Abram Maslow mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi lima macam, yang merupakan lima harapan manusia ialah:
1.      Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup.
2.      Harapan untuk memperoleh keamanan.
3.      Harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai.
4.      Harapan memperoleh status atau untuk diterima atau diakui lingkungan.
5.      Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita.[6]
Kita ingat ibarat demikian, Manusia tanpa cita-cita ibarat mati sebelum ajal. Artinya orang yang tidak mempunyai cita-cita atau harapan tak ubahnya seperti mati. Jelasnya, setiap orang mempunyai cita-cita atau harapan. Harapan bersifat manusiawi dan dimiliki oleh setiap orang.
Bila kita tinjau dari wujudnya dapat dikatakan bahwa harapan itu tidak terhingga. Namun, bila dilihat dari tujuannya hanya ada satu ialah hidup bahagia, di dunia dan diakhirat. Sudah selayaknya “harapan” untuk hidup bahagia di dua tempat itu kita niati.
Seandainya harapan itu belum berhasil, ia akan tetap bersabar tanpa mengurangi usahanya. Ia yakin bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasibnya, bila ia sendiri tak mau berusaha ke arah perubahan itu. Tak ada kamus berputus asa, sebab putus asa adalah perbuatan orang-orang yang ingkar kepada Tuhan. Bila harapannya berhasil maka ia akan mensyukurinya, namun bila belum berhasil ia tetap bersabar dan bertawakal. Berharap agar hari esok lebih baik dari pada hari ini memang merupakan hak dan kewajiban kita. Namun, kita harus selalu sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan. Yang penting kita selalu ingat pesan Nabi Muhammad Saw. “berusahalah untuk urusan duniawimu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya ; dan berusahalah untuk urusan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati esok pagi”.[7]



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
manusia memang tak luput dari kesalahan dan dari kesalahan inilah manusia sering kali gelisah oleh Karena itu dalam pengertian sehari-hari kegelisahan juga diartikan kecemasan, kekhawatiran ataupun ketakutan. Masalh kecemasan atau kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai yang terkadang juga berbuat dan berakibat fatal bagi dirinya.
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Harapan bergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung  pada usaha orang yang mempunyai harapan.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Ahmad Mustofa.1998.Ilmu Budaya Dasar.Bandung;Pustaka Setia.







[1] Drs. H. Ahmad Mustofa, Ilmu Budaya Dasar, Pustaka Setia, (Bandung 1998), hal 144
[2] Ibid, hal 144-147
[3] Ibid, hal 147
[4] Ibid, hal 147-148
[5] Ibid, hal 148-149
[6] Ibid, hal 170-171
[7] Ibid, hal 176-178

Tidak ada komentar: